Mongabay.co.id

Kodingareng Keke Ditarget jadi Laboratorium Terumbu Karang Sulawesi

 

Sulawesi Selatan dikenal sebagai salah satu provinsi yang memiliki banyak kepulauan, dengan sebutan kawasan Spermonde, yang mengalami kerusakan terumbu karang, oleh bom dan bius. Namun, berbagai upaya konservasi masih terus dilakukan berbagai pihak.

Kawasan laut Spermonde yang membentang dari Kabupaten Takalar hingga Kabupaten Barru dengan jumlah 121 pulau. Salah satu Kawasan Spermonde adalah Pulau Kodingareng Keke, yang letaknya tidak terlalu jauh dari Kota Makassar atau dengan jarak tempuh sekitar 1 jam.

Dengan inisiasi dari Lantamal VI Makassar, sekitar 300 penyelam baik dari unsur sipil, juga dari TNI sendiri melakukan rangkaian puncak transplantasi terumbu karang kebangsaan bertema Garuda di Lautku di perairan Pulau Kodingareng Keke pada 15 dan 16 Maret 2020.

Modul transplantasi dengan anakan terumbu karang berbentuk burung Garuda, bertuliskan Bhineka Tunggal Ika seluas 40×40 meter dan tinggi 4 meter dipasang di perairan sedalam 12-20 meter.

Penurunan modul transplantasi yang telah dilakukan sejak awal Maret 2020 diharapkan dapat menjadi pemicu kesadaran semua pihak dalam hal menjaga habitat biota laut itu.

baca : Garuda di Lautku, Upaya Mengembalikan Ekosistem Laut di Kodingareng Keke

 

Prosesi transplantasi terumbu karang Garuda di Lautku di Perairan Pulau Kodingareng Keke, Kepulauan Spermonde, Sulsel. Foto : Lantamal VI Makassar

 

Kepala BPSPL Andry Indryasworo Sukmoputro mengatakan, untuk jenis terumbu karang yang ditransplantasi berupa hard coral jenis Acropora.

“Kegiatan transplantasi karang ini tidak hanya sekedar aksi selintas atau bersifat seremonial saja, tetapi diharapkan ke depan, lokasi ini diharapkan bisa menjadi laboratorium karang Sulawesi, mengingat daerah Spermonde maupun perairan laut Sulawesi memiliki keanekaragaman hayati karang yang cukup bagus dan banyak yang diupayakan dapat dikembangkan di areal wisata pulau Kodingareng Keke ini,” jelas Andry, saat dihubungi Mongabay.

Mengenai keberlanjutan usai pencanangan ini, BPSPL bersama Lantamal VI Makassar serta kelompok-kelompok pemerhati dan pencinta lingkungan, serta masyarakat binaan sekitar akan melakukan pemeliharaan modul transplantasi karang tersebut.

“Transplantasi merupakan salah satu cara efektif, untuk menumbuhkan terumbu karang, meski butuh waktu lama. Pemilihan lokasi, jenis terumbu karang yang ditransplantasi kesiapan tim Garuda di Lautku mengelola dan kualitas perairan merupakan kunci keberhasilan transplantasi terumbu karang,” papar Andry.

baca juga : Terumbu Karang Pesisir Makassar Rusak Parah. Dampak Reklamasi?

 

1. Proses pengambilan/ pemotongan bibit karang dalam program transplantasi terumbu karang Garuda di Lautku di perairan Pulau Kodingareng Keke, kawasan laut Spermonde, Sulawesi Selatan bersama tim Marinir dari Lantamal VI Makassar dan BPSPL Makassar. Foto : BPSPL Makassar

 

Setelah semua media transplantasi telah diikat, dengan karang yang ingin ditumbuhkan, maka media transplantasi tersebut dibiarkan dalam perairan laut selama lebih kurang 3-6 bulan, agar anakan terumbu karang tersebut dapat tumbuh.

Salah satu staf BPSPL Makassar, Kris Handoko menyebutkan, minimal pihaknya akan melakukan monitoring pemantauan pertumbuhan karangnya melalui foto-foto awal yang telah diambil oleh divers.

Kemudian per 3/6/12 bulan, akan melakukan pendataan ulang, monitoring, dan persentase kelulusan hidup karang hasil transplantasi melalui foto-foto karang yang akan terus diperbaharui. Minimal, kata Kris, ketika para penyelam juga terlibat dalam pengambilan foto-foto awal transplantasi dan menamai sesuai namanya, maka diharapkan akan ada ikatan emosional untuk tahu juga perkembangan dari transplantasi karang tersebut.

“Intinya, jangan sampai kita melupakan bahwa roh kegiatan Garuda di Lautku adalah pengembangbiakkan aseksual karang dengan jalan transplantasi. Kita berharap kegiatan monitoring dan evaluasi pertumbuhan karang bisa juga dilakukan secara mandiri yang dikerjakan juga oleh para penyelam ke depannya,” ujar Kris.

menarik dibaca : Cerita Membangun ‘Surga Karang’ di Pulau Bontosua

 

Transplantasi terumbu karang pada modul berbentuk Garuda. Foto : BPSPL Makassar

 

Lebih lanjut, Kris menyebutkan peran pemerintah, dalam hal ini BPSPL Makassar, adalah mendorong kesadaran bahwa kegiatan transplantasi karang tidak cukup hanya dengan penanaman saja, tanpa peduli hasilnya ke depan.

“Insyaallah karang transplantasi ini bisa terjaga dengan baik jika makin banyak masyarakat yang tahu bahwa sangat penting melindungi sumberdaya alam yang gampang rusak ini,” jelas dia.

