Mongabay.co.id

Ini Strategi Lindungi Nelayan dan Pembudidaya Ikan dari Dampak Wabah COVID-19

 

Wabah COVID-19 yang sedang menjadi pandemi di seluruh dunia, mendorong sektor kelautan dan perikanan di Indonesia untuk segera menyiapkan langkah antisipasi. Ada sejumlah skenario yang sudah disiapkan oleh Pemerintah Indonesia, jika dampak pandemi terasa signifikan pada perikanan budi daya dan juga kinerja ekspor.

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menegaskan, Negara akan terus hadir untuk menjaga situasi sekarang yang dinilai akan memicu dampak negatif pada produktivitas sub sektor perikanan budi daya. Penjagaan harus dilakukan, karena sub sektor tersebut kinerjanya saat ini dinilai sedang mencapai kondisi yang bagus.

“Kita tidak menampik adanya sejumlah kekhawatiran mengenai imbas wabah COVID-19 ini terhadap kinerja produksi dan ekspor perikanan. Sampai sekarang kita terus memantau dan memastikan, sekaligus melakukan langkah-langkah antisipatif jika ada tren penurunan ke depan,” ungkap dia akhir pekan lalu dalam rilis Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta.

baca : Protokol Penanggulangan COVID-19 Diberlakukan pada Perikanan Tangkap

Edhy menjelaskan, dalam kondisi sekarang di mana dunia sedang dilanda pandemi COVID-19, penurunan ekspor memang mulai terlihat karena konsumsi udang atau ikan di sejumlah negara tujuan ekspor mulai mengalami penurunan. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan atau Tiongkok saat ini sudah membatasi jumlah impor, karena banyak restoran yang sudah tutup.

Menyikapi kondisi seperti itu, Pemerintah menyiapkan skenario untuk menyelamatkan industri perikanan budi daya, salah satunya dengan membeli hasil produksi perikanan budi daya. Selain skenaro tersebut, masih ada skenario lain yang sedang disiapkan oleh Negara.

“Saya harap masyarakat tidak kendor dalam berbudi daya. Harus diyakini bahwa Negara tetap hadir untuk masyarakat,” tutur dia.

Akan tetapi, menyiapkan skenario di atas, bukannya tanpa resiko jika dijalankan. Hal itu karena, jika semua hasil produksi perikanan budi daya dibeli langsung oleh Pemerintah Indonesia, dikhawatirkan tidak akan bisa ditampung pada gudang beku (coldstorage) yang ada sekarang.

“Menurut laporan yang saya terima, wabah COVID-19 saat ini sudah menurunkan permintaan hingga 10-20 persen, tapi saya rasa ini tidak terlalu signifikan,” tambah dia.

Selain penurunan produksi, dampak negatif akibat munculnya wabah COVID-19, adalah terganggunya rantai pasok yang diakibatkan banyaknya wilayah perbatasan mengalami penutupan sementara. Oleh itu, KKP terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk menjamin lalu lintas suplai logistik dan sarana prasarana penunjang usaha bisa tetap lancar.

“Misalnya pengiriman produk ikan, pakan, benur dan obat obatan,” pungkas dia.

baca juga : Virus Corona pada Ikan Masih Belum Ada

 

Ikan beku dalam sebuah gudang beku (cold storage). Foto : Humas KKP

 

Rantai Pasok

Direktur Jenderal Perikanan Budi daya KKP Slamet Soebjakto mengatakan, pandemi Global COVID-19 memang menjadi kekhawatiran banyak pelaku usaha perikanan budi daya. Tetapi, dalam kondisi tersebut Pemerintah akan terus hadir untuk mendampingi para pembudi daya ikan untuk bisa melaksanakan produksi dengan baik.

Salah satu komoditas yang tetap digenjot produksinya di tengah situasi sekarang, adalah udang vaname yang sudah menjadi andalan Indonesia untuk pasar ekspor. Khusus untuk udang, Indonesia sudah menargetkan peningkatan produksi sampai 250% pada 2024 mendatang.

Menurut Slamet, target tersebut bisa tercapai jika produksi udang bisa berjalan dengan normal di seluruh daerah, dalam berbagai situasi dan kondisi. Untuk itu, strategi yang sudah disiapkan agar tercapai target pada 2024, adalah dengan menggenjot produksi udang di hulu.

“Artinya kita perlu optimalisasi lahan tambak yang ada. Daerah-daerah di kawasan pantai selatan Jawa punya potensi besar untuk kita kembangkan menjadi sentral produksi udang. Namun, tentunya kita harus pertimbangkan daya dukung lingkungannya juga,” paparnya.

Tak cukup di situ, agar produksi bisa digenjot sebanyak mungkin, peta jalan untuk lima tahun ke depan juga sudah disiapkan oleh KKP. Peta jalan tersebut berisi strategi untuk menggenjot produksi udang secara nasional.

