Mongabay.co.id

Kebun Hidroponik di Atap Hotel, Siasat Pasok Pangan di Nusa Penida

 

Kepulauan Nusa Penida yang terdiri dari pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan, di Kabupaten Klungkung, Bali ini makin ramai dikunjungi wisatawan karena keunikan alamnya. Hotel dan restoran terus bermunculan tak henti, dengan nyaris semua material bangunannya dipasok dari luar pulau.

Bahan makanan di Kepulauan Nusa Penida juga sangat tergantung pada pasokan pangan dari luar pulau, salah satunya Pulau Bali. Saat pelabuhan barang bermasalah atau gelombang tinggi, niscaya para pengusaha wisata di kawasan ini kelabakan.

Sebuah situasi yang berkebalikan dengan kondisi masa lalu Nusa Penida yang oleh sejumlah literasi disebut pulau bandit. Istilah bernada bernada negatif yang dibahas dalam website berisi hasil penelitian dan publikasi Nusapenida.nl, bersangkut-paut dengan masalah “pembuangan” di Nusa Penida. Berdasarkan sejumlah referensi, diketahui Nusa Penida milik kerajaan Klungkung, telah dipergunakan sebagai tempat pembuangan atau penjara bagi narapidana dari beberapa kerajaan di Bali (Klungkung, Gianyar dan Bangli).

Tak banyak yang membahas sejarah masa lalu Nusa Penida itu kini karena sejumlah pejabat daerahnya pernah menyebutnya Telur Emas-nya Bali atau Raja Lima, untuk membandingkannya dengan Raja Ampat di Papua.

baca : Uniknya Kebun Hidroponik Tenaga Surya di Noja Bali

 

Area kebun hidroponik dalam green house seluas dua are di atap hotel Arsa Santhi di Desa Ped, Pulau Nusa Penida, Bali. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia.

 

Masalah Kepulauan Nusa Penida masa kini adalah logistik. Bagaimana memenuhi kebutuhan pangan, atau setidaknya untuk hotel dan restoran yang makin bersaing? Salah satu hotel di Pulau Nusa Penida bernama Arsa Santhi di Desa Ped selama beberapa bulan ini berhasil memanen aneka sayuran dari petak kebun di atas atap hotelnya.

Area hidroponik hotel yang berdiri 2017 lalu ini terlihat menghijau dengan aneka sayuran di atap seluas dua are. Pengelolanya membuat green house, sebuah area tertutup dengan dinding dan atap plastik bening dengan rangka baja ringan untuk mencegah hama dan memastikan kebersihannya.

Dalam rumah kebun ini berderet demplot-demplot sayuran terutama pelengkap salad seperti selada air, pokcoy, terung, kangkung, bayam, paprika, timun, cabai, tomat, dan lainnya. Semua kebutuhan utama restoran dan dapur hotelnya. “Sudah banyak warga yang beli di sini,” ujar Ari Setyawati, pemilik hotel saat dikunjungi pada Rabu (12/2/2020).

Meski menambah biaya untuk pembuatannya, Ari mengatakan green house terbukti mengatasi masalah ulat dalam sayuran yang sering ditemukan saat menyiapkan menu salad sehingga banyak sayuran tidak terpakai.

Hidroponik dengan media tanam utama air dan nutrisi ini bisa diatur panen sayurannya setiap hari. Bahkan demplot kangkung terlihat berlebihan, batang kangkung terlalu tinggi dan mulai layu tak dipanen.

baca juga : Hidroponik, Solusi Pertanian Lahan Sempit di Perkotaan

 

Ari Setyawati, pemilik Hotel Arsa Santhi sedang memanen sayuran dalam green house hidroponik di atap hotelnya di Desa Ped, Nusa Penida, Bali. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Hal menarik, kebun ini menggunakan air tetesan pendingin udara (AC) dari 27 kamar-kamarnya yang ditampung dalam bak besar di atap, kemudian dialirkan ke area hidroponik yang harus terus tertutup mencegah hama masuk.

