Mongabay.co.id

Cerita Laskar Peduli Lingkungan Merawat Pesisir Amping Parak

Dulu, tepian laut ini gersang. Kini, setelah Laskar Pemuda Peduli Lingkungan, beraksi, tepian laut ini jadi teduh dengan cemara laut nan rindah dan indah...Foto: Jaka Hendra Baittri/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Angin berhembus, dan hempasan ombak menghantam Pantai Amping Parak, menemani Novendra menyusuri pantai melihat penyu bertelur. Tiba-tiba dua motor melewati dalam jeda waku lima menit. Dia tahu, mereka itu pencuri telur penyu. Apa daya, Novendra sendirian berbekal senter dan berjalan kaki mengejar motor itu.

Kondisi seperti ini sering terjadi. Terkadang bila beruntung dia atau bersama tim menemukan sarang penyu masih utuh. Sebaliknya, mereka sering tak beruntung karena didahului pencuri telur penyu.

Ketidakberuntungan ini diketahui saat mereka menemukan lubang sudah tak ada telurnya lagi. Kondisi lokasi penyu bertelur juga sudah berantakan teracak-acak oleh pencuri telur. Sekali waktu Novendra bersitatap dengan para pencuri ini. Beruntung tak ada baku hantam. Novendra mengingatkan, kalau ketahuan polisi, mereka bisa ditangkap. Mereka balik ancam Novendra.

Dia berupaya pendekatan persuasif ke mereka.“Manusia jadi salah satu musuh perkembangan penyu itu,” katanya, Maret lalu.

Novendra tergabung dalam Laskar Pemuda Peduli Lingkungan Amping Parak. Mereka berupaya menjaga telur-telur penyu di Pantai Amping Parak, Nageri Amping Parak, Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Biasa dia bertemu dengan tempat telur atau penyu baru naik ke darat untuk bertelur. Noven akan menunggui penyu sampai bertelur. Penyu tidak takut.

“Yang penting mereka tidak mencium bau kita. Kalau mereka mencium bau kita, akan lari ke laut,” kata pria yang pernah menjadi tenaga kesehatan ini.

Setelah penyu ke laut, telur-telur itu dia ambil untuk mereka tangkarkan hingga menetas lalu lepas ke laut. “Kalau tidak diambil manusia, banyak pencuri atau predator lain yang memakan nanti.”

Novendra mengatakan, pada November dan Desember 2019, penyu tak dapat naik ke darat karena abrasi. Abrasi, katanya, menyebabkan banyak cemara laut roboh. Menara pemantau kecil laskar juga roboh.

Dia berharap, ada bantuan batu pemecah ombak beberapa meter dari Pantai Amping Parak, tempat tim laskar patroli telur penyu selama empat tahun belakangan.

 

 

Berawal dari tanam pohon

Novendra dan 11 orang anggota laskar sejak empat tahun ini berpatroli. Awalnya, mereka tak ada rencana ini. Kala itu, penanaman pohon ketapang di pinggir pantai. Banyak ketapang tak tahan dan rusak, maka mereka tanam lagi cemara laut “Itu pada 2013,” katanya.

Pada 2014, bibit-bibit itu tumbuh dan mulai muncul ikan-ikan termasuk penyu datang menguburkan telur di pinggir Pantai Amping Parak. Sejak itu, mereka patroli.

“Pandangan orang tentang penyu sebagai hewan dilindungi masih berbeda, apalagi yang biasa bekerja mencari telur tukik. Jadi yang patroli paling tiga orang, dua orang bahkan saya sendirian juga sering,” katanya.

Meskipun begitu, walau lamban tetapi mulai ada perubahan. Warga yang biasa ambil telur penyu, ada yang beralih jual ikan. Ada juga yang bergabung jadi anggota laskar.

Haridman, ketua sekaligus pendiri Laskar Pemuda Peduli Lingkungan Amping Parak mengatakan, mereka mulai 2013 bersama sekitar 12 orang. Kawasan ini, katanya, terbentuk dari aksi penanaman vegetasi pantai. “Awalnya, rehabilitasi pantai tandus,” katanya.

