Mongabay.co.id

Program Live BKSDA Bali Tinjau Kondisi Satwa Setiap Hari di Lembaga Konservasi

 

Saat ini pemerintah sedang mewacanakan jaringan pengaman sosial untuk warga terdampak COVID-19. Apakah ada bantuan yang sama untuk satwa-satwa, terutama di kebun binatang dan lembaga konservasi selama pandemi ini?

Sebelumnya Mongabay Indonesia sudah menulis tentang kondisi dan penurunan frekuensi pemberian pakan pada satwa monyet ekor panjang di Pura Uluwatu, Badung, Bali.

Seluruh lembaga konservasi ditutup setelah imbauan Gubernur Bali terkait protokol penanggulangan COVID-19. Demikian juga objek-objek wisata habitat satwa liar, sampai pantai-pantai yang biasa dikunjungi wisatawan.

Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Bali membuat program One Day One Hour Live IG with BKSDA Bali bertajuk “Satwa Kami Baik-baik Saja” sejak 23 April hingga 30 April 2020 ini.

Salah satu tayangan live pada Sabtu, 25 April di akun IG @balaiksda_bali adalah kunjungan ke Bali Reptile Park. Presenter menggunakan masker dan membasuh tangan sebelum masuk.

baca : Nasib Primata di Tengah Pandemi COVID-19

 

Tangkapan layar akun IG BKSDA Bali saat livestreaming di Taman Safari Indonesia Bali. Foto : IG Live BKSDA/Mongabay Indonesia

 

Satwa-satwa tampak dalam kandangnya, misalnya buaya, iguana, ular piton kuning, komodo, kura-kura Sulawesi, dan lainnya. “I miss you, guys,” seru Sulistyo, Kasi Konservasi BKSDA Bali yang jadi pemandu.

Piton kuning disebut makan bisa sampai 15 ekor ayam. Diperlihatkan juga penyiapan pakan seperti udang untuk satwa akuaponik, telur untuk biawak, dan ayam untuk buaya.

Salah satu siasat Bali Reptile Park untuk mencegah pengurangan pasokan pakan dengan cara membudidayakan tikus. Nampak ada tikus berbulu putih indukan dan anak-anaknya dalam sejumlah kandang.

Selanjutnya pada tayangan Senin (27/4), BKSDA Bali berkunjung ke Taman Safari Indonesia III yang berlokasi di Kabupaten Gianyar. “Satwa TSI baik-baik saja, terawat, animal welfare terjaga,” sebut salah satu pekerja yang mendampingi. Pintu masuk kebun binatang yang biasanya ramai, kini sunyi.

Kadek Kusuma Atmaja, dokter hewan TSI juga mendampingi dan menjelaskan pemberian pakan dan kesehatan tiap satwa. Misalnya pemberian pakan burung sekali di pagi hari. Penempatan burung dalam kandang untuk antisipasi persaingan pakan, sesuaikan tipe burung dan kesamaan pakannya. Di antaranya Cendrawasih, Kepondang, Mambruk, Cucak Papua. “Tiap hari masih ada tim medis yang bekerja jika ada satwa sakit,” ujar Kadek.

Menurutnya tidak ada perubahan perilaku satwa sebelum dan sesudah pandemi. “Tidak ada beda, seperti biasa tak menunjukkan hal negatif,” tambahnya. TSI membuka buka dompet donasi, untuk bantuan pakan dan obat-obatan satwa. Sistem kerja saat ini bergantian, belum ada yang PHK.

Disebutkan ada penurunan pemberian pakan pada buaya, biasanya sekali dalam seminggu kini jadi sekali dalam dua minggu.

baca juga : Penyelamatan Satwa di Tengah Pandemi Corona

 

Seorang pengunjung memotret seekor harimau koleksi Satwa di BaliZoo pada tahun 2019. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Juga ditemui Ayu si macan dan dua anakan orangutan dari 15 ekor yang ada di TSI di Bali ini. Salah satu mantan penghuni adalah Bonbon, anak orangutan yang diselundupkan warga Rusia. Kini sudah dipindahkan ke “sekolah” di Sibolangit, Sumatera Utara sebelum pelepasliaran. Perut kembung, nafsu makan menurun, setelah diselundupkan dalam koper sebelum digagalkan di bandara Ngurah Rai, Bali. Dirawat selama 3 bulan di TSI III.

