- Pada Desember 2019, Mongabay menerbitkan artikel ulasan per dekade mengenai hutan tropis. Analisis ini belum sepenuhnya lengkap karena data hilangnya hutan untuk tahun 2019 belum dirilis.
- Pekan lalu, University of Maryland (UMD) dan World Resources Institute (WRI) merilis data 2019, yang menunjukkan bahwa 3,75 juta hektar hutan primer telah ditebangi sepanjang tahun.
- Data tersebut menyatakan bahwa total angka hilangnya hutan primer tropis sejak tahun 2002 menjadi 60 juta hektar, atau 1,3 kali luasnya Pulau Sumatera. Namun, angka 2019 mungkin tidak mencakup data terakhir tambahan deforestasi yang terjadi di Amazon pada akhir tahun ini.
- Empat teratas yurisdiksi sub nasional yang paling menyumbang hilangnya hutan primer dunia, adalah empat negara bagian di Brasil (Pará, Mato Grosso, Rondônia, dan Amazonas), empat provinsi di Indonesia (Riau, Kalteng, Kalbar, Kaltim), Santa Cruz (Bolivia) dan Sarawak (Malaysia).
Menurut analisis data satelit yang dirilis minggu lalu oleh University of Maryland (UMD) dan World Resources Institute (WRI), hutan primer di daerah tropis menurun dengan laju yang sangat cepat. Sejak tahun 2002, daerah tropis kehilangan lebih dari 60 juta hektar hutan primer, suatu ukuran yang luasnya sama dengan 1,3 kalinya Pulau Sumatera.
Data baru tersebut menegaskan hilangnya hutan primer pada tahun 2010 hampir 30 persen lebih tinggi dari tahun 2000-an meskipun telah ada upaya global untuk menahan deforestasi lewat berbagai upaya, seperti mekanisme produksi kayu yang berkelanjutan, pengamanan hak atas tanah, perluasan kawasan lindung dan upaya pemantauan hutan.
Hilangnya hutan primer tahunan rata-rata dalam lima tahun terakhir (4,3 juta ha dalam periode 2015-2019) dari periode studi, hampir 50 persen lebih tinggi dari lima tahun pertama (2,9 juta ha 2002-2006). Namun kenaikan itu mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan tingkat kerusakan pada akhir dekade ini, yang berasal dari hilangnya hutan akibat karhutla di Amazon dan Indonesia selama akhir 2019, akibat data yang belum diolah hingga tahun berikutnya karena tertutup oleh awan.
Tujuan artikel ini adalah untuk memaparkan beberapa bagan yang menyoroti tren dari hutan primer dalam kumpulan beberapa seri set data. Untuk konteks tambahan tentang deforestasi tropis, – yaitu tren menyusutnya hutan hujan selama 20 tahun terakhir, yang diolah dari data UMD/WRI yang disajikan pada Global Forest Watch.

Lalu Kehilangan tutupan pohon secara global
Hilangnya tutupan pohon (tree cover loss) secara global yang meliputi hutan primer, hutan sekunder dan pemanenan siklus hutan tanaman, naik: dari rata-rata 17,1 juta hektar per tahun di tahun 2000-an menjadi 23,1 juta pada tahun 2010-an.
Peningkatan ini mencerminkan deforestasi di hutan alam dan di dalam area perkebunan yang luas, sebagian besar di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.



Tren hilangnya hutan primer di tingkat negara
Hutan tropis primer adalah salah satu ekosistem terestrial yang paling padat karbon dan kaya margasatwa di dunia. Karena itu para ilmuwan melihat kehancuran mereka sebagai kerusakan yang tidak proporsional, dalam hal ini jika dihubungkan dengan hilangnya keanekaragaman hayati dan emisi karbon.
Dalam beberapa tahun, emisi dari kerusakan dan degradasi hutan tropis dan lahan gambut dapat melebihi emisi gabungan dari seluruh sektor transportasi.
Hilangnya hutan primer tropis yang terbesar adalah di tiga negara dengan luas hutan tropis terbesar, yaitu Brasil (24,5 juta hektar), Indonesia (9,5 juta ha), dan Republik Demokratik Kongo (4,8 juta hektar). Paraguay dan Kamboja juga kehilangan lebih dari 28% hutan primer mereka sejak 2002.


Tren hilangnya hutan tropis di tingkat sub kontinental
Deforestasi terus meningkat di dua hutan hujan terbesar di dunia, Amazon dan Kongo. Rincian lebih lanjut mengenai deforestasi di negara-negara Amazon tertentu dapat ditemukan di sini.