Dia dan beberapa rekan merasakan betapa tandus pantai mereka. Sesekali ada nelayan, itupun tak ada tempat berteduh. Lantas Haridman dan 50 orang swadaya mengumpulkan bibit pohon ketapang. Dalam perjalanan yang terus konsisten tinggal 12 orang.

Hasil penanaman ketapang tak berhasil. Mereka mencoba tanam mangrove dan cemara laut. Haridman bilang, ada yang mencari bibit mandiri mangrove dan cemara laut, ada juga bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Mereka berhasil dapat bibit pada 2014 dan menanamnya.

“Kita coba [tanam] mangrove sepanjang 2,7 km. Pada 2015, kita menanam cemara laut 3.300 batang dan mangrove 35.000. Alhamdulillah, tumbuh baik,” katanya.

 

Sepriadi, membibitkan cemara laut secara mandiri. Foto: Jaka Hendra Baittri/ Mongabay Indonesia

 

Setelah Pantai Amping Parak, rindang dan ekosistem berubah. Biota laut, seperti ikan-ikan, kepiting, udang, sampai penyu datang. “Penyu mulai berlabuh di pantai dan mulai banyak bertelur.”

Penyu datang, ada keperluan menjaga mereka dan telur yang banyak ancaman dari manusia maupun hewan predator. Ada tiga jenis penyu sering bertelur di Pantai Amping Parak, yakni, penyu sisik (Eretmochelys imbricata), lekang (Lepidochelys olivacea), dan hijau (Chelonia mydas). “Yang paling dominan bertelur di sini jenis lekang,” katanya.

Rata-rata setiap tahun ada 120 sarang bisa mereka selamatkan sesuai prosedur konservasi penyu seluruh dunia. “Setiap penyu atau tukik menetas kita rilis ke laut. Kita tidak perawatan penyu kecuali ada yang sakit dan gangguan atau untuk edukasi,” katanya.

Penangkaran penyu Amping Parak, ada dua penyu sudah besar yang dirawat buat pengenalan pada masyarakat sebagai edukasi.

Haridman tak menampik banyak persoalan lapangan, seperti pemahaman masyarakat terkait status penyu diilnungi masih tantangan. Masyarakat, katanya, masih ada yang bergantung dari mejual telur penyu. Ada pula yang awalnya penjual telur penyu berbalik jadi anggota laskar.

“Setelah dilepas biasa burung, ikan dan alat tangkap yang tidak sesuai standar penangkapan ikan atau yang tidak sesuai aturan berlaku,” katanya.

Menurut dia, penyu kadang terperangkap di pukat atau jaring nelayan. Jika kalau itu terjadi, katanya, laskar berharap nelayan melepaskan kembali. “Atau kalau perlu perawatan setelah tertangkap, kami minta masyarakat mengantarkan ke konservasi penyu ini. Kita lakukan perawatan, setelah sehat kita rilis ke laut.”

 

Rumah pembibitan mangrove Amping Parak. Foto: Jaka Hendra Baittri/ Mongabay Indonesia

 

Pembibitan

Sepriadi, juga laskar, setiap pagi mencari bibit-bibit cemara lalu membersihkan untuk menambah pembibitan cemara mereka. Bibit-bibit itu, dia jual ke warga atau ke nagari lain atau ditanam di sepanjang Pantai Amping Parak.

Dia mengatakan, keperluan bibit cemara laut dan mangrove sangat banyak. “Di nagari tetangga dan beberapa nagari lain,” katanya.

Biasa Sepriadi mengambil bibit-bibit cemara itu saat berjalan ke Kamp Penyu yang terletak dekat laut. Kamp itu berpagar, ada tempat pembibitan cemara dan mangrove, ada kolam penyu– berisi dua penyu untuk edukasi pengunjung.

Rumah pembibitan ini berada di perairan antara pantai dan daratan. Mereka sebut kawasan ini zona litoral.

Haridman mengatakan, mereka memerlukan bibit cemara laut dan mangrove untuk penanaman di desa itu juga desa tetangga.

“Cemara laut sengaja kita arahkan pembudidayaan ke rumah anggota kelompok agar pembiayaan dan perawatan lebih murah. Kalau dibiarkan di sekitar pantai banyak gangguan seperti ternak dan burung.”

