Mongabay.co.id

Penyu Hijau Mati Mulut Penuh Sampah Plastik di Sumbawa

 

 

 

Tonjes, pegiat wisata di Sumbawa Barat tengah membersihkan sampah di kawasan Pinisi, Pantai Poto Batu, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Kamis siang, 20 Februari lalu. Dari kejauhan dia melihat ada benda berukuran besar mengapung. Kala dia dekati, ternyata, penyu hijau sudah mati dengan mulut penuh sampah plastik.

Pria berambut gondrong ini mengeluarkan sampah-sampah plastik dari mulut penyu hijau betina ini. Tonjes tidak tega membedah lambung penyu untuk melihat jenis sampah apa yang masuk ke dalam tubuhnya.

‘’Bisa jadi, hewan itu mati karena tersedak sampah. Apalagi, dari dalam mulut ditemukan beberapa botol bekas teh botol,’’ katanya.

Tonjes memperkirakan, kematian penyu itu baru beberapa jam terlihat dari bangkai penyu masih segar. Kerang yang jadi parasit di cangkang penyu masih hidup, tak ada bau busuk.

Tonjes bilang, sebelum berhasil dibawa ke pesisir, bangkai penyu ini sempat terombang-ambing pasang surut air laut. Untuk mengevakuasi hewan itu, dia memerlukan waktu cukup lama. Dia meminta bantuan istrnyai yang tidak jauh dari lokasi temuan. Dibantu beberapa rekan, penyu kemudian dibawa ke Pantai Poto Batu. ‘’Untuk mengangkat penyu ini, saya dibantu empat orang,’’ katanya..

Tidak lama setelah itu, dia meminta bantuan kepada warga Sumbawa Barat melalui media sosial Facebook untuk menghubungi pihak terkait. Tidak lama setelah viral di media sosial, petugas Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) turun ke lokasi.

‘BKSDA juga turun langsung melihat bangkai penyu ini. Katanya ini termasuk hewan dilindungi,’’ kata Tonjes.

Dia bilang, dari penuturan BKSDA, hewan ini diperkirakan berusia antara 60-70 tahun dengan panjang sekitar 100 cm lebih.

‘BKSDA langsung menangani hewan ini. Saya juga sempat dimintai keterangan. Setelah semua proses selesai, bangkai kita tanam langsung di Pantai Poto Batu.”

Kawasan Pinisi Pantai Poto Batu termasuk satu lokasi pendaratan penyu untuk bertelur. Hanya saja, telur-telur penyu itu tidak bisa berkembang karena setiap saat selalu saja diambil oleh warga yang kebetulan memancing di tempat ini.

Petugas BKSDA sudah sering memberikan imbauan agar telur-telur penyu tidak diambil. ‘’Wilayah Pinisi memang lokasi bagi penyu-penyu ini bertelur. Telurnya tidak ada bisa menetas karena selalu diambil oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab,’’ katanya.

 

Penyu  yang sedang sakit di kolam perawatan Komunitas Pecinta Penyu Kota Mataram di Pantai Mapak. Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia

 

Terdampar, diselamatkan

Pekan sama, ada temuan penyu di lokasi wisata mangrove Bagek Kembar, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, viral di media sosial. Sejumlah akun membagikan video dan foto penemuan penyu jenis lekang yang terlihat memiliki satu sirip.

Melihat postingan itu, tim respon cepat Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar turun menangani. BPSPL mengkonfirmasi Poklawisma Bagek Kembar yang jadi mitra mereka di lapangan dan membenarkan kejadian itu.

Petugas BPSPL Nurhamdani dan M Supriyadin langsung menuju Bagek Kembar. Beruntung, penyu bisa diselamatkan di dalam tambak milik Harniati, yang menemukan saat mencari kerang Selasa (25//2/20) pukul 10:00 di hutan mangrove Bagek Kembar.

Bagek Kembar dikenal dengan hutan mangrove yang lebat dan jadi lokasi wisata. Melihat penyu lemah, Harniati berinisiatif membawa ke tambaknya. Dia langsung melaporkan penemuan itu ke Poklawisma Bagek Kembar.

