- Sebanyak 1.300 orang dari 60 organisasi dan komunitas serta masyarakat umum melakukan gerakan bersama bersih pantai dan laut di Pantai Tanjung Bayang, Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (15/3/2020). Bersih Pantai dan Laut bertujuan untuk penyadartahuan masyarakat pentingnya menjaga kebersihan laut.
- Terkumpul sampah sebanyak 1436,12 kg sampah yang dibersihkan dari pantai Tanjung Bayang, Pantai Layar dan Pantai Angin Mammiri. Sampah itu terdiri dari plastik keras, plastik lunak, logam, karet, dsb.
- Data Bank Dunia 2018 menyebutkan 87 kota pesisir di Indonesia memberikan kontribusi 2 juta ton sampah plastik ke laut. Hasil P2O LIPI menunjukkan rata-rata sampah plastik berkisar 35,79% sampai 59,37% dari total sampah laut yang terdampar dan didominasi sampah plastik sekali pakai.
- WWF Indonesia menyebutkan Kawasan ekologi Laut Sulawesi/laut Selat Makassar merepresentasikan zona pertemuan antara populasi Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, atau percampuran antara berbagai jenis fauna dari Timur dan Barat Indonesia.
Kota Makassar memiliki garis pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara juga terancam dengan keberadaan sampah yang mencemari laut. Sehingga perlu ada gerakan bersama untuk menyuarakan keadaan darurat sampah terutama sampah plastik yang mencemari laut.
Bersih Pantai dan Laut merupakan salah bentuk kegiatan yang dilakukan banyak pihak untuk menyadarkan masyarakat pentingnya menjaga kebersihan laut.
Pandu Laut Nusantara, Yayasan Eco Nusa dan Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia melakukan gerakan bersama bersih pantai dan laut di Pantai Tanjung Bayang, Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (15/3/2020).
Gerakan bersama yang diikuti 57 organisasi dan komunitas serta masyarakat umum dengan jumlah peserta sekitar 1.300 orang ini diharapkan dapat mengajak masyarakat khususnya masyarakat kota Makassar untuk tidak membuang sampah ke laut dan juga mengurangi pemakaian plastik sekali pakai agar tidak berdampak pada kerusakan ekosistem laut.
baca : Kaka Slank dan Pandu Laut Kumpulkan 8,81 Ton Sampah di Makassar, Begini Ceritanya..
Direktur YKL Indonesia, Nirwan Dessibali menyatakan bahwa gerakan bersih pantai dan laut ini harus terus dilakukan oleh berbagai pihak selain untuk mengurangi masuknya sampah ke lautan, juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya kebersihan laut.
“Laut berkontribusi besar terhadap kehidupan masyarakat di Kota Makassar sehingga masyarakat perlu menjaga kebersihan dan kesehatan laut untuk keberlangsungan hidupnya,” ujarnya.
Berdasarkan data Bank Dunia tahun 2018, lanjut Nirwan, 87 kota pesisir di Indonesia memberikan kontribusi 2 juta ton sampah plastik ke laut. Hasil penelitian Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan rata-rata sampah plastik berkisar 35,79% sampai 59,37% dari total sampah laut yang terdampar dan sampah plastik yang dominan ditemukan adalah sampah plastik sekali pakai.
Muhammad Fauzi Rafiq sebagai Team Leader kegiatan menyampaikan dalam waktu sekitar dua jam peserta mengumpulkan sebanyak 1436,12 kg sampah disepanjang pantai Tanjung Bayang, Pantai Layar dan Pantai Angin Mammiri yang memiliki panjang sekitar 1 km.
Sampah yang dikumpulkan terdiri dari plastik keras 169,38 kg (11,79%), plastik lunak 96,05 kg (6,69%), logam 21,14 kg (1,47%), karet 16,9 kg (1,18%), Styrofoam 312,53 kg (21,76%), kaca 193,24 kg (13,46%), kertas 16,73 kg (1,16%), kayu 63,34 kg (4,41%), kain 47,52 kg (3,31%), bahan berbahaya dan beracun 4,27 kg (0,30%), organik 289,66 kg (20,17%), dan sampah lainnya 205,36 kg (14,30%).
“Dari hasil bersih pantai dan laut terlihat bahwa sampah plastik mendominasi terutama plastik sekali pakai. Ini tentu berbahaya bagi kesehatan laut mengingat bahwa sampah plastik dan styrofoam memerlukan ribuan tahun untuk bisa terurai,” ujar Oci sapaan akrab Muhammad Fauzi Rafiq.
baca juga : Aksi Menghadap Laut 2.0 di Makassar, Sampah Terkumpul Didominasi Bahan Plastik
Ketua Umum Pandu Laut Nusantara, Bustar Maitar menyatakan bahwa perlunya kesadaran masyarakat untuk mengurangi pemakaian plastik sekali pakai.
