Mongabay.co.id

Lawan Corona, Tingkatkan Imunitas Tubuh dengan Empon-empon dan Konsumsi Buah

 

 

Tanaman herbal atau biasa disebut empon-empon menjadi komoditas yang banyak dicari masyarakat pasca-merebaknya virus corona [COVID-19] di Indonesia. Tanaman rimpang ini dipercaya berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas sebagai penangkal corona.

Pengajar Farmakognosi Fitokimia dan Teknologi Bahan Alam, Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Liliek Hermanu, mengatakan jamu tradisional yang dibuat dari bahan empon-empon menjadi minuman wajib orangtua kita sejak dulu. Jamu memiliki khasiat menyembuhkan penyakit maupun meningkatkan kesehatan tubuh.

“Banyak yang bisa dimanfaatkan dari empon-empon ini, seperti kunyit, temulawak, maupun jahe,” terangnya baru-baru ini.

Baca: Refleksi Pandemi Corona: Virus Menyerang Akibat Manusia Merusak Lingkungan

 

Kampung Herbal di Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya, yang telah menaman tanaman obat sejak 2015. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Temulawak dan kunyit memiliki kandungan curcumin yang berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh maupun sebagai antioksidan. Perpaduan sejumlah empon-empon yang diolah dan diminum secara rutin, akan menjadi minuman kesehatan jangka panjang.

“Jahe dan sereh itu sebagai antioksidan, walaupun mengandung minyak atsiri. Sebagai jamu, empon-empon memiliki kandungan antiimflamasi, serta antikarsigonetik atau anti kanker. Empon-empon juga sudah lama digunakan masyarakat Indonesia sebagai bumbu masakan khas nusantara,” ujarnya.

Menurut Liliek, buah-buahan serta aneka tanaman selain rimpang juga memiliki khasiat tidak kalah penting bagi kesehatan. Seperti jeruk lemon untuk infuse water. Kelor yang berkhasiat daunnya, lalu batang tanaman secang, juga madu untuk imunitas tubuh.

“Buah-buahan itu antara lain, buah naga, manggis, langsep, juga jambu biji untuk pengobatan. Kurma dan pisang juga mengandung bahan untuk imunitas,” paparnya.

Baca: Penelitian: Jahe Merah dan Jambu Biji Potensial Tangkal Corona

 

Buah lemon yang digunakan sebagai infuse water, bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh. Foto: Liliek Hermanu

 

Minuman tradisional

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah mendirikan dapur umum di halaman Balai Kota Surabaya sejak pertengahan Maret 2020. Sebanyak 11.000 telur rebus dan sekitar 88 galon minuman pokak disiapkan untuk membantu warga dan petugas layanan publik, agar tetap terjaga kesehatannya menghadapi pandemi corona.

“Yang kita sediakan ini adalah ramuan empon-empon bernama pokak, terdiri jahe, kapulaga, sereh, cengkih, dan campuran rempah-rempah,” kata Eddy Christijanto, Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat [BPB Linmas] Kota Surabaya.

“Kita bagikan kepada warga Kota Surabaya, tujuannya adalah untuk mengedukasi warga supaya memiliki gaya hidup yang sehat dengan minum minuman asli tradisional nenek moyang kita, dan itu bisa meningkatkan ketahanan tubuh,” lanjut Eddy Christijanto.

Baca: Lawan Corona, Pemerintah Kota Surabaya Siapkan Wastafel Portable dan Bilik Sterilisasi untuk Publik

 

Proses pengolahan jahe sebelum dijadikan minuman Pokak di dapur umum Balai Kota Surabaya. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Dipilihnya minuman kesehatan ini karena diyakini mampu meningkatkan stamina tubuh. “Saya baca penilitiannya IPB, jahe dan sereh bukan obat, tapi bisa meningkatkan daya imun tubuh, juga putih telur. Kenapa banyak lansia yang terserang virus, karena ketahanan tubuhnya menurun. Jadi, kita tidak boleh capek dan stres,” kata Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya.