Tes DNA menyebut Bonbon jenis orangutan Sumatera. Selama dirawat di TSI, ia ditemani 2 ekor anakan orangutan Kalimantan yang lahir di TSI. Menurut dokter hewan TSI, perbedaan OU Kalimantan bulunya agak gelap, Sumatera kemerahan. Wajah juga berbeda, namun ini perlu ketelitian, dan lebih pasti dibuktikan dengan tes DNA. Dua anakan Orang Utan yang ditayangkan disebut dipisahkan dengan induknya karena ada masalah sehingga perlu konsumsi susu formula.

Program pembiakan Jalak Bali, maskot Taman Nasional Bali Barat dan Provinsi Bali juga diceritakan sudah menunjukkan hasilnya. Ada anakan Jalak Putih dari Desa Lebih terlihat di lubang pohon, dan beberapa anakan lainnya sekitar TSI. Dari pemantauan, terlihat juga muncul di desa sekitar TSI seperti Keramas, Medahan, sekitar 3 km dari TSI. Sebelum dilepaskan, Jalak Bali sosialiasasi ke desa. Ada yang buat aturan atau perarem untuk perlindungan.

TSI juga memiliki program pengolahan kotoran gajah menjadi kertas daur ulang. Kotoran gajah dikeringkan dan campur bubur kertas bekas. Dijadikan cover buku, dan suvenir lainnya.

“Ini untuk edukasi dan obat kangen,” seru Sulistyo yang kerap bertugas jadi presenter. Terkait program kunjungan dan livestreaming ini.

baca juga : Mengurangi Interaksi Manusia pada Satwa Liar untuk Pencegahan Jenis Penyakit Baru

 

Kondisi orangutan di salah satu lembaga konservasi yang dikunjungi BKSDA Bali saat pandemi. Foto: BKSDA Bali/Mongabay Indonesia

 

Dalam siaran pers BKSDA Bali pada 26 April 2020 disampaikan laporan untuk Dirjen KSDAE KLHK dan lainnya. Live Instagram ini merupakan program untuk memantau kondisi terkini di setiap Lembaga Konservasi (LK) yang ada di provinsi Bali terkait tentang penanganan dan pemeliharaan satwa yang ada selama pandemi Covid-19.

Lembaga Konservasi yang ada di lingkup Balai KSDA Bali antara lain adalah CV. Bali Harmoni (Bali Zoo), PT. Bakas Aneka Citra Wisata Tirta (Bakas), PT. Taman Burung Citra Bali International (Bali Bird Park), PT. Rimba Reptil International (bali Reptile Park), PT. Wisata Reksa Gajah Perdana (Taro/Mason Elephant Park), PT. Taman Safari Indonesia, PT. Taman Benoa Eksotik, PT. Kasianan, PT. Kupu-Kupu Taman Lestari, dan PPS Bali.

Jumlah followers Instagram BKSDA Bali pada 23 April 2020 sebanyak 2.120 followers dan sampai 26 April menjadi 2.562 followers. Rata-rata viewers sebanyak 250 per tayangan.

 

Ketersediaan Pakan Satwa

Dari program Live Instagram diyakini kesejahteraan dan perawatan satwa tetap menjadi prioritas utama sesuai kaidah kesejahteraan satwa meskipun dalam kondisi pandemi COVID-19. Ketersedian pakan satwa sampai saat ini masih terjamin karena kebutuhan pakan diperoleh dari sekitar lembaga konservasi dan area lain di Bali.

Kepala Tata Usaha BKSDA Bali Prawono Meruanto mengatakan subsidi dana bantuan untuk pemeliharaan satwa di lembaga konservasi sedang dibahas di Jakarta. “Dari pemantauan sejauh ini, beberapa lembaga konservasi masih mampu sampai akhir tahun untuk pakan satwanya, kecuali mungkin untuk tenaga kerja,” jawabnya saat dikonfirmasi pada 26 April.

Terkait detail anggaran ia belum mengetahuinya karena sedang dikoordinasikan. Karena ada pengurangan alokasi anggaran di sejumlah bidang.

Ide program ini menurutnya selain edukasi juga memudahkan pemantauan. Arahan dari pusat adalah menutup lokasi lembaga konservasi dan melakukan protokol pencegahan COVID-19. “Sudah satu bulan tutup, mereka masih animal welfare, tetap makan,” sebutnya.

