Mongabay.co.id

Belajar dari Pandemi Corona, Cahyo: Jangan Ganggu Satwa Liar

Warga Tapanuli, Sumatera Utara, menunjukkan kelelawar yang ditangkap untuk dijual. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Pandemi Virus Corona, mengguncang dunia, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia, ribuan orang dinyatakan terjangkit virus ini dan ratusan meninggal dunia di berbagai daerah, tertinggi di Jakarta. Presiden Joko Widodo, menetapkan Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) sebagai bencana nasional. Penetapan itu melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12/2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran Covid-19 sebagai bencana nasional dan berlaku mulai 13 April 2020.

Corona jenis baru ini dikatakan berasal dari kelelawar. Virus begitu mudah menyebar dari manusia ke manusia, bahkan belakangan, dari manusia ke satwa. Di New York, Amerika Serika, harimau di Kebun Binatang Bronx, positif Corona. Dugaan sementara satwa ini terjangkit dari pekerja. Ada juga kajian yang menyebutkan, binatang peliharaan seperti kucing berisiko terkena Virus Corona, walau sejauh ini yang terlihat penularan dari manusia ke binatang.

Cahyo Rahmadi, Kepala Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, virus apapun termasuk Corona, memang ada beberapa ditemukan di satwa liar, seperti kelelawar atau kalong. Dulu, ada virus Rendra, Nipah dan lain-lain.

Baca juga: Bagaimana Pengelolaan Limbah Penanganan Corona? Ini Aturannya

Kalau manusia bisa menjaga lingkungan atau alam, katanya, tentu potensi atau risiko penularan dari satwa liar ke manusia bisa lebih rendah. “Ketika ada upaya entah itu untuk konsumsi, penangkapan, mendekatkan antara satwa liar yang tadinya di habitat alam kemudian menjadi dekat dengan manusia, potensi penularan tentu akan makin besar. Itu yang dikenal dengan zoonosis,” katanya.

Baca juga: Wabah Virus Corona di Wuhan, Menyebar Cepat ke Penjuru Dunia

Dia bilang, bukti empirik seperti Virus Corona baru ini dari kelelawar dan trenggiling masih ada perdebatan. Namun, katanya, secara umum satwa liar, memang memiliki berbagai macam virus termasuk Virus Corona dan lain-lain.

“Sekarang, bagaimana kita bisa mengurangi risiko virus ini terpapar ke manusia, dengan apa? Ya, dengan tidak memanfaatkan satwa liar ini untuk kepentingan konsumsi, karena ini yang paling banyak konsumsi, kemudian kalau nggak ya hobi memelihara, dan lain-lain, ” kata Cahyo.

 

Trenggiling, satwa liar yang tidak pernah berhenti diburu untuk diperdagangkan. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Tutup kebun binatang

Guna mengantisipasi penularan Corona dari manusia ke manusia, dan manusia ke hewan, Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) segera menutup kebun binatang di provinsi ini sampai kondisi aman.

Data BBKSDA Sumut, sejumlah lembaga konservasi yang tutup yaitu Galata, Medan Zoo sejak 23 Maret 2020, Taman Hewan Pematang Siantar sejak 19 Maret 2020. Kemudian, Taman Satwa Barumun Nagari tutup, Rahmat Museum and Galery sejak 19 Maret 2020, R Zoo sejak 19 Maret 2020.

Selain penutupan sejumlah lembaga konservasi di Sumut, BBKSDA Sumut juga sosialisasi dan penyadar tahunan kepada sejumlah tempat penjualan burung di Asahan, dan para penjual kalilawar atau kalong di Deli Serdang serta Karo. Mereka mendapat informasi seputar bahaya Corona.

“Mencegah penyebaran Corona, semua kebun binatang yang ada di Sumut ditutup. Sampai saat ini terus dipantau, ini sesuai arahan dari Dirjend KSDAE (Konservasi Sumber Daya dan Ekosistem-red),” kata Andoko Hidayat, Humas BBKSDA Sumut, Kamis (9/4/20).

Selain penutupan, BKSDA juga penyemprotan desinfektan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Sibolangit. Tujuannya, agar seluruh satwa liar tetap dalam kondisi sehat.

Untuk sosialisasi pencegahan Corona, katanya, menindaklanjuti surat Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor: S. 150 tertanggal 7 Februari 2020, perihal Kewaspadaan Dampak Novel Corona Virus (Virus Corona).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merupakan focal point kesehatan satwa liar bersama tiga kementerian lain, yaitu Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan.

Mereka, katanya, mempunyai tanggung jawab mencegah, menanggulangi dan berbagi informasi kesehatan terutama penyakit zoonotik dan penyakit infeksi baru (PIB), termasuk Corona. Corona termasuk dalam famili Coronaviridae bersifat zoonotic, dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan satwa.

“Salah satu upaya kewaspadaan dari potensi dan ancaman Corona adalah sosialisasi kepada masyarakat. Kali ini sasarannya, para penjual kalongdi Kecamatan Pancur Batu dan Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang.”

“Kita bawa dokter hewan untuk meberikan penjelasan mengenai Corona,” katanya.

Untuk kebun binatang yang tutup, juga pembersihan wilayah dan penyemprotan desinfektan. Dibantu dokter hewan di tiap lembaga konservasi, katanya, juga pemeriksaan kesehatan seluruh satwa. Hasilnya, kondisi satwa-satwa ini dalam keadaan sehat.

 

Keterangan foto utama: Warga Tapanuli, Sumatera Utara, menunjukkan kelelawar yang ditangkap untuk dijual. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Kucing disebut bisa terpapar Virus Corona. Dari studi dikatakan, penularan ke kucing dari pemiliknya yang sakit. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version