Mongabay.co.id

Wisata Sawah Ramah Lingkungan dari Deli Serdang

 

 

 

 

Hamparan sawah hijau di sekeliling. Angin berhembus semilir. Kala berjalan di jembatan panjang seolah membelah ‘lautan hijau’ yang bergerak ke kiri ke kanan mengikuti terpaan angin. Begitu pemandangan dan keindahan kala berkunjung ke Kampung Sawah atau Wisata Sawah di Desa Pematang Johar, Martubung, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

“Saya yakin wisata sawah ini akan bertahan lama. Selain pemandangan, obyek ini membantu ekonomi masyarakat dan pemilik lahan masih tetap bisa panen,” kata Sudarman, Kepala Desa Pematang Johar, Martubung, Kabupaten Deli Serdang.

Menurut dia, rencana mau bikin wisata sawah sudah lama tetapi baru terealisasi pada 2019. Pada Mei 2019, mulai pengerjaan, resmi pada Maret 2020. Lokasinya, sekitar 17 kilometer dari Kota Medan.

Baca juga: Pesona Desa Wisata Pujon Kidul, Olah Air Limbah dan Sampah

Dia meyakini, sektor pariwisata ini menjanjikan dan bisa tingkatkan ekonomi warga. Ada sekitar 150 orang terlibat dalam wisata sawah dan mereka penduduk setempat.

“Syarat utama mau buka usaha dan jadi pekerja di sini adalah warga Pematang Johar,” katanya.

Wisata sawah ini buka setiap hari mulai pukul 8.00- 19.00. Pada malam hari ada kesempatan bagi pengunjung mengambil foto.

 

Hamparan tanaman padi menghijau yang jadi obyek wisata sawah. Foto: Barita News Lumbanbatu / Mongabay Indonesia

 

Ramah lingkungan

Seluruh properti di areal obyek wisata ini memakai bahan ramah lingkungan, seperti jalur pejalan kaki menuju ke pondok-pondok memakai material bambu. Sumber listrik seluruh kawasan wisata memakai panel surya alias energi panas matahari. Mereka juga tak gunakan plastik.

“Konsepnya bukan bisnis, maka kami upayakan no plastic hingga ramah lingkungan,” katanya.

Mereka juga pakai ecobricks untuk furniture seperti kursi, meja dan lain-lain yang berasal dari bahan baku pengolahan sampah plastik melalui bank sampah masyarakat sekitar.

Nurul, seorang pengunjung mengatakan, obyek wisata sawah Pematang Johar memberikan kesan tersendiri baginya dan keluarga.

Suasana asri, angin sepoi-sepoi, makan di tengah sawah jadi momen berharga liburan mereka bersama anak-anak.

“Saya dan keluarga sudah dua kali kemari. Selain makanan yang murah, kita bisa menikmati makanan seperti suasana di pedesaan dan anak-anak bisa bermain.”

 

***

Desa Pematang Johar, ada 4.500 keluarga, dengan luas 2.300 hektar, dan 1.750 hektar adalah areal persawahan.

Suharman bilang, walau periode kepala desa hanya enam tahun, sudah memiliki rencana hingga 20 tahun ke depan. Untuk itu, dia melakukan perjanjian kontrak dengan para pemilik lahan selama 20 tahun dengan sistem bagi hasil dan dibayar per tahun.

Area persawahan, katanya, tidak akan diubah sama sekali hingga pemilik masih bisa mengolah lahan dan menikmati panen. Sawah, katanya, akan tetap sawah alias tak dirusak, terlebih, sawah memang obyek wisata utamanya.

“Kuncinya adalah keterbukaan.”

 

Sarana ini juga salah satu daya tarik pengjunjung di wisata sawah. Foto: Barita News Lumbanbatu / Mongabay Indonesia

 

Pemilik lahan yang jadi area obyek wisata ada tujuh orang. Harga sewa lahan Rp250.000 per rantai (20m x 20m) setiap bulan. Kalau luas lahan satu hektar, nilai sewa selama setahun sekitar Rp7 juta. Hasil panen padi masih untuk petani.

