Mongabay.co.id

Pesona Pantai Sembilan di Tengah Ancaman Abrasi Gili Genting

Pemandangan di Pantai Sembilan. Foto: Moh Tamimi/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Pasir putih tampak terhampar memanjang mulai Pelabuhan Bringsan. Gazebo-gazebo berjajar rapi. Homestay dengan arsitektur dinding kayu berderet sapanjang pantai, berbentuk limas. Menuju pantai, bisa berjalan kaki, sekitar 200 meter dari pelabuhan. Ada jembatan kayu bercat warna-warni menghubungkan dermaga dengan pantai. Itulah Pantai Sembilan. Ia terletak di Pulau Gili Genting, Kecamatan Gili Genting, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Perjalanan saya ke Pantai Sembilan, mulai dari Pelabuhan Tanjung, Saronggi, Sumenep. Di pintu pelabuhan, harus bayar karcis penyeberangan Rp10.000. Beberapa perahu berlabuh, datang dan pergi silih berganti. Perahu berlayar sekitar 30 menit sampai Pelabuhan Bringsang, Gili Genting.

Alifi Khairi Abdullah, wisatawan dari Sampang terkesan dengan keindahan pantai ini. Pantai bagus, pasir putih bersih, air jenih. Pengunjung merasakan ketenangan kalau berkunjung ke sana.

Alifi kali pertama ke Pantai Sembilan. Dia begitu menikmati pesona pantai ini. Meski begitu, dia menyoroti soal tata letak bangunan antara homestay dan warung makan, tak terpisah. Ada beberapa warung makanan terletak di antara jajaran homestay, tepat di tengah-tengah antara barat dan timur pantai. Masih tampak sampah di pasir pantai dan air laut.

Kalau dari panorama alam, katanya, tak kalah dengan pantai-pantai di Bali. Pulau Dewata itu, katanya, menang pengelolaan wisata. Meskipun begitu, pengelolaan pantai bisa terus dibenahi, misal, dengan pelatihan kepariwisataan bagi pengelola.

 

Pantai Sembilan, Madura. Foto: Moh Tamimi/ Mongabay Indonesia

 

Selain itu, katanya, perlu ada pemandu tur yang bisa Bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan wisatawan mancanegara.

“Terutama warga asli sini. Kalau warga asli sini, otomatis dia bisa standby. Kalau tour guide dari luar otomatis ada yang pulang, ada yang tidak bisa standby 24 jam.”

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini mengatakan, tempat-tempat wisata di Madura banyak yang bagus dan pengenalan ke dalam dan luar negeri harus lebih gencar.

“Orang-orang Indonesia pun jarang mengetahui, Madura mempunyai segudang tempat wisata.”

Turis lain, Moh. Irsan, sudah dua kali berlibur ke Pantai Sembilan. Pemuda asal Kecamatan Pakong, Pamekasan ini pertama kali datang pada 2018. Dia bilang, sudah ada beberapa perubahan.

“Dulu (sebuah bangunan terbuat dari papan kayu) ada di atas air laut, kenapa sekarang sudah ada di atas pasir ya?”

Saat pertama kali berkunjung, pasir tidak seluas sekarang hingga bangunan yang dia duduki saat itu berada di air laut. Dia mengeluhkan juga, masih ada sampah dan menilai kesadaran masyarakat rendah soal kebersihan.

 

Rumah apung di Pantai Sembilan. Foto: Moh Tamimi/ Mongabay Indonesia

 

Muasal Pantai Sembilan

Adalah Hairi, salah satu inisiator pembukaan tempat wisata Pantai Sembilan. Dulu, pantai ini bernama Pantai Maredhan. Maredhan jadi tempat berlabuh sampan-sampan nelayan.

Saat itu, sekitar 2016, ada seseorang yang bernama Riski datang ke Maredhan, melihat potensi tempat wisata nan eksotik ini. Dia bilang, kepada Hairi soal itu. Hairi tertarik dan menyetujui.

