Mongabay.co.id

Menikmati Keunikan Salor, Kampung ‘Candi’ Alam di Merauke

Merauke, Papua, punya Kampung Salor Indah, yang memiliki keunikan tersendiri. Di kampung ini, ada begitu banyak ‘rumah’ alami koloni sejenis rayap meyerupai candi dengan sebutan musamus atau bomi. Foto: Agapitus Batbual/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Kampung Salor Indah, Merauke, punya alam unik. Mereka punya banyak musamus atau bomi atau ‘rumah’ koloni sejenis rayap (Macrotermes sp) menyerupai candi yang terbangun secara alami. Musamus pun jadi daya tarik bagi wisatawan.

Penduduk Salor Indah sekitar 362 keluarga. Mereka memiliki pendapatan tak menentu, mayoritas petani dengan lahan pekarangan luas dengan berbagai tanaman, seperti padi, sayuran, terong, ketela pohon, jagung, mangga, jeruk, keladi dan lain-lain.

Tohaman, Kepala Kampung Salor Indah, Merauke, bersama-sama warga membangun wisata alam 1.000 musamus. Dia senang lantaran usaha mulai berhasil. Makin banyak orang tertarik jadikan musamus tujuan wisata.

Seribuan musamus ini berada di dataran tinggi dan secara alami terpisah dengan perumahan warga.

Dia bilang, warga tak boleh mengembalakan ternak di sekitar kecuali kuda. “Bomi terpelihara, tegak berdiri kokoh karena tidak ada orang merusak rumah rayap dan sangat terpelihara secara adat,” katanya.

Rayap membangun rumah ini, katanya, dalam bahasa asli Marind disebut bomi. Jumlah bomi atau musamus di Salor, begitu banyak hingga tercetuslah ide jadikan tempat wisata alam dengan nama 1.000 musamus (bomi).

Musamus di dataran Marind, paling banyak di Kampung Salor Indah. Tohaman mengatakan, tempat ini tambah menarik karena alam masih asri. Tampak padi, buah naga juga jagung, ketela pohon, kangkung, bayam dan kacang panjang.

 

Papan nama untuk mengajak setiap pengunjung berswafoto di samping Candi Musamus ini. Foto: Agapitus Batbual/ Mongabay Indonesia

 

Menurut Tohaman, tempat wisata alam ini mereka tata sedemikian rupa agar menarik. Ada tempat kuliner, lahan parkir dekat dengan ribuan bomi. Ada juga berbagai kuliner seperti bakso, jagung rebus, ubi rebus, singkong, petatas, keladi sampai tomat, cabai, bayam dan kangkung, bunga papaya dan buah, gambas, buah naga maupun kelapa.

Hasil kebun dan tani itu, katanya, semua dari pekarangan warga sekitar. “Pokoknya tidak percuma datang ke tempat itu.”

Meskipun begitu, katanya, lokasi musamus agak jauh, sekitar dua kilometer dari jalan besar. Masuk gang kecil dan belum beraspal. Kalau cuaca panas, harus pakai masker lantaran penuh debu. Kalau musim hujan, agak berlumpur.

Tohaman bilang, mereka berencana memperlebar dengan jalan aspal gunakan dana Kampung Salor Indah dan APBD Pemerintah Merauke. Kalau jalan bagus, katanya, pengunjung akan lebih mudah mencapai lokasi.

 

***

Pengunjung harus berjalan kaki mendaki bukit. Tiba di puncak terlihat pemandangan alam luar biasa, hamparan padi dan beragam pepohonan buah maupun sayur mayur. Bomi atau musamus kokoh berdiri. Karcis masuk wisata musamus ini per orang Rp50.000.

Tempat parkiran penuh kendaraan roda empat dan roda dua. Tak boleh ada kendaraan di sekitar musamus.

“Tidak boleh kendaraan lain karena menjaga musamus tak stres. Jadi, asap kendaran tidak bisa masuk, kecuali kuda dan grandong,” katanya.

Grandong ini kendaraan rakitan mesin warga dengan badan mesin dari bekas traktor tangan. Di bagian atas ada kursi buat sadaran. Badan grandong terbuat dengan sebilah papan membentuk bak. Di bagian depan terletak mesin diesel yang memberperhatikan keamanan pengendara dan penumpang.

 

Tohaman, Kepala Kampung Salor Indah sangat keratif menata kampungnya. Foto: Agapitus Batbual/ Mongabay Indonesia

 

Ada beberapa bagunan mirip pondok bertebaran di setiap sudut taman terbuat dari alang-alang dan pondok.

Tohaman mengatakan, sengaja membuat pondok dua langkah dari musamus berdiri untuk menjaga rayap itu tak terjamah pengunjung. Pengunjung boleh mengendarai kuda milik warga, tak boleh terlalu dekat menghindari kotoran binatang tak kenai musamus.

Dia bilang, warga kampung telah mengerti hingga sapi mereka gembalakan lebih jauh dari sawah atau jalan buat pengunjung lewat.

Untuk penataan taman, keputusan kampung mendirikan sebuah menara pengawas sangat tinggi di tengah tempat itu. Di sekitar menara akan terbangun pagar untuk menjaga para pengunjung melihat pemandangan hijau di sekitar sawah.