Mereka masih perlu setidaknya 30.000-40.000 bibit mangrove. “Kita tanam di muara ini sepanjang dua km. Di kampung tetangga masih banyak lahan kosong bisa diisi dengan mangrove. Setelah kawasan ini penuh mangrove kita akan perluasan penanaman ke kampung tetangga,” katanya.

 

Haridman (tengah) bersama anggota laskar, menunjukkan penghargaan dari KKP 2019Jaka Hendra Baittri/ Mongabay Indonesia

 

Telurkan regulasi

Awalnya, kelola konservasi Amping Parak mandiri dan hanya dikerjakan Laskar Pemuda Peduli Lingkungan Amping Parak. Dalam perjalanan, laskar berhasil membicarakan ini dengan pemerintah daerah dan mendapatkan bantuan dari beberapa organisasi internasional.

Merekapun sukses mengupayakan regulasi lewat Peraturan Nagari Ampiang Parak Nomor 3/2019 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Juga Peraturan Wali Nagari Ampang Parak, Pesisir Selatan Nomor 4/2019 tentang Perlindungan Penyu dan Habitatnya di Nagari Ampiang Para, Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan.

Juga ada Peraturan Nagari Ampiang Parak Nomor 4/209 tentang Pengembangan Ekowisata Berbasis Pengurangan Risiko Bencana. Tiga peraturan ini, katanya, melewati pelbagai pandangan berbeda tentang konservasi. Meskipun begitu, mereka berhasil membuat dokumen rencana induk pngembangan ekowisata bersama pemerintah. Dokumen itu bernama rencana induk pengembangan ekowisata berbasis pengurangan risiko bencana Nagari Amping Parak.

Ada juga peraturan nagari tentang pelindungan penyu dan rancangan daerah untuk kawasan ekowisata di sana. “Ke depan kita merujuk ke peraturan di tingkat nagari, kemudian kita juga punya rencana induk pengembangan ekowisata, jadi kita jadikan ekowisata yang akan layani pengunjung per paket. Ada paket yang kita tawarkan.”

Haridman berharap, ada peningkatan ekonomi masyarakat dengan jadi ekowisata. Kalau kunjungan mulai tinggi, masyarakat bisa jadikan peluang usaha, seperti menyediakan homestay, oleh-oleh dan segala macam.

Laskar ini pun sudah mendapat penghargaan, juara pertama kelompok pengawas lingkungan dari KKP akhir 2019. Pada 2020, mereka juga mendapatkan penghargaan dari PLN. Mereka juga dapat bantuan dari Turtle Foundation dan ASB, organisasi dari Jerman. “Khusus ASB terkait penanganan bencana di pesisir,” kata pria yang pernah jadi jurnalis Haluan Padang ini.

“Kalau ASB lebih pada pengurangan resiko bencana. Kita dilatih darurat bencana.”

Ada juga dari Taratuga, Afrika.”Kalau mereka bantuan terkait dengan bakau,” kata Haridman.

Pada 2017, Pemerintah Sumatera Barat mengeluarkn surat keputusan soal kelompok mitra konservasi dan memberikan pelatihan peningkatan kapasitas kelompok. Dari situ, kelompok mereka bertugas pengawasan dan perlindungan sekitar 2,7 km Pantai Ampiang Parak dan beberapa pulau.

“Ada juga lokasi perlindungan kami 20 menit dengan boat dari sini, ada bangkai kapal Belanda karam sejak [tahun] 1900 itu masuk kawasan perlindungan kami. Beberapa pulau kecil seperti Kerabak, Pasang dan Pulau Gosong. Kami mengawasi termasuk terumbu karang di Kerabak.”

Di dekat markas Laskar Pemuda Peduli Lingkungan Amping Parak, ada terbangun warung-warung warga. Salah satu warung milik Peni sudah dua tahun berdiri. Di sana, ada area permainan anak sumbangan PLN. “Harapannya ada peningkatan ekonomi warga.”

 

Keterangan foto utama: Dulu, tepian laut ini gersang. Kini, setelah Laskar Pemuda Peduli Lingkungan, beraksi, tepian laut ini jadi teduh dengan cemara laut nan rindah dan indah…Foto: Jaka Hendra Baittri/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version