Mongabay.co.id

Nasib Wisata Selam Kabupaten Sikka saat Pandemi COVID-19

 

Virus Corona yang menghantam dunia, sejak terdeteksi menginfeksi derah Wuhan, Propinsi Hubei, Tiongkok, akhir tahun lalu, telah menghancurkan segala sendi kehidupan setiap negara. Hampir semua sektor usaha mengalami penurunan drastis, terutama pariwisata. Menurut World Travel and Tourism Council (WTTC), sekitar 50 juta orang di dunia akan kehilangan pekerjaan di sektor priwisata, akibat pandemi COVID -19 ini. Seperti dikutip dari bbc.com, Cirektur WTTC, Gloria Guevara mengatakan wabah ini menghadirkan ancaman serius terhadap industri pariwisata.

Indonesia pun tidak ketinggalan. Indonesia yang sektor pariwisatanya juga merupakan penyokong utama pendapatan negara. “Hancur lebur”, mungkin itu adalah ungkapan yang tepat untuk dunia pariwisata Indonesia.

Para online travel agent, sibuk mengurusi refund para pelanggannya yang membatalkan perjalanan karena pembatasan mandiri sejumlah daerah, serta mencegah terjadinya penularan virus corona ini. Penutupan sejumlah unsur wisata seperti, obyek wisata, hotel, kuliner serta dirumhkannya sementara para pegawai yang terlibat dalam pariwisata terjadi di hampir seluruh kantong-kantong wisata di Indonesia.

baca : Cegah COVID-19, Sebanyak 56 Kawasan Konservasi Ditutup Sementara, Begitu Juga Kebun Binatang Surabaya

 

Panorama yang indah di pantai Maumere, Kabupaten Sikka, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Salah satunya yang terkena imbasnya adalah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Kabupaten dengan ibukota Maumere ini, mempunyai potensi wisata alam yang sangat luar biasa, tak kalah dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia.

Daerah yang diapit oleh laut Sawu dan Laut Flores ini, mempunyai harta karun yang tak ternilai yang siap digali berupa budaya dan alam yang indah. Wisata bawah lautnya adalah salah satu yang terbaik di daerah Timur Indonesia.

Walaupun pernah beberapa kali terkena gempa, seperti pada 12 Desember 1992, Maumere dilanda gempa dengan kekuatan 6,8 SR yang menyebabkan terjadinya tsunami, yang juga mengakibatkan sekitar 2000 penduduk meninggal dunia, tetapi alam bawah laut tetap indah.

baca juga : Imbas COVID-19, Wisata Pantai Cemara Tuban Sepi

 

Panorama yang indah di pantai Maumere, Kabupaten Sikka, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Wisata Bawah Laut Sikka

Jika perairan laut Labuhan Bajo dengan Pulau Komodonya diklaim mempunyai keindahaan alam bawah laut kelas dunia, maka perairan Kabupaten Sikka pun, layak mendapatkan anggapan yang sama. Bagaimana tidak, para wisatawan bawah laut, dapat menikmati berbagai pemandangan ikan warna-warni, hanya di sepanjang pantai maumere saja.

Bahkan bila disandingkan dengan perairan labuhan Bajo dan Pulau Komodo, Kabupaten Sikka mempunyai kelebihan, yaitu arus yang tidak sekencang di Labuhan Bajo. Arus bawah lautnya cenderung lembut dan sedang. Memang di beberapa tempat ada yang kencang, tetapi tidaklah banyak. Dan ini tentu saja, sangat menguntungkan bagi para penyelam pemula.

menarik dibaca : Begini Dampak Virus Corona pada Wisata Laut

 

Seorang penyelam melihat keindahan terumbu karang di perairan Maumere, Sikka, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Di sepanjang pantai Maumere ini, juga dapat ditemukan sejumlah makhluk-makhluk unik, yang juga susah ditemui di tempat menyelam yang lainnya, seperti, coconut octopus, kepiting karang, ikan cardinal, ikan blennie, dan masih banyak yang lainnya.

Para pehobi fotografi underwater, akan dimanjakan dengan keragaman hayatinya. Dengan arus yang relatif tenang, sangat memudahkan para fotografer bawah laut untuk mengabadikan makhluk laut yang dia suka. Ini belum lagi ditambah dengan spot-spot diving yang berada di gugusan pulau-pulaunya, yang total ada sekitar 30 spot diving, termasuk dengan yang di daerah pantainya. Terumbu karang pun terhampar dengan suburnya, membentang di sekitar pulau-pulau.

baca juga : Ritual Tolak Bala Corona di Sikka, Seperti Apa?

 

Sebuah terumbu karang lunak di perairan Maumere, Sikka, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Christmass tree worm di perairan Maumere, Sikka, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Sebagai destinasi wisata selam yang cukup lengkap, selain tadi disebutkan mempunyai terumbu karang yang baik dan mahluk unik yang beragam, Kabupaten Sikka, juga mempunyai kontur bawah laut yang beragam pula. Mulai dari kontur slove sampai dengan tebing atau wall, dapat ditemukan di sini.

Karena keindahannya ini, Kabupaten Sikka mulai diperhitungkan oleh para wisatawan manca negara, sebagai destinasi selam alternatif di Indonesia. Potensi luarbiasa ini dikuatkan oleh pernyataan Yohanes Saleh, salah satu penggiat wisata selam di Kabupaten Sikka.

 

Ikan blennie di perairan Maumere, Sikka, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Ikan cardinal di perairan Maumere, Sikka, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

“Sebelum pandemic covid-19 ini melanda, ada sekitar 15-30 wisatawan selam, baik dalam maupun luar negeri, setiap harinya dan itu tersebar di berbagai dive spot di Kabupaten Sikka. Semua sektor pariwisata pun menggeliat dan menunjukan pertumbuhan yang baik, hingga wabah ini datang beberapa waktu lalu. Sekarang semuanya hilang, tak satu pun wisatawan yang datang ke sini. Kami hanya mengandalkan sedikit tabungan kami untuk bertahan hidup di tengah pandemi COVID-19 ini,” lanjut Yohanes yang dihubungi Mongabay Indonesia, Rabu (15/4/2020).

Sentus Botha, Kepala bidang Pemasaran, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka, juga mengamini apa yang dikatakan oleh Yohanes. ”Wabah ini membuat kami semua sementara ini tiarap. Yang bisa kami lakukan untuk pemulihan adalah pendataan dan pemberian bantuan terhadap apa saja yang terkena imbas dari masa sulit ini,” kata Sentus kepada Mongabay Indonesia.

 

Seekor coconut octopus di perairan Maumere, Sikka, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Harapan yang tak putus, akan kembali tumbuhnya pariwisata di tanah Sikka, menjadi optimisme para penggiat pariwisata di Kabupaten Sikka.

Memang di satu sisi, pandemik Covid-19 ini mendatangkan kesedihan dan masa sulit yang luar biasa terhadap industri pariwisata dunia. Tetapi di sisi lain juga memberi kesempatan pada bumi untuk memulihkan dan merawat dirinya sendiri. Semoga di masa mendatang, bumi tidak perlu lagi melakukan itu, karena manusia yang sudah semakin disadarkan melalui wabah COVID-19, untuk harus selalu merawat dan menyayangi alamnya. Semoga.

 

Seekor kepiting laut di perairan Maumere, Sikka, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version