Kebetulan dekat menara itu, Telkomsel membangun menara. Menara itu, katanya, sekaligus jadi sarana pemantau dan jadi lokasi berswafoto. Tinggal pemasangan pagar pembatas di sekitar menara dan alat pengaman, seperti sabuk dan lain-lain.

Dia sedang membangun kolam bermain bagi semua anak. Di sampingnya, aparat kampung juga membangun rumah penjaga.

“Uang awal Rp20-an juta untuk membangun kolam renang dan menara pengawas. Diambil dari dana kampung atau dana Desa Salor Indah.”

Kampung ini  mengundang seorang praktisi hukum asal Merauke yang biasa mendampingi kampung soal penggunaan dana.

 

Seorang wisatawan menunggang kuda yang disiapkan penduduk setempat. Foto: Agapitus Batbual/ Mongabay Indonesia

 

Mereka membuat dua papan peringatan kepada pengunjung lalu ditancapkan di depan tempat wisata dengan pesan-pesan pendek tetapi menyentuh.

Ada juga titik swafoto lengkap dengan plang berisi kalimat santai dan kocak. ”Boleh dong minta foto kamu, aku mau nunjuki teman aku bahwa benar-benar ada.”

Dia menjaga dan merawat musamus dengan baik. Setiap lahan sawah yang ada musamus atau bomi mereka biarkan. Musamus pun tak menggangu padi.

Tohaman bilang, kesepakatan warga Salor Indah untuk menambah uang kas kampung area itu jadi boleh ada kuda putih milik warga.

Dia mengatakan, segala fasilitas dikelola Badan Usaha Kampung (BUMK) mulai dari karcis masuk, kendaraan masuk, tenda harus pakai karcis lagi, sampai tukang parkir.

Tohaman meminta, pemerintah maupun organisasi lain bisa membantu menata lokasi, misal, Dinas Lingkugan Hidup dan lain-lain. “Supaya kampung terlihat asri dan indah. Cepat maju.”

Prasetyo Adi Tjahyono, Kepala Distrik Kurik mengatakan, ide kepala kampung perlu didukung, antara lain dengan cara membenahi jalan. Walaupun benahi jalan ini, katanya, tanggung jawab Kabupaten Merauke tetapi lebih bagus aparat kampung lebih kreatif.

“Yang menarik wisata alam ini jadi perhatian Pemkab Merauke.”

Menurut dia, tepat bila kampung Salor Indah bisa melengkapi obyek wisata ini dengan berbagai fasilitas hingga bisa mendatangkan pendapatan kampung.

Lewat obyek wisata mahakarya alam ini, katanya, ekonomi masyarakat bisa tergenjot. Dana desa pun, katanya, terpakai untuk tujuan jelas yang bisa berdampak positif bagi kehidupan warga.

“Kita gunakan anggaran sebaik-baiknya untuk kemajuan kempung sendiri.”

Marselus Macau, Kepala Dinas Pariwisata Merauke, bilang, mereka sudah membahas perencanaan taman wisata 1.000 musamus, Salor Indah dengan Bapedda Merauke.

 

Pengunjung sedang beristirahat dan berteduh di bawah pohon. Foto: Agapitus Batbual/ Mongabay Indonesia

 

Dia bilang, daratan Merauke banyak tumbuh alami musamus. Dia mengapresiasi inisiatif Tohaman mengembangkan obyek wisata kampung.

“Kita sangat mendukung pikiran yang bagus seperti ini. Bagus karena bisa mendatangkan income bagi warga sekitar.”

Macau bilang, pimpinan kampung sudah memiliki program sangat bagus. Soal jalan, Dinas Pariwisata Merauke akan meminta bantuan Dinas Pekerjaan Umum. Dinas Pariwisata, katanya, hanya bisa membangun jalan setapak, selebihnya tugas DPU.

Untuk Dinas Tanaman Pangan dan Koperasi, bisa melihat potensi produk penduduk di sana. Tempat wisata ini, katanya, sangat cocok sekali jadi tempat rekreasi atau perkemahan sambil menikmati buah naga, padi, jagung, sayuran, buah-buahan, seperti, rambutan, durian, dan hasil tani lain. Di Salor Indah, katanya, bisa mendapatkan banyak oleh-oleh.

Guntur Ohoiwitun, orang penggagas wisata ini, bilang, sudah ada kesepakatan antara warga Kampung Salor Indah melalui pertemuan di Balai Kampung dan masyarakat untuk mendukung program ini. “Dan berhasil.”

Dia diminta menyusun program menata tempat wisata alam ini agar bersahabat dengan alam. Wargapun bertugas menjaga alam ini.

“Wisata alam 1.000 musamus untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat, maka perlu dibantu dengan penguatan peraturan kampung ditambah dengan BUMK, badan usaha milik kampung untuk mereka jalankan,” katanya, seraya mengatakan, masyarakat sendiri yang menata tempat ini dengan luar biasa.

 

 

Keterangan foto utama:  Merauke, Papua, punya Kampung Salor Indah, yang memiliki keunikan tersendiri. Di kampung ini, ada begitu banyak ‘rumah’ alami koloni sejenis rayap meyerupai candi dengan sebutan musamus atau bomi. Foto: Agapitus Batbual/ Mongabay Indonesia

 

Tampak jalanan menuju area musamus becek kala musim penghujan. Foto: Agapitus Batbual/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version