“Gerakan bersih pantai dan laut ini merupakan wadah untuk pemerintah, organisasi atau komunitas yang peduli laut untuk bersama-sama memberikan contoh yang baik, sehingga masyarakat nantinya dapat mengikuti kebiasaan bersih pantai ini dan diharapkan dapat mengubah kebiasaan masyarakat untuk menggunakan plastik sekali pakai dan kebiasaan membuang sampah di laut,” ujarnya.
Diharapkan gerakan bersih pantai dan laut ini dapat menjadi agenda rutin Kota Makassar dan juga diikuti di berbagai kota di Indonesia. Sehingga dapat mengembalikan keindahan, kebersihan dan kesehatan laut Indonesia.
Sementara salah satu peserta, Yendi Mansur Alfarizi dari Duta Lingkungan Sulselbar menyebut kegiatan ini sangat positif dan harus menjadi agenda rutin.
“Sebagai generasi milenial, sebetulnya itu harusnya banyak memberi inspirasi bukan hanya kepada generasi muda, tetapi juga kepada generasi berikutnya. Jadi dengan adanya kegiatan ini, akan banyak anak muda yang sama-sama bergerak concern menjaga lingkungan,” ujarnya.
menarik dibaca : Mengenal Kampung Daur Ulang Sampah Makassar
Terpisah, Odiz salah satu peserta mengaku kedatangannya dalam aksi bersama bersih pantai ini karena prihatin dengan kondisi pantai dan laut Kota Makassar.
“Saya datang secara pribadi, saya bukan orang Makassar, kebetulan saya kerja di sini, terus melihat even ini. Sebelumnya, pernah datang ke pantai ini juga dan melihat kondisinya tidak sebagaimana harusnya pantai. Banyak sampah, karena sayang banget kan, Sulawesi itu pantainya bagus-bagus, tapi banyak sampah, jadi keindahannya berkurang,” ujar Odiz.
“Waktu lihat acara ini, saya tergerak untuk ikut. Paling tidak, saya bisa berkontribusi melalui hal-hal kecil yang bisa saya lakukan buat daerah dimana saya tinggal,” Odiz menambahkan.
Kepala Bagian Humas LIPI Isrard M menyebutkan konsumsi plastik di Indonesia per kapita sudah mencapai 17 kilogram (kg) per tahun dengan pertumbuhan konsumsi 6-7 persen per tahun. Indonesia bahkan sudah menjadi negara terbesar kedua di dunia yang membuang sampah plastiknya ke laut.
“Sampah plastik ini dapat berubah menjadi mikroplastik yang terapung di lautan dengan ukuran lebih kecil dari satu mikron. Bahan ini jelas berbahaya jika sampai masuk ke rantai makanan melalui ikan, biota laut, dan berakhir di tubuh manusia,” katanya.
Isrard menyebutkan, penggunaan plastik berlebihan untuk kemasan pangan, peralatan rumah tangga, hingga mainan anak-anak bisa merugikan kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup.
perlu dibaca : Bersama-sama Mewujudkan Makassar Bebas Sampah Plastik
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, mempunyai panjang garis pantai 81.000 km, yang tidak terlepas dari kondisi pantai, sehingga kondisi pantai yang buruk bisa memengaruhi kualitas laut, hingga bisa membunuh biota.
WWF Indonesia menyebutkan Kawasan ekologi Laut Sulawesi/laut Selat Makassar merepresentasikan zona pertemuan antara populasi Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, atau percampuran antara berbagai jenis fauna dari Timur dan Barat Indonesia.
Kawasan ini juga menjadi zona berkembang biak bagi sebagian besar populasi downstream. Kawasan ini kaya akan berbagai spesies yang langka dan unik. Kawasan ekologi Laut Sulawesi/ laut Selat Makassar memiliki peran integral dalam konektivitas dan persebaran larva melalui “Indonesian Throughflow,” tinggi akan kekayaan spesies, dan tingginya representasi keanekaragaman taksonomi dan genetik dari seluruh Indonesia.
Kawasan perairan Sulawesi sangatlah penting bagi berbagai spesies Cetacea, terutama Paus Sperma yang berkembang biak di wilayah utara Sulawesi. Kawasan ini juga menjadi sumber makanan penting bagi Penyu dan menjadi koridor migrasi dan koridor migrasi pasca mereka bertelur.