Mongabay.co.id

Ini Usaha Meningkatkan Produktivitas Udang dengan Prinsip Keberlanjutan di Tengah Pandemi

 

Sub sektor perikanan budi daya dengan komoditas Udang diklaim bisa menjadi proyek strategis nasional dan menjadi andalan Indonesia untuk jangka waktu yang lama. Klaim itu muncul, karena Udang sampai sekarang masih menjadi salah satu komoditas favorit bagi konsumen dunia dan itu memicu terus meningkatkan permintaan Udang di pasar dunia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, terus meningkatnya permintaan Udang dari pasar dunia akan memicu produktivitas semua jenis Udang yang ada di Indonesia. Termasuk, Udang jenis Vaname yang juga menjadi favorit konsumen di dunia.

“Permintaan pasar dunia akan Udang Vaname ini sangat tinggi,” ungkap dia saat memberikan keterangan resmi melalui konferensi video, pekan lalu di Jakarta.

Dengan potensi yang tinggi tersebut, Pemerintah menargetkan pada 2024 mendatang nilai ekspor Vaname bisa mencapai Rp90 triliun atau peningkatan hingga 250 persen dibandingkan sekarang. Target itu akan coba diwujudkan mulai tahun ini, saat wabah COVID-19 sedang melanda negara-negara di dunia.

Untuk itu, Luhut meminta semua pihak terkait harus bisa bekerja sama untuk bisa mewujudkan target tersebut dan tidak menjadikan alasan kondisi saat ini sebagai halangan. Upaya yang bisa dilakukan dari sekarang, adalah melaksanakan koordinasi dengan kuat, meski Pemerintah Indonesia sedang melaksanakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

“Presiden RI (Joko Widodo) sudah memerintahkan hal tersebut, dan respon masyarakat juga sangat ingin itu terwujud,” jelasnya.

baca : Nelayan Udang Jambi Merana Gara-gara Corona, Tangkap Ikan Sulit karena Kapal Pukat Harimau

 

Panen udang. KKP menawarkan duet teknologi microbubble dan RAS untuk meningkatkan produktivitas budidaya udang. Foto : news.kkp.go.id

 

Menurut Luhut, upaya meningkatkan produktivitas Vaname juga akan berdampak baik di masyarakat, karena lapangan pekerjaan juga akan semakin luas. Untuk itu, semua pihak, terutama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) harus segera fokus pada aktivitas budi daya, kalender pendanaan, dan mengadakan pelatihan di setiap daerah yang potensial.

Dia berharap KKP segera menindaklanjuti melalui kinerja yang cepat dan sinkron dengan adanya laporan kebutuhan rinci di setiap daerah. Kemudian, untuk mendorong peningkatan produktivitas juga perlu didorong perbankan untuk segera terlibat di dalamnya.

“Salah satu kuncinya adalah di pelatihan. Jadi masyarakat bisa lebih profesional dan mempunyai manajemen yang baik dalam mengelola tambak,” papar dia.

Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Safri Burhanuddin mengatakan, upaya untuk mendorong Udang Vaname sebagai komoditas utama pada 2024, dilakukan dengan melakukan revitalisasi lahan tambak esksisting atau yang sudah ada sebelumnya. Tahapan itu dilakukan dengan melibatkan kementerian/lembaga yang lain.

Salah satu kementerian yang terlibat adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang fokus melaksanakan pembangunan dan rehabilitasi jaringan tata air tambak yang meliputi pembangunan saluran dan bangunan pengambilan/pembawa/pencampuran air laut dan air tawar, serta jalan inspeksi.

Safri membeberkan, pada 2018 terdapat tambak udang intensif eksisting dengan luas mencapai 5.146 hektar dan mampu melaksanakan produktivitas hingga 13,64 ton per hektare per siklus. Dengan luasan tersebut, tambak sanggup melaksanakan produksi udang dalam setahun mencapai 171.393 ton.

Menurutnya, dari jumlah produksi tahunan yang berhasil dilakukan saat ini di atas luasan lahan yang disebut di atas, Pemerintah menargetkan bisa meningkatkan lagi hingga mencapai 262.253 ton per tahun pada 2024 mendatang.

Nah ini target kita untuk memperkuat yang sudah eksisting,” tutur dia.

baca juga : Sistem Klaster, Teknologi Ramah Lingkungan pada Budi daya Udang

 

Tambak udang di pesisir Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat. Foto : DJPB KKP

 

Kendala

Di sisi lain, Safri menyebutkan bahwa saat ini ada empat isu yang menjadi permasalahan budi daya udang di Indonesia. Di antaranya adalah tentang penguasaan teknologi dan sumber daya manusia (SDM), produksi dan operasional, regulasi dan perizinan, serta investasi dan pemasaran.