Masa itu, yang lagi tren wisata di Pulau Gili Labak, Sumenep. Hairi pun mengunjungi pulau itu, melihat keadaan dan fasilitas yang tersedia. Hairi dan beberapa rekannya, pun mulai kelola Pantai Sembilan di bawah BUMDes.

Penamaan Pantai Sembilan, dari bentuk pantai yang menyerupai angka sembilan setelah difoto menggunakan drone,. “Ketemu itu, dinamai Pantai Sembilan,” katanya kepada saya.

Berbagai fasilitas untuk mengabadikan momen indah di pantai ini juga tersedia. Ada dipan berhias ala resepsi pernikahan, rumah apung, ayunan menghadap laut, sebuah properti berbentuk hati tegak di hamparan pasir putih. Alam di sekitar masih asri, pepohonan hijau, diterpa desiran angin.

Pada 2017, tempat wisata Pantai Sembilan di Pulau Gili Genting resmi dibuka. Menurut Hairi, dalam setiap tahun,setidaknya ada delapan sampai sembilan kapal pinisi berlabuh di pantai itu dari Juni sampai September.

 

Pelabuhan di Gili Genting. Foto: Moh tamimi/ Mongabay Indonesia

 

Pengeloaan dan sampah

Hairi mengamini kalau pengelolaan mereka belum sempurna. “Manabi pangalolan memang korang (kalau pengelolaan memang masih kurang),” katanya.

Pantai Sembilan dikelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Bringsang, Gili Genting, Sumenep. Para anggota bahu membahu mengelola Pantai Sembilang, kendati masih ada kekurangan.

Banyak orang Gili Genting, merantau ke ibu kota mencari pekerjaan. Hairi dan kawan-kawan beritikad membuka lapangan pekerjaaan di pulau, terutama bagi kaula muda.

Awal mula mereka membenahi pantai, katanya, banyak cemoohan dan dinilai tak akan ada yang tertarik berkunjung.

Sebelum jadi Pantai Sembilan, perahu rute Tanjung-Bringsang, jarang berlayar karena penumpang sedikit. Ada tiga perahu pengangkut penumpang saat itu, “Kadang berangkat dedue’ genika, pagi berangkat, kol dua’ ben aben buru paleman, deri seppena panompang (kadang beroperasi dua, pagi berangkat, pukul dua siang baru pulang, dari saking sepinya penumpang).” Kini, berubah. Banyak wisatawan datang.

Soal sampah, kata Hairi, merupakan sampah kiriman dari daerah lain. Kalau angin kencang, katanya, sampah berdatangan. Sampah dari pulau juga ada, katanya, walau tak banyak dan sudah tersedia tempat sampah. Ada petugas kebersihan juga.

 

Abrasi

Angka sembilan yang biasa terlihat di pasir pantai kini sudah tidak ada. Genangan air laut berupa lingkaran tak utuh itu sudah berubah jadi hamparan pasir.

Manurut Hairi, hal itu karena abrasi di sisi kanan pulau. Pasir yang terkikis, katanya, pindah ke pesisir pantai bagian lokasi wisata itu.

Dia bilang, abrasi terjadi karena tidak ada lagi penangkal air laut. Dulu, di sebelah timur pulau ada bangunan tempat berlabuh kapal pengangkut kayu dari Kalimantan. Kini bhinteng atau bangunan buat penambat kapal, tak ada.

Apabila angin selat dari Bali, ombak bergulung-gulung memindahkan pasir ke bagian Pantai Sembilan. Dulu, pasir di Pantai Sembilan tidak seluas sekarang, dari tahun ke tahun bertambah luas ke tengah laut.

“Mau buat penghalang lagi, biar tidak terjadi abrasi lagi, cuma kendala biaya.”

 

 

Keterangan foto utama: Pemandangan di Pantai Sembilan. Foto: Moh Tamimi/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version