Mongabay.co.id

Mendesak.. Nasib Satwa di Kebun Binatang Butuh Kebijakan Negara

 

Di tengah lintang-pukang negeri ini menghadapi virus korona, pemerintah harus mengambil keputusan soal satwa. Termasuk memutuskan menutup sementara 56 kawasan konservasi di Indonesia. Langkah serupa juga diberlakukan bagi lembaga konservasi seperti kebun binatang.

Keputusan ini memang dinilai tepat untuk mencegah penularan penyakit Covid19 lebih luas. Namun, ada pekerjaan rumah yang perlu segera ditangani. Salah satunya, penyelamatan satwa endemik milik negara di lembaga konservasi eks situ.

Belum jelasnya pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat kebun binatang kelimbungan. Semenjak mereka tak berpenghasilan, satwa di kebun binatang menghadapi ancaman kelaparan.

Agaknya, hitung-hitungan memang dibutuhkan. Apalagi, wabah ini diperkirakan bakal berlangsung di Indonesia hingga berbulan-bulan ke depan sampai ditemukannya vaksin. Dunia saat ini berharap pada penemuan vaksin. Namun, hal itu kemungkinan masih sangat lama.

baca : Cegah COVID-19, Sebanyak 56 Kawasan Konservasi Ditutup Sementara, Begitu Juga Kebun Binatang Surabaya

 

Seekor beruang madu koleksi Kebun Binatang Bandung pasca penutupan selama wabah korona di Taman Sari, Kota Bandung. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Di tengan ketidakpastian ini, kebun bintang rentan sekarat. Itu dibuktikan oleh survei Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI). Hasilnya cukup mengkhawatirkan. Dari 56 dan 4 calon anggota PKBSI, 90 persen kebun binatang hanya mampu memberi pakan kurang dari satu bulan.

“Sisanya adalah kebun binatang yang tergolong besar. Kemampuannya bertahan agak lama sekitar empat bulan. Sedangkan yang paling menderita adalah kategori menengah ke kecil,” kata Sekertaris Jenderal PKBSI, Tony Sumampau, dihubungi pada Minggu, (26/4/2020) lalu.

Dengan kondisi besar pasak daripada tiang, tak banyak cara yang dapat dilakukan lembaga konservasi untuk mengurusi 4.912 spesies endemik di seluruh Indonesia selain bersurat kepada pemerintah. Berharap kejelasan nasib mereka.

Wajah Marketing Communication Bandung Zoo, Sulhan Syafi’i, berkerut. Selama penutupan, ia mengaku gusar memikirkan keberlanjutan perawatan satwa selama wabah. “Karena satwa ini milik negara. Kami pasrah dan patuh kepada anjuran pemerintah. Tapi juga berharap ada perhatian dari pemerintah.”

Memiliki 835 satwa, Bandung Zoo hanya mampu memberikan pakan hingga pertengahan Juli. Untuk itu, skema terburuk dipersiapkan. Sulhan mungkin saja bakal mengorbankan herbivora untuk dimangsa karnivora atas restu Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (KLHK).

“Itu opsi terburuk yang akan diambil. Semoga saja tidak sampai begitu,” ucapnya.

baca juga : Nasib Primata di Tengah Pandemi COVID-19

 

Petugas memberi makan tapir koleksi Kebun Binatang Bandung pasca penutupan selama wabah korona di Taman Sari, Kota Bandung. Menurut Marketing Communcation Bandung Zoo, Sulhan Syafi’i, pihaknya hanya mampu menyediakan pakan hingga empat bulan ke depan. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Di Jabar, setidaknya ada 4 lembaga konservasi yang kepayahan selama pandemi. Taman Satwa Cikembulan adalah yang paling kecil.

Manager Operasional Cikembulan, Rudi Arifin, sudah harap-harap cemas sejak Maret lalu. Ongkos pakan senilai Rp220 juta/bulan untuk 435 satwa terancam tak bisa dipenuhi lagi.

“Kami mengandalkan tabungan yang ada, itu pun tidak banyak,” ujar Rudi. Ia sudah berhitung. Kemampuan memberi pakan disanggupi setidaknya hingga Juni nanti.

Faktor finansial bagaimanapun juga menjadi faktor krusial. Dari komponen biaya operasional sebuah kebun binatang, biaya pakan menduduki peringkat kedua setelah biaya tenaga kerja.

Mongabay-Indonesia sudah melakukan konfirmasi kepada pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jabar ihwal langkah jangka pendek yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan kebun binatang dan koleksi satwanya. Namun, pihak BBKSDA Jabar menolak memberikan keterangan dengan dalih masih dalam tahap evaluasi.

perlu dibaca : Penyelamatan Satwa di Tengah Pandemi Corona

 

Seekor elang bondol diberi makan oleh petugas Kebun Binatang Bandung. Menurut Marketing Communcation Kebun Binatanga Bandung, Sulhan Syafi’i, pihaknya hanya mampu menyediakan pakan hingga empat bulan ke depan. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Solidaritas

Dalam situasi krisis ini, hampir seluruh manajemen kebun binatang berinisiatif melakukan penyesuaian. Mulai dari kebijakan substitusi sampai berhemat ongkos operasional.