Dia berencana, mengembangkan obyek wisata sawah ini dengan membuat penginapan. Bisa juga, katanya, rumah warga jadi homestay, untuk mereka yang akan menginap. Konsepnya, rumah sederhana dan nyaman. Ada penginapan, katanya, sekaligus menambah penghasilan warga juga.

Dia bilang, ada beragam hal bisa dinikmati dari wisata sawah ini, seperti hijau padi petani di sawah, keindahan awan nan putih di setiap sudut kala memandang langit. Kemudian, saat padi menguning saat mulai atau memasuki masa panen dan tak kalah menarik matahari terbit (sunrise) dan tenggelam (sunset). Belum lagi, kalau masa panen, katanya, pengunjung bisa melihat langsung proses pengolahan padi jadi beras.

Kalau pengunjung ingin menikmati setiap momentum itu, katanya, penginapan jadi pilihan menarik. Orang-orang dari kota, bisa datang dan menginap untuk lewat puas menikmati beragam keindahan sekitar.

Sudarman telah menyiapkan tim untuk unit wisata dan edukasi. Ke depan, katanya, akan ada obyek baru dengan menawarkan paket edukasi wisata sawah, rencana rilis Agustus 2020. Konsepnya, pendidikan bagi anak-anak sekolah dari teori hingga praktik.

Anak-anak, katanya, akan mendapatkan pengetahuan mulai dari menanam dan mendemonstrasikan mesin gilingan padi mini. Para peserta didik akan mengetahui proses menanam, perawatan, lalu padi jadi beras. Hasilnya, akan dibawa pulang ke rumah masing-masing.

Pengembangan lain, dia akan membuat ruang pertemuan bagi pengunjung untuk seminar, diskusi, rapat ataupun arisan dan lain-lain.

“Rencananya ke depan mau bikin flying fox juga.”

 

Pondok istirahat dan makan di wisata sawah. Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Fadli, Manager Operasional Wisata Sawah, mengatakan, pengunjung sekitar 1.000 orang setiap hari. Ketersediaan pondok untuk tempat makan masih sangat terbatas. Banyak pengunjung menunggu antrian.

Dia kewalahan melayani pengunjung yang membludak sejak lokasi wisata ini dibuka. Meskipun begitu, dia bersama tim bisa tetap memberikan pelayanan maksimal kepada para pengunjung.

Makanan yang disediakan pengelola cukup bervariasi, mulai seafood, hingga minuman segar seperti kelapa muda langsung dari hasil tanaman warga.

Dia bilang, setiap Sabtu dan Minggu menyediakan makanan tradisional yang memakai bahan dasar seperti ubi, jagung, atau singkong.

 

Pemberdayaan masyarakat desa

Citra Effendi Capah, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Deli Serdang mengatakan, konsep wisata sawah ini berawal dari saat bupati kunjungan kerja ke obyek wisata sawah di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Bupati, katanya, sangat antusias melihat area itu dan merasa mampu menciptakan konsep serupa di desa-desa Deli Serdang. Ada 380 desa yang menjadi pertimbangan, salah satunya adalah Desa Pematang Johar. Wisata sawah ini memakai anggaran dana desa yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa.

Gayung bersambut,. Sudarman bersemangat mengambil kesempatan dan musyawarah dengan masyarakat setempat. Penduduk sekitar sepakat jadikan lahan mereka objek wisata dan ada bagi hasil dengan pengelola.

“Sebenarnya saya sudah mengajukan ide itu sejak 2018, masuk anggaran 2019,” katanya.

Citra bilang, langkah Sudarman telah ditiru beberapa kepala desa lain di Deli Serdang, seperti Labuhan Deli dan Tanjung Morawa. Tentunya, dengan konsep wisata sawah berbeda-beda, misal, ada kolam pancing, pegunungan dan pemandangan lain.

 

 

Keterangan foto utama: Wisata Sawah Desa Pematang Johar di Deli Serdang. Dengan ‘menjual’ obyek utama sawah, atas kerjasama atau sewa dari lahan sawah warga. Pemilik lahan tetap bisa panen di lahan sawah mereka. . Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version