“Kami akan pastikan bahwa suplai benih dan juga ketersediaan pakan ikan terjamin dengan harga yang terjangkau di masyarakat,” pungkas Slamet.

perlu dibaca : Nelayan Udang Jambi Merana Gara-gara Corona, Tangkap Ikan Sulit karena Kapal Pukat Harimau

 

Selain perikanan budi daya, KKP juga menyiapkan langkah antisipasi untuk usaha perikanan secara lebih luas. Selama masa pandemi global yang berlangsung sekarang, KKP melakukan pemantauan di sejumlah daerah yang menjadi sentra produksi untuk usaha perikanan nasional.

Adapun daerah yang dipantau adalah Bali; DKI Jakarta; Purwakarta, Bekasi, dan Indramayu (Jawa Barat); Surabaya, Malang, dan Trenggalek (Jawa Timur); Pekalongan, Ciacap, dan Tegal (Jawa Tengah); Kendari (Sulawesi Tenggara); Gunung Kidul (DI Yogyakarta); Bitung (Sulawesi Utara); Makassar (Sulawesi Selatan); dan Ternate (Maluku Utara).

“Nanti akan berlanjut ke sentra produksi dan pengolahan ikan lainnya,” ucap Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Nilanto Perbowo, akhir pekan lalu.

 

Strategi

Menurut dia, penting untuk tetap bisa melakukan pemantauan ketersediaan, perkembangan pasokan, dan harga ikan di Indonesia dalam situasi pandemi global COVID-19. Dalam melakukan pemantauan, Pemerintah menggunakan telekomunikasi dengan berbagai sumber terkait dan bisa dipercaya.

“Seperti pelabuhan perikanan, sentra produksi budi daya, eksportir, pengelola gudang beku dan pasar retail,” tutur dia.

Lebih detil, Nilanto menyebutkan ada sejumlah strategi untuk mengantisipasi dampak negatif dari wabah COVID-19 yang sekarang muncul. Dengan adanya strategi, diharapkan akan bisa dijaga stabilitas harga yang membuat pelaku usaha bisa menghindari kerugian dan sekaligus menyerap produksi ikan dengan maksimal.

Adapun, pelaksanaan strategi di lapangan adalah dengan melaksanakan kerja sama antar instansi untuk menciptakan sinergi yang akan berdampak langsung kepada masyarakat. Contohnya, adalah penyaluran bahan baku ikan segar dan olahan melalui bantuan pangan non tunai, yang sebagian dari dana tersebut bisa untuk membeli ikan segar.

baca juga : Begini Dampak Virus Corona pada Wisata Laut

 

Tumpukan Ikan beku dalam sebuah gudang beku (cold storage). Foto : Humas KKP

 

Selain strategi di atas, Nilanto menyebutkan kalau Negara saat ini menyiapkan strategi lain untuk mengatasi dampak negatif dari wabah COVID-19. Strategi tersebut, adalah melaksanakan optimalisasi sistem resi gudang (SRG) ikan atau selama ini dikenal di masyarakat dengan sistem tunda jual.

Dengan melaksanakan optimalisasi SRG, diharapkan dampak negatif bisa ditekan lebih cepat, sehingga nelayan dan pembudi daya ikan tidak mengalami kerugian yang banyak. Untuk itu, saat harga sedang turun seperti sekarang, produk yang dihasilkan nelayan dan pembudi daya ikan bisa menitipkannya di gudang beku yang sudah ditunjuk sebagai pelaksana SRG.

“Dan dapat menjualnya kembali saat harga sudah kembali membaik,” tegasnya.

Tak hanya itu, dengan menitipkan produk ke gudang beku yang ditunjuk sebagai pelaksana SRG, Nilanto menyebut kalau nelayan dan pembudi daya ikan bisa menjaminkan resi penitipan untuk dijadikan jaminan ke lembaga pembiayaan dalam pengajuan mendapatkan dana tunai untuk modal usaha.

Di luar strategi yang sudah disebut di atas, Nilanto juga mengatakan bahwa penyerapan ikan melalui gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN) juga akan berdampak sangat bagus untuk pelaku usaha dan nelayan. Juga, akan berdampak bagus pada masyarakat karena konsumsi ikan juga bisa meningkatkan ketahanan tubuh.

“Ikan dengan kandungan gizinya yang tinggi merupakan asupan yang pas untuk membantu tubuh agar tetap sehat guna menangkal serangan virus corona. Dengan mengonsumsi ikan, kita juga telah membantu nelayan, pembudi daya, pengolah dan pemasar ikan untuk tetap memperoleh penghasilan ditengah situasi yang sulit ini,” pungkasnya.

 

Sebuah truk mengangkut ikan beku dari sebuah gudang beku (cold storage). Foto : Humas KKP

 

 

Exit mobile version