Keempat permasalahan tersebut, akan terus dipetakan untuk mendapatkan solusi yang tepat dan sesuai dengan kondisi di setiap waktunya. Seperti sekarang, di mana situasi nasional sedang menjalani masa darurat kesehatan akibat merebaknya penularan COVID-19 di 34 provinsi.

“Kami tetap memperhatikan aturan physical distancing di lapangan,” tegas dia.

Untuk melaksanakan program peningkatan produktivitas budi daya Udang Vaname, Pemerintah Indonesia menetapkan lokasi utama budi daya yang ada di lima wilayah potensi. Selain itu, ada juga surat keputusan (SK) kelompok kerja (Pokja) peningakatan produksi industri udang nasional tahun 2020-2024.

Dalam SK tersebut, ada ketetapan Pokja Perencanaan Pembangunan dan Monitoring Evaluasi, Pokja Pemasaran, dan Pokja Pelatihan Riset dan Penyuluh. Kemudian, ada juga 21 dokumen regulasi yang disederhanakan untuk mempercepat program peningkatan produktivitas Udang Vaname secara nasional.

Sedangkan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyebutkan bahwa untuk mencapai target peningkatan produksi pada 2024, maka diperlukan penambahan lahan tambak sedikitnya 86 ribu ha. Penambahan luasan lahan tambak akan mendukung berbagai langkah yang dilakukan Pemerintah dalam upaya peningkatan produksi tersebut.

Dia menyebutkan, pada 2019 nilai produksi Udang Vaname mencapai angka Rp36,22 triliun dan nilainya akan semakin besar mencapai Rp90,30 triliun pada 2024 mendatang. Untuk angka produksi, pada 2019 sudah berhasil mencapai 517.397 ton dan ditargetkan bisa mencapai angka 1.290.000 ton pada 2020 ini.

baca juga : Prinsip Keberlanjutan Diterapkan pada Pengembangan Tambak Udang Dipasena

 

Panen udang dari tambak. Foto : Dirjen Perikanan Budidaya KKP

 

Keberlanjutan

Di luar itu, Edhy menambahkan bahwa jika kepastian usaha dari budi daya udang Vaname bisa berhasil dijalankan, maka masyarakat perikanan yang berprofesi sebagai pembudi daya udang juga akan memperhatikan limbah yang dihasilkan dari proses produksi.

Menurut dia, pengelolaan limbah dari tambak yang kurang bagus, pada akhirnya akan memberikan dampak yang kurang bagus terhadap hasil produksi dan daya dukung lingkungan. Oleh itu, untuk menciptakan pengelolaan limbah dari tambak Udang Vaname yang bagus, perlu dibangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

Bagi Edhy, mewujudkan tambak udang dengan pengelolaan limbah yang baik, menjadi upaya dari Pemerintah untuk menerapkan prinsip berkelanjutan dalam usaha budi daya perikanan. Proses tersebut menjadi bagian dari penerapan sistem klaster, dan pengelolaan irigasi tambak partisipatif (PITAP).

“Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh para pelaku usaha budi daya skala besar dan kecil. Selain mendapatkan keuntungan secara ekonomi, prinsip berkelanjutan juga akan mengawal kelestarian alam bisa terus terjaga,” tegas dia.

Menurut dia, budi daya udang dengan sistem klaster menjadi bagian dari upaya KKP untuk mengembangkan prinsip bertanggung jawab dan berkelanjutan dalam usaha budi daya perikanan. Sistem tersebut sangat direkomendasikan, karena pembudi daya ikan bisa melakukan pengelolaan dalam satu kawasan dengan teknis dan usaha yang dikelola secara bersama.

“Tujuannya untuk meminimalisir kegagalan dan sekaligus meningkatkan produktivitas, namun juga tetap ramah lingkungan,” ungkap dia.

Selain dukungan sistem klaster, pengembangan budi daya tambak udang juga akan semakin baik jika prinsip PITAP ikut diterapkan. Prinsip tersebut akan memicu peningkatan fungsi jaringan saluran irigasi tambak yang mengalami penurunan.

Dengan demikian, luas lahan tambak milik pembudi daya pada akhirnya akan mengalami peningkatan, karena akan mendapatkan suplai air yang baik. Kondisi itu akan mendorong peningkatan produksi menjadi lebih baik lagi dibandingkan sebelumnya.

baca : Klasterisasi pada Budi daya Udang, Pilihan untuk Menjaga Keberlanjutan

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (kanan) meninjau dan memanen udang vaname di tambak milik warga di Desa Karang Wangi, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jabar, Sabtu (28/3/2020). Menteri Edhy sekaligus ingin mengetahui kendala petambak di tengah pandemi Covid-19. Foto : Humas KKP

 

Exit mobile version