Mongabay.co.id

Bunga Tengkorak, Meski ‘Mengerikan’ namun Kaya Manfaat

 

 

Kebanyakan bunga selalu diidentikkan dengan keindahan, kelembutan, dan hal-hal romantis. Bunga menjadi penghias rumah, halaman, acara-acara penting, hingga menjadi simbol-simbol kenegaraan, hingga logo brand. Namun, bunga yang satu ini mungkin akan kita identikkan secara berbeda.

Bunga ini bernama Snapdragon, atau dijuluki Bunga Tengkorak. Kadang disebut juga Bunga Naga. Mengapa? Snapdragon merupakan salah satu jenis tanaman kebun yang menyerupai kepala naga saat mekar, namun berubah mirip tengkorak manusia saat mati, sebagaimana dikutip dari Metro.

Di Indonesia, Snapdragon lebih dikenal dengan sebutan “Mulut Naga” karena kemiripan bunganya dengan kepala naga. Bunga ini akan membuka dan menutup mulutnya ketika ditekan.

Bunga dengan nama latin Antirrhinum majus ini merupakan spesies tanaman berbunga yang termasuk dalam genus Antirrhinum.

Baca: Darah Naga, Pohon Aneh di Samudra Hindia

 

Bunga Snapdragon yang berbentuk tengkorak kepala manusia. Foto: Ombrosoparacloucycle/Flickr via Metro.uk

 

Bunga ini tanaman asli kawasan Mediterania, mulai dari Maroko, Portugal, hingga Prancis bagian selatan. Kita sering melihat foto-fotonya menghiasi rumah-rumah di kawasan tersebut.

Tapi kini, distribusinya sudah menyebar ke banyak kawasan lain di dunia. Di Eropa dan Amerika Utara, bunga ini sudah lama menjadi tanaman hias di kebun-kebun rumahan. Tampilannya tidak kalah cantik dari bunga hias lainnya seperti mawar dan anggrek.

Baca: 10 Tanaman Paling Mematikan di Bumi

 

Bunga ini tanaman asli kawasan Mediterania, mulai dari Maroko, Portugal, hingga Prancis bagian selatan. Foto: Laajala/flickr via Metro.uk

 

Bentuk bunganya yang aneh membuatnya diasumsikan dengan berbagai mitos. Zaman dulu, bunga ini dipercaya memiliki kekuatan magis yang bisa melindungi manusia dari roh jahat, kutukan, dan sihir, sehingga di tanam di kebun depan rumah.

Di kawasan Mediterania, tempat asalnya, mitos menyebutkan menanam Snapdragon dapat membuat tubuh awet muda dan memberikan kecantikan pada orang yang mengkonsumsinya.

 

Jenis tomat varian baru hasil kombinasi dengan DNA dari bunga Snapdragon. Foto: Dok. John Innes Centre

 

Snapdragon sering dianggap sebagai tanaman tahunan musim dingin dan akan tumbuh mekar sempurna di bawah sinar matahari penuh atau sebagian, di tanah yang  kering [meskipun tetap membutuhkan penyiraman teratur]. Ketika mekar, bunganya memiliki bentuk dan warna-warna indah, namun kondisi ini berbeda ketika layu, mati, dan kering.

Dalam kondisi itu, Snapdragon akan memiliki bentuk mengerikan layaknya tengkorak kepala manusia.

Selain menjadi bunga hias, saat ini bunga Snapdragon banyak diteliti dunia medis karena mengandung anthocyanin yang berfungsi menghambat pertumbuhan sel tumor dan kanker.

Selain itu, tanaman ini juga kaya flavonoid yang memiliki manfaat untuk menyerap radikal bebas seperti radikal oksigen [ORAC], radikal perosokil, hidrogen peroksida, radikal hidroksil, dan singlet oksigen.

 

Bungan Snapdragon yang tampilannya tidak kalah cantik dari mawar dan anggrek. Foto: Ombrosoparacloucycle/Flickr via Metro.uk

 

Beberapa tahun tahun, para ilmuwan dari John Innes Centre, Norwich, Inggis, menemukan lagi manfaat Snapdragon. Seperti dilaporkan jurnal, Nature Biotechnology, tim ilmuwan berhasil menciptakan jenis tomat varian baru hasil kombinasi dengan DNA dari bunga Snapdragon.

Dalam riset tersebut, tomat hasil rekayasa genetika ini diujicobakan pada tikus di laboratorium. Hasilnya, kelompok tikus pengidap kanker yang diberikan tomat ungu hasil rekayasa genetika tersebut mampu bertahan hidup lebih lama secara signifikan dibandingkan kelompok tikus dengan makanan standar, baik yang diberi atau tanpa diberi tomat biasa. [Berbagai sumber]

 

 

Exit mobile version