Tri Rismaharini memastikan pendistribusian minuman pokak dan telur rebus kepada masyarakat melalui kelurahan, telah diatur agar tidak menimbulkan kerumunan banyak orang. “Kalau semua sehat, kita bisa melawan penyebaran virus corona,” terangnya.

Dapur umum ini sangat membantu sekali. “Membantu meningkatkan kesehatan masyarakat,” tutur Sylvia Dewi, warga Surabaya.

Baca: Cegah Corona, Mahasiswa Universitas Surabaya Buat Hand Sanitizer dari Lidah Buaya

 

Sereh juga digunakan untuk campuran minuman pokak di dapur umum Balai Kota Surabaya. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Tanaman obat

Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian [DKPP] membagikan gratis, bibit tanaman obat kepada masyarakat untuk ditanam.

“Beberapa perkampungan Surabaya bahkan telah membudidayakan tanaman herbal ini sebelum corona merebak,” ujar Antin Kusmira, Kepala Seksi Pengembangan Pertanian Perkotaan, DKPP Kota Surabaya.

Erna Sri Wulandari, Lurah Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo Surabaya, menyebut warganya telah menaman tanaman obat sejak 2015. Tanah aset milik Pemkot Surabaya yang dulunya rawa-rawa diubah menjadi kebun toga. “Dimanfaatkan warga untuk budidaya berbagai jenis tanaman herbal, sekitar 172 jenis,” ujarnya.

Pembibitan dilakukan swadaya, ada pembagian tugas dalam pemeliharanya. Selain dibuat produk minuman, hasil taman herbal ini dijual juga sebagai pemasukan ekonomi warga. “Ada produk minuman juga seperti sinom, beras kencur, kunyit asam, dan temulawak yang penjualannya dititipkan di warung-warung,” ungkap Erna.

Warga juga telah memanfaatkan sistem barcode untuk memudahkan pengunjung belajar berbagai jenis dan manfaat tanaman herbal di lokasi. “Sementara ini ada 60 jenis tanaman yang bisa dicek menggunakan barcode, sehingga dapat diketahui jenis tanaman, nama latin, manfaat hingga cara pengolahannya,” terangnya.

 

Permintaan jamu tradisional buatan Dapur Kenari meningkat seiring merebaknya virus corona. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Ramai permintaan jamu

Pandemi corona juga menjadikan jamu tradisional naik daun, banyak dicari masyarakat. Triana Rosmawati, penjual jamu tradisional dari Dapur Kenari, Singaraja, mengatakan dapat tambahan pesanan. “Sebelumnya, seminggu 30-an botol, sekarang bisa sampai 100 botol,” katanya.

Jamu yang biasa dibuat Triana adalah jamu kunyit asam dan jamu kunyit asam sirih. Dapur Kenari miliknya juga menyiapkan jamu lain bila ada permintaan.

Peningkatan pesanan jamu nyatanya diikuti kenaikan harga empon-empon di pasaran. “Yang kelihatan naik banget itu jahe, kayu manis, dan cengkih. Jahe yang biasanya Rp40 ribu per kilogram, sekarang 60 hingga 70 ribu Rupiah. Kunyit masih terjangkau,” jelasnya.

Badan Pusat Statistik 2018 menyebutkan, ada kenaikan luasan panen tanaman biofarmaka kelompok rimpang, seperti kunyit, laos, mahkota dewa, kejibeling, dan lidah buaya. Namun, ada pula yang mengalami penurunan luasan panen seperti jahe, dringo, kapulaga, mengkudu, serta sambiloto.

Potensi penanaman empon-empon maupun tanaman berkhasiat obat lainnya, menurut Liliek Hermanu, harus lebih ditingkatkan.

“Badan yang sehat akan memperkecil kemungkinan masuknya penyakit melalui virus, bakteri, maupun kuman. Orang yang terbiasa minum jamu, pasti daya tahan tubuhnya bagus,” pungkasnya.

 

 

Exit mobile version