Mongabay.co.id

Hari Laut Sedunia : Mendorong Inovasi Pengelolaan Laut di Indonesia

 

Dampak pandemi COVID-19 membuat peringatan Hari Laut Dunia dan Segitiga Karang 2020 akhirnya dihelat bukan di laut. Seperti yang dilakukan sejumlah pihak dalam jejaring pengelolaan ruang laut di Indonesia yang membahas kebijakan saat ini dan tata kelola segitiga karang dunia. Apakah ada inovasi pengelolaan laut dari Indonesia?

Bincang Asik Pengelolaan Ruang Laut Literasi Segitiga Karang untuk Terumbu Karang, Perikanan, dan Ketahanan Pangan dilakukan pada Selasa (09/06/2020) memperingati Hari Laut (World Ocean Day) dan Hari Segitiga Karang Dunia (World Triangle Day).

Dalam sambutannya, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Aryo Hanggono mengatakan jika ini pertama kalinya peringatan hari kelautan seperti Hari Laut Dunia dan Segitiga Karang dilakukan dalam jaringan (online) dampak pandemi Covid-19 global. Ia mengatakan Presiden RI sudah merilis pernyataan bersama pengelolaan laut berkelanjutan pasca COVID-19, di antaranya menekankan solusi dunia yang lebih tangguh dan pemulihan.

Hendra Yusran Siry, Interim Executive Director The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) memaparkan Indonesia adalah pemrakarsa kemitraan multilateral ini karena Indonesia beririsan dengan negara lainnya di wilayah segitiga karang.

Area ini diyakini sebagai lokasi 30% karang dunia, ruaya ikan dan pembesaran. Jenis karang lebih dari 500 jenis, valuasi ekonomi sekitar 2,3 miliar dollar, merangkum 370 juta penduduk. Meliputi Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Solomon Island, Filipina, dan Papua New Guinea. Dicanangkan sejak 2007 sehingga ada inisiatif untuk manfaat ekonomi dan ekologi. Pada 2009, CTI CFF ini dideklarasikan 6 kepala di Manado. Enam tahun setelahnya lahir sekretariat regional CTI pada 2014. “Gedungnya cukup futuristik di Manado, ada desain karang dan polip. Terdaftar di PBB,” sebut Hendra.

baca : Begini Tantangan Konservasi Terumbu Karang di Saat Pandemi

 

Terumbu karang dan biota laut di perairan Nusa Penida, Bali. Foto : Marthen Welly/Hope Spot

 

Capaian kemitraan meliputi adanya bentang laut di kawasan, yakni Sulu Sulawesi (Indonesia-Malaysia-Filipina), Leser Sunda (perairan Indonesia), dan Bismarck Solomon Seas Ecoregion.

Data-data dirangkum di laman ctatlas.coraltriangleinitiative.org, tapi dinilai masih ada yang belum diupdate.

Capaian Indonesia di antaranya luasan kawasan konservasi perairan (KKP) lebih dari 23 juta hektar, dibuatnya lebih dari 200 kampung proiklim, dan lainnya.

Andi Omer Siregar, diplomat Kementerian Luar Negeri, dan Chair FWG CTI FF menambahkan banyak aspek dalam kemaritiman. “Ini jargon baru, peran pemkot dan pemkab sangat penting untuk praktiknya,” katanya terkait pendekatan diplomatik.

Hugua, anggota DPR dan tim Local Government Network yang mendukung CTI CFF mengaku awalnya kolaborasi pemimpin tingkat daerah di kawasan segitiga karang ini untuk koordinasi implementasi kesepakatan berjalan lambat. “Komitmen global yang mengawang harus dilaksanakan, komitmen nasional hampir membumi, tapi otoritas lokal yang ada di akar rumput sulit mengimplementasikan,” sebutnya. Padahal Pemda sangat krusial sebagai lokasi sumber daya, memiliki adat istiadat, dan otoritas lokal. Namun 100% berhadapan dengan kemiskinan, polusi, illegal fishing, pemboman, dan masalah lainnya di laut.

Diskusi juga dilanjutkan dari program-program yang dijalankan lembaga mitra yang mendampingi warga di kawasan segitiga karang ini. Victor Nikijuluw, dari Conservation International menggunakan istilah adopsi seascape di ketiga ecoregion lokasi kegiatannya. Targetnya kemandirian lokal, kesejahteraan sosial (pendapatan, keadilan, dan lainnya), dan kesehatan lingkungan (biodiversitas, produktivitas ekosistem, dan lainnya). Harus ada pemberdayaan dan transfer ke komunitas lokal. Strategi kemitraan dengan lokasi program dilakukan dengan penguatan kelembagaan, peningkatan kapasitas SDM, dan membangun perilaku konservasi.

baca juga : Sisi Positif Wabah Corona Bagi Terumbu Karang Indonesia

 