Pekerja hotelnya tiap hari bergiliran menjadi tukang kebun.Ada buku panduan perawatan tiap hari yang dikerjakan bergantian antara bagian dapur dan teknis (engineering). Misalnya kegiatan harian dimulai dari cek pH air minimal 1200 ppm, tambahkan air di setiap penampungan, pastikan stick drif tak tersumbat, cek tangki penampungan air AC, cek kebocoran pipa, konstruksi, pembibitan, dan tanaman yang mati.

Ari mengatakan pertanian di atas atap jadi pilihan karena hasilnya lebih pasti dan tak perlu lahan tambahan lagi. Terlebih kondisi tanah Nusa Penida adalah lahan batu berkapur dan sulit air, sehingga para petani konvensional mengandalkan air hujan untuk mulai musim menanam bahan pangan di lahan kering seperti jagung dan ketela.

Sementara pengusaha wisata akomodasi dan restoran banyak memerlukan sayuran umur pendek untuk olahan menu-menu mereka seperti sayur hijau, pokcoy, selada, kol, dan lainnya. “Biasanya beli dan perlu nunggu lama karena transportasi lewat laut, kadang layu,” tambah Ari.

Karena itu setelah mengetahui informasi berkebun hidroponik dan dampingan dari Klungkung Hidroponik, ia segera merencanakannya di atas atap hotelnya. Awalnya ia berencana membuat area yoga karena mendapat pemandangan laut dan perbukitan. Namun kini, aktivitas berkebun juga bisa jadi aktivitas olahraga dan rekreasi untuk tamunya.

menarik dibaca : Kisah Aira, Bocah Kota yang Bercita-cita Menjadi Petani

 

Ari Setyawati dan bakal buah melon yang bisa dibudidayakan dengan cara hidroponik di atas atap hotelnya. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia.

 

Hidroponik adalah bertanam tanpa media tanah, diganti dengan sarana lain seperti arang, kayu, batu apung, kerikil, spons, dan lainnya dan unsur haranya dilarutkan melalui air. Banyak model hidroponik seperti deep water culture, deep flow, static, dan lainnya. Teknologi hidroponik terus berkembang dengan sejumlah inovasi untuk melipatkan hasilnya dalam lahan lebih sempit.

Hotel Arsa Santhi juga membuat demplot hidroponik kecil di tengah taman sebagai perkenalan dan penunjuk ada kebun lebih luas di atap. Tambahan kebutuhan listrik dari kalkulasinya sekitar 10% untuk pengairan mesin pemutar air di kebun. Ari belum pernah melihat dan mempelajari pembangkit listrik dari tenaga surya, dan mengaku tertarik mengaplikasikannya ketika diajak mendiskusikan hal ini oleh Mongabay Indonesia.

Beberapa akomodasi sudah memasang instalasi panel surya di Nusa Lembongan misalnya Lebaoh Villa dan Bong Hostel. Ini adalah siasat mengoptimalkan potensi paparan cahaya matahari di Nusa Penida di tengah tidak stabilnya pasokan listrik dari PLN. Ide pemerintah membuat proyek energi terbarukan dari potensi tenaga bayu di Nusa Penida telah gagal karena tak berkelanjutan dan sampai kini sejumlah unit istalasinya terlihat mangkrak di atas bebukitan Puncak Mundi.

Keberhasilan Arsa Santhi melakukan hidroponik, menarik perhatian seorang pengusaha muda Nusa Penida lainnya, Wayan Sukadana. Pria dari Desa Suana ini yang membagikan informasi kebun atap itu lewat media sosialnya dari pengalamannya berkunjung. Sukadana berencana membuat hidroponik di area sumur-sumur penyimpan air hujan di hotelnya. “Restoran perlu sayur segar,” ujarnya.

 

Exit mobile version