Dirungrung kebutuhan, para anggota PKBSI saling berbagi pakan. Semisal, Gembira Loka Zoo memberi pakan 200 kilogram daging beku ke Medan Zoo dan Semarang Zoo. Tak sedikit pula yang berusaha mencari donatur untuk sekedar bertahan.

Bandung Zoo memilih merumahkan separuh tenaga operasional demi mengurangi beban. Tapi itu belum cukup, kata Sulhan. Ia mesti berhemat lagi dengan cara mengurangi porsi serta mengubah komposisi pakan, “Misalnya, kami memberi makan macan tutul setiap dua hari dengan 3-4 kilogram daging. Untuk saat ini, kami mengurangi atau mengganti porsi pakannya.”

Perubahan serupa juga diterapkan Taman Safari Indonesia (TSI) di Bogor, yang memiliki 134 karnivora. Di antara jumlah itu, 35 ekor merupakan harimau sumatera, yang mempunyai riwayat konflik sehingga terpaksa ditangkarkan. Tiap hari, Panthera tigris ini butuh 4 kilogram daging mentah impor. Masalahnya, kebun binatang ini telah menghentikan mengimpor daging sebagai pakan mereka.

“Harimau biasanya makan enam hari seminggu, tapi sekarang hanya diberi pakan lima hari. Ada kemungkinan bahwa kita akan memberi mereka empat hari seminggu jika kondisi tetap seperti ini,” kata Tony yang juga menjabat Direktur TSI.

Akan tetapi, Tony cemas. Siasat semacam ini bukanlah solusi jangka panjang. Sebab pakan satwa harus tetap kontinyu diberikan. Lambatnya respon, justru beresiko menimbulkan kerugian lebih besar. Akan lebih sulit jika sudah dalam kondisi terburuk, “Bisa jadi berujung kematian masal satwa.”

Dalam hal konservasi, contohnya, satwa di kebun bintang berguna bagi bank sperma sekaligus menjaga genetiknya terutama untuk satwa terancam punah. Selain itu, banyak hal positif muncul dari keberadaan kebun bintang yakni sarana edukasi.

Secara legalitas, seluruh satwa endemik merupakan aset negara yang bukan hanya wajib dilestarikan. Namun juga dijaga kesejahteraannya.

baca juga : Nasib Ekowisata di Masa Pandemi Corona

 

Seekor harimau sumatera koleksi Kebun Binatang Bandung. Selama pandemi COVID-19, satwa pun terpaksa berubah pola makannya untuk menghemat keuangan kebun binatang Bandung. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Kesulitan

Kebun bintang di dunia juga tak kalah limbung dihajar korona. Berdasarkan informasi dihimpun, sejumlah kebun binatang di Jerman terpaksa mengorbankan satwa herbivora untuk dijadikan pakan atau dijual demi menghindari terjadinya kolaps.

Malaysia, sedikit lebih mujur. Pemerintah setempat, sepeti dikutip New Strait Times, cekatan. Mereka memberi bantuan senilai 1,3 juta ringgit kepada Zoo Negara untuk menutupi kebutuhan pakan satwa selama pembatasan sosial terhitung dari 18 Maret – April 28. Adapun, 34 kebun binatang swasta lainnya akan dibantu bertahap.

Sementara itu, di dalam negeri, KLHK masih mengajukan permohonan relaksasi pajak bagi lembaga konservasi yang ikut terdampak kepada Menko Perekonomian, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri.

“Selain memiliki beban pengelolaan satwa, pengelola juga terbebani dengan kewajiban pembayaran pajak, baik pajak kepada Pemerintah Daerah maupun pajak penghasilan dan PPN ke Pemerintah Pusat,” kata Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Indra Exsploitasia dalam keterangan tertulisnya diterima, Senin (27/04) seperti dikutip dari Antara.

Sejauh ini, belum ada keputusan apapun menyoal langkah penyelamatan satwa di kebun binatang. Kendati demikan, Tony berharap, pemerintah bisa menyusun regulasi yang tidak rigid. “Karena yang susah adalah mereka yang di luar pemerintah. Aturannya tidak mudah menerima bantuan dalam bentuk uang. Kecuali kebun binatang yang biasa didanai APBN atau APBD.”

Menurutnya, banyak alternatif kebijakan penyelamatan satwa yang bisa dilakukan pemerintah. Misalnya di Jepang. Di sana, pemerintah menetapkan keputusan memberikan pinjaman bank tanpa bunga kepada kebun binatang selama pandemi. “Itu solusi alternatif yang baik,” pungkasnya.

  

Exit mobile version