Tim respon cepat BPSPL melakukan pemeriksaan awal dan didapat penyu sudah lama memiliki satu flipper (sirip). Hasil pemeriksaan tim terdapat luka di bagian kerapas bawah. Tim morfologi awal dan berkoordinasi dengan dokter hewan sekaligus pakar penyu, Ida Bagus Windia Adnyana dan disarankan untuk membawa ke kolam penangkaran penyu di Pantai Mapak, Kota Mataram.

Setelah sosialisasi dan pemahaman kepada warga sekitar lokasi, tim memobilisasi penyu ke Mataram. Saat ini, penyu lekang dengan panjang 62 cm, lebar 64 cm dan berbobot kurang lebih 26 kg itu masih monitoring dan dititipkan di kolam milik Komunitas Pecinta Penyu Mataram (KP2M) di Pantai Papak, Kota Mataram.

Pantauan Mongabay di kolam perawatan KP2M terlihat 10 penyu, satu penyu, sisanya lekang. Dua lekang besar terlihat sangat lemah. Di kepala ada luka. Kedua penyu itu hanya diam di pojok kolam. Berbeda dengan penyu lain yang terus bergerak.

Rombongan Komunitas Turtle Conservation Community (TCC) Nipah datang mengunjungi kolam penangkaran Pantai Mapak. Rupanya mereka juga penasaran dengan informasi penemuan penyu lekang. Di sana mereka juga melihat lokasi perawatan penyu-penyu sakit itu. Mayoritas penyu ditemukan terdampar dalam kondisi lemah.

“Kami studi banding juga melihat bagaimana pengelolaan di sini,’’ kata Suhaimi, anggota komunitas Turtle Conservation Community.

 

Petugas BPSPL Denpasar mengukur panjang dan lebar penyu lekang yang ditemukan di perairan Bagek Kembar, Sekotong, Lombok Barat. Penyu ini ditemukan oleh masyarakat yang sedang mencari kerang. Foto: BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Pendaratan penyu

Ida Bagus Windia Adnyana, pakar penyu bilang, pantai di Lombok dan Sumbawa, memang lokasi pendaratan penyu. Di Lombok, pantai dari Mapak Kota Mataram hingga Sekotong Lombok Barat menjadi lokasi bertelur penyu. Dulunya, biasa saja penyu bertelur dan masyarakat mengambil penyu untuk konsumsi. Saat musim tidak melaut karena cuaca buruk, penyu naik bertelur. Telur penyu mengandung protein tinggi dan biasa dikonsumsi masyarakat.

“Menjadi masalah, karena mereka ambil semua dan jual,’’ kata pria yang akrab dispa Gus Win ini.

Pemerintah bersama komunitas selama ini aktif mengkampanyekan penyelamatan penyu. Lokasi-lokasi yang menjadi pendaratan penyu jadi lokasi penangkaran. Telur penyu yang ditemukan dipindahkan ke penangkaran. Setelah menetas, dilakukan pelepasan bersama-sama antara pemerintah dan komunitas.

Win bilang, penyu hijau itu penting secara ekologis dan ekonomis. Penyu-penyu itu sebagai agen yang memindahkan nutrisi di daerah lain. Dari nutrisi itulah mereka kemudian bertelur di perairan Lombok dan Sumbawa. Secara ekologis, juga bisa menjadi informasi untuk mengetahui kondisi perairan asal penyu itu.

Dia mencontohkan, penyu yang mendarat di Lunyuk, pantai selatan Sumbawa telur lebih besar dibandingkan yang mendarat di pantai utara Sumbawa. Penyu yang mendarat di pantai selatan berasal dari perairan Australia, sementara yang di utara dari perairan Philipina. “Ini menjadi informasi dasar bahwa perairan di Australia lebih bagus.”

 

Keterangan foto utama:  Tonjes, pegiat wisata di Pantai Poto Batu, Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, menemukan penyu hijau mati. Dari mulut penyu ini banyak sampah plastik, termasuk bekas teh botol. Foto: Tonjes/Mongabay Indonesia

Penyu-penyu di kolam perawatan di Komunitas Pecinta Penyu Kota Mataram di Pantai Mapak, Kota Mataram. Saat ini, ada 10 penyu sedang pemantauan. Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia
Exit mobile version