Tren hilangnya hutan primer di tingkat daerah
Sepuluh yurisdiksi sub-nasional (provinsi, negara bagian) menyumbang hampir setengah dari hilangnya hutan primer tropis diantara periode 2002-2019. Empat teratas adalah negara bagian di Brasil (Pará, Mato Grosso, Rondônia, dan Amazonas), empat provinsi di Indonesia (Riau, Kalteng, Kalbar, Kaltim), Santa Cruz (Bolivia) dan Sarawak (Malaysia).
Berdasarkan persentase, diantara negara bagian, provinsi, dan departemen dengan lebih dari 35.000 hektar tutupan pohon pada tahun 2010, tidak ada yurisdiksi wilayah yang kehilangan lebih banyak hutan primer daripada Riau. Provinsi di Indonesia ini sebagian besar hutan hujan dan hutan gambutnya telah dikonversi menjadi perkebunan kayu akasia dan sawit selama dua puluh tahun terakhir. Lima provinsi di Kamboja juga kehilangan lebih dari 10 persen hutan primernya.



Catatan
Tinjauan satu dekade oleh Mongabay, yang sebelumnya telah diterbitkan pada Desember 2019, digunakan untuk merangkum laju hilangnya dunia, dengan beberapa catatan sebagai berikut:
Tahun 2010 dimulai sebagai momen optimisme bagi hutan tropis. Citra satelit yang tersedia secara luas melalui platform seperti Google Earth membawa tingkat akuntabilitas baru yang, untuk pertama kalinya, dimana dunia tidak bisa menggunakan ‘ketidaktahuan’ sebagai alasan untuk tidak menangani perusakan hutan tropis.
Deforestasi di hutan hujan terbesar di dunia – Amazon Brasil – berada di momen kejatuhan bersejarah, sementara pemerintah di seluruh dunia baru mulai menjanjikan uang milyaran dolar sebagai mekanisme kompensasi bagi negara-negara tropis untuk melindungi hutan mereka.
Beberapa negara menutup dekade ini dengan inisiatif konservasi baru yang penting, sementara para aktivis, diberdayakan dengan seperangkat alat baru untuk mendorong sektor swasta agar mulai mengadopsi jenis baru dari komitmen yang keberlanjutan, yaitu kebijakan nol deforestasi untuk produksi dan pengadaan komoditas.
Beberapa perusahaan yang menghadapi konsumen terbesar mengadopsi kebijakan ramah hutan dengan target implementasi jangka pendek. Dunia tampak seperti berada di jalur untuk mengurangi deforestasi tropis secara signifikan pada tahun 2020.
Namun, pada akhir 2019, jelas bahwa kemajuan dalam melindungi hutan tropis terhenti pada tahun 2010-an. Di sisi iklim, satu dekade ilmu pengetahuan sebagian besar telah mengkonfirmasi apa yang sudah kita ketahui 10 tahun yang lalu:
Hutan tropis sangat terancam oleh laju perubahan iklim saat ini. Dikombinasikan dengan deforestasi yang sedang berlangsung, degradasi, dan fragmentasi, prospek beberapa hutan terbesar di planet ini, dari Amazon hingga Indonesia, semakin suram.
Tahun 2010 juga ditandai oleh kemajuan yang beragam untuk konservasi hutan tropis. Kemajuan dalam penginderaan jarak jauh dimentahkan dengan kemunduran komitmen perusahaan dan pemerintah untuk melindungi hutan.
Keuntungan di kawasan lindung baru sebagian diimbangi oleh kecenderungan penurunan, dan perlindungan legal kawasan lindung (PADDD) di negara-negara dari Brasil ke Indonesia. Upaya-upaya untuk mengenali nilai hutan alam yang sehat dan produktif dihadapkan pada kenyataan implementasi yang menantang, ketidakpedulian publik dan ekonomi yang menghukum karena meningkatnya permintaan akan makanan, serat dan bahan bakar dalam konteks biaya yang tidak menghitung nilai eksternalitas aspek lingkungan.
Para pemimpin penting politik di beberapa negara hutan tropis menutup mata terhadap – atau dalam beberapa kasus bahkan secara aktif mendorong – ancaman terhadap para pembela lingkungan dan kebebasan pers, berkontribusi pada ratusan pembunuhan dan pembunuhan aktivis, pemimpin adat dan jurnalis.
Tahun 2010 ditutup dengan meningkatnya deforestasi dan meningkatnya insiden kebakaran di hutan tropis. Menurut PBB, pada 2015, tutupan hutan global turun di bawah empat milyar hektar (40 juta kilometer persegi) untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia modern.
Artikel asli dalam bahasa Inggris: How much rainforest is being destroyed? Artikel ini diterjemahkan oleh Akita Verselita.