Ada kekhawatiran penularan pada satwa seperti terjadi di Amerika Serikat pada harimau. Ia mengatakan belum ada laporan penularan COVID-19 di satwa lembaga konservasi di Indonesia. “Fokus kita pada orangutan dan Harimau Sumatera, perawatan lebih intensif,” katanya karena keduanya endemik Indonesia.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen KSDAE KLHK Indra Exploitasia menyatakan bahwa sesuai surat edaran Dirjen KSDAE KLHK No. 4/KSDAE/KKH/KSA/4/2020 tanggal 9 April 2020, memang mengintruksikan UPT Ditjen KSDAE untuk melakukan pemantauan terhadap Lembaga Konservasi umum dan khusus, terutama terhadap aspek kesehatan dan melakukan pelaporan upaya pencegahan dan deteksi dini timbulnya penyakit infeksi baru dan zoonosis.

menarik dibaca : Ketika Tutup, Kesempatan Wisata Alam ‘Bernapas’ dan Pengelola Berbenah

 

Ilustrasi. Harimau Sumatera koleksi Kebun Binatang Ragunan, Jakarta. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Survei PKBSI

Dalam laman akun media sosial Facebook, pada 22 April, Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) memposting mati surinya kebun binatang saat ini. Postingan itu terhubung dengan artikel di laman Sebijak Institut Fakultas Kehutanan UGM tentang kondisi ‘lampu merah’ kebun binatang Indonesia di tengah pandemi corona. yang ditulis Rahmat Shah, Ketua Umum PKBSI.

“KB (Kebun Binatang) di seluruh Indonesia sedang menghadapi krisis. Dari hari ke hari kian kritis. Walau memiliki kondisi ketahanan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, namun satu hal yang sama adalah kebutuhan penyelamatan KB di Indonesia. Dukungan dan bantuan nyata dari para pihak,” kata Rahmat dalam artikel itu.

Dia menjelaskan salah satu prioritas mendesak bagi kelangsungan hidup KB, khususnya kesehatan dan kesejahteran satwa koleksinya adalah penguatan ketahanan pangan.

Berdasarkan survei internal di lingkup KB anggota PKBSI pada April 2020 ini, ketahanan dan kemampuan KB bervariasi. Khususnya dalam penyediaan pakan satwa koleksinya. Sebagian besar KB memiliki ketahanan pangan satwa kurang dari satu bulan, yaitu sebanyak 92,11%. Sementara KB yang mampu bertahan menyediakan pakan selama jangka waktu 1-3 bulan sebanyak 5,26%. KB yang mampu menyediakan pakan lebih dari 3 bulan hanya berkisar 2,63%. Jelas kondisinya sudah lampu merah.

Merujuk situasi krisis, hampir seluruh manajemen KB melakukan penyesuaian terhadap manajemen pakan satwa. Mulai dari substitusi, pengurangan porsi hingga pendekatan manajemen pakan lainnya. Tentu tetap bedasarkan pada etika hewan maupun kesehatan dan kesejahteraan satwa. Pertanyaannya sampai kapan?

Kemampuan pakan tidak selalu terkait dengan persoalan finansial. Ada jenis-jenis satwa tertentu yang membutuhkan jenis pakan khusus. Yang hanya bisa diperoleh dari supplier khusus dengan perlakuan tertentu. Artinya walau secara finansial tersedia, namun kalau pasokan pakannya justru tidak tersedia karena dampak kebijakan Corona, menjelma menjadi ancaman juga.

Selama ini, kegiatan PKBSI beserta sekitar 60 KB anggotanya menyerap tenaga kerja sebanyak 22,000 orang . Total jenis satwa yang menjadi koleksi seluruh KB anggota PKBSI sebanyak 4,912 jenis satwa endemik maupun satwa dari berbagai belahan dunia.

Ironisnya, hari ini semua KB dalam kondisi mati suri. KB anggota PKBSI di seluruh Indonesia sudah tutup sejak pertengahan bulan Maret lalu. Praktis tidak ada sumber pemasukan bagi pembiayaan kegiatan operasional. Satwa yang notabene aset negara tersebut pun saat ini terancam kelangsungan hidupnya.

Kelangsungan operasional setiap KB anggota PKBSI sebagian besar ditopang dari sumber pendapatan yang berasal dari kegiatan operasional. Tepatnya, bersumber dari penjualan tiket yang terdiri dari tiket masuk, tiket permainan, restauran, parkir dan souvenir atau cendramata dengan prosentase 84,21% dan selebihnya bersumber dari dana APBD 15,79%.

 

Exit mobile version