BPSPL memperkirakan luas terumbu karang Pulau Kodingareng Keke sekitar 15-23 hektare.

“Siapa pun dan kapan pun pelaksanaan monitoring ke depannya, dapat membandingkan pertumbuhan karang dengan menggunakan foto-foto tersebut sebagai baseline data awal. Satu atau dua foto karang transplantasi yang disampaikan sangat berarti bagi kemajuan bangsa Indonesia dalam melakukan rehabilitasi terumbu karang ke depan,” jelas Kris.

Komandan Lantamal VI Makassar, Laksamana Pertama TNI Hanarko Djodi Pamungkas, mengatakan, seluruh terumbu karang dari Sabang sampai Merauke, hampir setengahnya telah mengalami kerusakan, baik akibat ulah manusia atau rusak secara alamiah.

“Inilah momentum terbaik untuk mencanangkan kepedulian nasional bagi pelestarian terumbu karang. Tak hanya bagi kehidupan saat ini, terumbu karang juga memiliki kemanfaatan melimpah bagi kehidupan bangsa Indonesia bahkan seluruh manusia di masa yang akan datang,” jelas Djodi.

baca juga : Kelompok Ini Sukses Tumbuhkan Kembali Terumbu Karang. Bagaimana Ceritanya?

 

Transplantasi terumbu karang pada modul berbentuk Garuda. Foto : BPSPL Makassar

 

Untuk itulah, lanjut Djodi, gerakan Garuda di Lautku menjadi tonggak komitmen bersama untuk secara nasional menjaga kelestarian alam bawah laut nusantara. Gerakan ini tidak terlepas dari gerakan ideologis bangsa dan negara Indonesia, Pancasila.

“Kelestarian terumbu karang menjadi rasa syukur kepada Allah SWT, kemanfaatannya dilandaskan pada kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan disertai pemahaman bahwa laut adalah pemersatu Indonesia sebagai bangsa kepulauan yang terdiri atas kemajemukan suku, bahasa, dan agama. Pengelolaan terumbu karang harus berlandaskan kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan mufakat. Pada akhirnya, kelestarian terumbu karang akan bisa memberikan kesejahteraan dan pengelolaannya harus berkeadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia,” tandasnya.

Dengan demikian, upaya menuju laboratorum terumbu karang Sulawesi, diharapkan dapat menyelamatkan ekosistem laut Spermonde.

perlu dibaca : Begini Dedikasi Noel Janetski untuk Rehabilitasi Terumbu Karang Pulau Badi

 

 

Sedangkan Nirwan Direktur Yayasan Konservasi Laut (YKL), Nirwan memaparkan pihaknya sangat mengapresiasi langkah Lantamal VI Makassar yang melakukan upaya perbaikan ekosistem terumbu karang di Pulau Kodingareng Keke yang tentunya telah melalui kajian ilmiah.

Upaya ini akan memberikan kontribusi besar dalam memperbaiki kondisi terumbu karang di pulau Kodingareng Keke, meski, belum bisa secara langsung memberikan jaminan terumbu karang bisa langsung baik.

“Transplantasi karang dengan media raksasa belum sebanding dengan kerusakan terumbu karang saat ini. Untuk itu, perlu lebih banyak lagi upaya yang sama dilakukan. Yang menjadi catatan penting, setelah kegiatan transplantasi dilakukan perlu adanya monitoring dan perawatan. Karena tanpa monitoring dan perawatan secara berkala (minimal 1 kali dalam sebulan selama 1-2 tahun) peluang hidup hasil transplantasi karang sangat kecil. Tak sedikit upaya transplantasi gagal karena tidak ada perawatan dilakukan,” jelas Nirwan.

Bentuk perawatan yang harus dilakukan adalah membersihkan media transplantasi dari alga yang dapat mengganggu pertumbutan bibit karang dan penyulaman bibit yang mati.

 

Prosesi transplantasi terumbu karang Garuda di Lautku di Perairan Pulau Kodingareng Keke, Kepulauan Spermonde, Sulsel. Foto : Lantamal VI Makassar

 

Kementerian Kelautan dan Perikanan  menyebutkan, sampai dengan tahun 2018, sekitar 1.034.524,16 hektar (41,09% luasan terumbu karang di Indonesia) telah dilindungi di dalam kawasan konservasi. Dalam UU No.1/2014 tentang perubahan UU No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil pada Pasal 35 memuat larangan penambangan terumbu karang di dalam kawasan konservasi. Dalam forum internasional, Indonesia merupakan salah satu negara inisiator CTI dan menjadi Ketua Bersama ICRI (Internatioal Coral Reef Initiative).

LIPI menyebutkan ekosistem terumbu karang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan laut seperti tingkat kejernihan air, arus, salinitas dan suhu. Tingkat kejernihan air dipengaruhi oleh partikel tersuspensi antara lain akibat dari pelumpuran dan ini akan berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang masuk ke dalam laut, sementara cahaya sangat diperlukan oleh zooxanthella yang fotosintetik dan hidup di dalam jaringan tubuh binatang  pembentuk terumbu karang.

Arus membawa oksigen yang dibutuhkan hewan-hewan terumbu karang. Kekuatan arus memengaruhi jumlah makanan yang terbawa dengan demikian memengaruhi juga kecepatan pertumbuhan binatang karang. Suhu laut optimum bagi kehidupan terumbu karang adalah antara 26-28 C, kenaikan atau penurunan suhu dalam waktu yang relatif lama dapat mengakibatkan kematian hewan karang.

 

 

Exit mobile version