Seorang penyelam sedang menyelam di perairan Pulau Kapoposang yang masuk areal TWP Kapoposang. Foto : BKKPN Kupang

 

Klaas Jan Teule, dari WWF mengatakan negara lain di luar 6 negara wilayah coral triangle ini perlu tahu CTI, karena terkait perdagangan hasil laut dan sampah laut. Perlu banyak solusi untuk pemerintah lokal, usaha kecil, tapi perlu pengembangan agar dampaknya signifikan. Menurutnya target melindungi kawasan tak mudah karena sebagian warganya hidup di daerah terpencil. Untuk mengantisipasi dampak pandemi ini ia menyarankan warga fokus di turis domestik. “Turis asing masih sulit datang takut new pandemic,” sebutnya.

Sedangkan Rili Djohani dari Coral Triangle Center (CTC) menyebut salah satu program prioritas adalah pengembangan kapasitas. Menurutnya perlu terus dimunculkan best practices mengelola kawasan perairan. Menggunakan teori perubahan untuk ancaman perubahan iklim, penangkapan ikan berlebih, dan masalah lainnya.

Muhammad Ilman dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara fokus membahas pembiayaan berkelanjutan untuk sejumlah KKP. Dana konservasi sudah berjalan di Raja Ampat, di daerah lain baru merintis misalnya melalui Dewan Konservasi Perairan Provinsi di NTT.

Noviar Andayani dari WCS mengupas kerusakan habitat pari dan manta, penangkapan berlebih, dan kurangnya sistem stok untuk penangkapan berkelanjutan. Solusinya mendukung alat dan waktu tangkap untuk mengurangi penangkapan hiu dan pari, memantau pemanfaatan hiu dan pari di sejumlah sentra, dan menguatkan instrumen pemantauan kuota hiu dan pari. Ia mendorong penetapan taman wisata Tatar Sepang di Sumbawa dengan spesies pari martil dan hiu langka.

Saat ini, dalam kondisi pandemi, tantangan warga di kawasan segitiga karang ini meningkat. Para lembaga ini didorong untuk berinovasi membantu warga terdampak di pesisir. Misalnya ada yang beli ikan dari nelayan untuk dibagi ke warga.

Victor menyontohkan, selama pandemi COVID-19, kunjungan ke Raja Ampat turun drastis hampir zero wisman, sementara ada kebutuhan untuk patroli dengan dana entry fee wisata. “Kami dekati Pokwasmas dan bantu biaya bensin untuk menghidupkan patroli,” sebutnya. Jika tidak ada patroli, ada ancaman penangkapan ikan ilegal. Menurutnya harus ada contingency plan di tingkat Pemda jika ada keadaan besar seperti pandemi. Tujuannya, kegiatan di tingkat warga terjamin agar pengawasan pesisir masih bisa berjalan.

Tiap lembaga konservasi juga punya program unggulan misal untuk memajukan perempuan, hibah penelitian, dan program pengurangan sampah laut.

perlu dibaca : Begini Dampak Pandemi Bagi Masyarakat di Kawasan Konservasi Perairan Indonesia Timur

 

Seorang nelayan di pesisir perairan Amed, Bali Timur. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Art for Oceans

Di Bali, peringatan hari laut dunia ini juga diisi sejumlah diskusi online dengan topik pesisir. Salah satunya ditujukan untuk anak-anak, lomba menggambar biota bawah laut yang diawali dengan diskusi, dihelat CTC.

Nengah Bagus Sugiarta, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bali membagi dokumentasi kegiatan di pesisir pada tahun-tahun sebelumnya yang terdiri dari bersih pantai, underwater clean-up, dan pengolahan sampah plastik.

I Made Griyawan dari Yayasan Gelombang membuat sejumlah karya seni tentang bawah laut untuk edukasi. Suzy Hutomo, pebisnis yang peduli lingkungan mengajak penggunaan barang untuk mengurangi sekali pakai, misal sedotan, botol, dan cangkir kopi yang ditunjukkannya.

Permana Yudiarso dari BPSPL Denpasar mengisahkan penyu si pelayar kuno. Reptil penting di laut ini jadi fokus perlindungan dengan upaya penyelamatan, pelepasliaran, dan penyidikan kasus penyelundupan. Namun, makin banyak yang ditemukan mati dengan organ dalam berisi plastik saat dibedah/nekropsi. Penyu diduga mengira plastik adalah ubur-ubur, selain itu pari manta dan paus juga tak bisa bedakan sampah plastik dengan makanannya.

Andrew Sutherland dari Bali Hai Cruise membagi pengalamannya membawa turis ke titik-titik keindahan bawah laut. Ia menunjukkan perubahan koral hidup jadi mati karena pemutihan dalam lokasi yang sama. Karena itu, merawat koral dan memperbanyak koral dengan transplantasi harus terus dilakukan.

 

Exit mobile version