Mongabay.co.id

Harray Sam Munthe, Ingin Hutan Terjaga agar Harimau Sumatera Tak Binasa

 

 

 

 

Namanya, Harray Sam Munthe. Pria kelahiran Padang Laut, Labuhan Batu, Sumatera Utara, 57 tahun lalu ini, begitu khawatir kala melihat hutan di daerahnya terus tergerus. Sang predator puncak, harimau Sumatera, satu-satunya harimau yang tersisa di negeri ini pun makin terancam.

Alih fungsi hutan di Sumatera Utara jadi beragam peruntukan, seperti perkebunan sawit, pertambangan dan proyek-proyek lain menyebabkan kerusakan ekosistem kawasan.

Dari kegelisahan itu, pada 2017, Harray pun mendirikan Sumatran Tigers Rangers (STR), organisasi non profit yang konsern dengan harimau dan habitatnya.

Dia terus keluar masuk hutan memantau harimau dan habitatnya. Dia kerap menyisir jerat-jerat yang dipasang pemburu. Harray juga bergerak mengkampanyekan pelestarian alam.

Kala ke hutan, menyisir jerat yang dipasang untuk menjebak satwa, Harray tak pernah membawa kompas atau peta. Hutan seakan sudah menjadi rumah baginya. Dia bak hapal seluk beluk dalam hutan.

Harray mengatakan, terjadi perburuan satwa, kerusakan hutan jadi alasan kuat baginya untuk tetap berada di hutan.

 

 

Baginya, menjaga hutan dan harimau jadi panggilan hati. Sejak kecil, dia sudah terbiasa dengan hutan dan sering bertemu harimau.

“Ini panggilan hati nurani saya untuk menyelamatkan predator puncak bernama harimau Sumatera. Ia, salah satunya dengan menyelamatkan habitatnya dari kerusakan tangan-tangan kotor manusia,” katanya.

Dia mengatakan, betapa penting satwa terus ada demi keseimbangan eksosistem. Dia contohkan, harimau monyet.

Primata memakan buah matang, kemudian menyebarkan biji, sehagian juga makan daun.

Kalau tak ada harimau memangsa, populasi monyet bisa kelebihan. Bukan mustahil, kala populasi berlebih, monyet akan makan buah mentah hingga belum bisa tumbuh dan pohon pun tak mengalami regenerasi.

Begitu juga babi hutan, memiliki perilaku membongkar daun-daun kering dalam hutan. Binatang ini diburu dan dimangsa harimau, otomatis babi hutan akan terus bergerak menghindar dan terus membongkar daun-daun kering di hutan.

Dengan daun-daun kering dalam hutan terbongkar, biji akan jatuh ke tanah dan tumbuh. “Itulah mengapa saya menganggap harimau satwa penting yang harus dijaga dari kepunahan, karena bisa menjaga keberlanjutan ekosistem.”

 

Habitat harimau terus tergerus. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Harimau di Hinduan Hill

Saat ini, STR survei di beberapa kabupaten di Sumut, mulai dari Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, dan Labuhan Batu Utara. Wilayah ini, katanya, harimau Sumatera seakan lepas dari pengawasan. Tak ada monitoring. Sosialisasi pada warga juga minim.

Dia bilang, tadi itu sempat dianggap tidak ada harimau Sumatera. Faktanya, mereka temukan ada beberapa harimau Sumatera yang tersudut karena habitat hancur jadi perkebunan sawit.

Dari timur Danau Toba masuk Tapanuli Utara, Toba Samosir (Tobasa), Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara dengan luasan 200.000-an hektar, mereka sebut ladscape Haduan Hill. Dia perkirakan, setidaknya, ada 20 harimau.

“Kita menemukan jejak induk dan anak harimau Sumatera di lokasi survei. Pemantauan ini, semoga mereka bisa hidup hingga mampu menjaga populasi dari ancaman kepunahan,” katanya, seraya bilang, hutan terus menyempit jadi salah satu faktor populasi harimau Sumatera sedikit.

Dia merasa miris kala hutan lindung dan konservasi pun tergarap jadi kebun sawit. Hasil pengumpulan data organisasi yang dia dirikan, setidaknya lebih 100 hektar kawasan hutan lindung jadi perkebunan sawit di Sumut.

Dengan perbandingan, 50% milik pengusaha dan kelompok masyarakat yang punya memiliki dua hingga lima hektar. Untuk pemodal bisa menguasai 20-100 hektar, dari luas hutan lindung dan konservasi yang jadi perkebunan sawit.

“Kalau terus terjadi, beberapa tahun ke depan kondisi harimau Sumatera makin sulit, konflik bakal terjadi dimana-mana.”

 

Keterangan foto utama:  Hutan dan isinya harus terjaga demi keseimbangan ekosistem. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version