Mongabay.co.id

Begini Nasib Hiu Paus Terjerat Jaring Nelayan di Jember

 

Sebuah video sejumlah warga memotong seekor hiu paus (Rhincodon typus) di tepi pantai diunggah akun beritagumukmas, Minggu (5/7/2020) pukul 14.01 WIB. Video disertai keterangan, “Ikan Hiu Tutul Berukuran Besar Terdampar di Bibir pantai Selatan di Dusun Jeni Desa Kepanjen Gumukmas, Ikan hiu tersebut di ketahui oleh warga mulai tadi malam dan pagi tadi sempat kena Jaring Nelayan.”

Narator di video tertsebut menjelaskan bobot mamalia laut ini sekitar satu ton dengan panjang lima sampai enam meter. Warga setempat memotong bagian tubuh ikan, mengambil daging untuk dikonsumsi. Sebagian daging dijual kepada masyarakat sekitar. “Warga sekitar berbondong-vondong melihat hiu di pantai. Warga mengambil daging untuk dikonsumsi. Daging masih segar,” katanya.

Dalam video berdurasi 3 menit 24 detik ini terlihat masyarakat setempat membawa pisau memotong daging hiu paus menjadi beberapa bagian. Daging hiu paus dikumpulkan di tepi pantai. Tubuh hiu paus diikat tambang, sebagian bertugas memegang tali tambang menahan tubuh hiu paus dari hembasan gelombang.

Aksi nelayan yang didokumentasikan video ini terjadi di Dusun Jedi, Desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Jember, Setyo Utomo menerima laporan kejadian tersebut. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. “Petugas telah turun memeriksa di lapangan,” katanya ketika dihubungi Mongabay, Senin (6/7/2020).

baca : Musim Migrasi, Tiga Hiu Paus Terdampar di Pesisir Selatan dan Utara Jawa

 

Seekor hiu paus ditemukan nelayan tersangkut jaring di Dusun Jeni, Desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas, Jember, Jawa Timur. Foto : screenshoot akun youtube beritagumukmas

 

Hiu Paus Dilindungi

Koordinator Marine Mammals and Habitat Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Amank Raga menyayangkan sikap nelayan tersebut. Lantaran hiu paus merupakan biota laut dengan status dilindungi penuh. Sesuai Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) kategori Appendix I. Yakni spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam dari segala bentuk perdagangan internasional secara komersial.

“Ada sanksi hukum bagi para pelaku,” katanya. Mungkin, katanya, karena pengetahuan dan informasi yang kurang. Sehingga bisa menjadi salah satu parameter jika sosialisasi kepada masyarakat belum maksimal. Ia berharapan kejadian serupa tak terulang lagi.

Namun, perlu diperhatikan bagaimana sosialisasi aturan tersebut kepada masyarakat. Perlu ada pembinaan, lantaran banyak masyarakat atau nelayan yang tak tahu aturannya secara hukum. Untuk itu, ia menyerahkan hasil penyidikan petugas yang berwenang.

Amank meminta petugas mengutamakan pembinaan, agar nelayan paham dan tahu aturan. Pembinaan dilakukan untuk menekankan laju perburuan. Selain itu menyelamatkan satwa laut yang dilindungi. Selain itu, ia mengingatkan efek kesehatan jangka panjang bagi manusia yang mengonsumsi daging hiu paus.

“Hiu puncak rantai makanan di laut. Rentan, kandungan merkuri besar. Berbahaya bagi tubuh. Kandungan timbal tinggi. Jangka panjangnya sering mengonsumsi bisa menyebabkan kanker. Seperti menabung penyakit,” katanya.

Populasi hiu paus, katanya, minimal dan rentan terancam punah. Hiu paus tersebar di perairan Jawa, NTT, selat Sulawesi dan Papua. Hiu paus pemakan plankton yang pergerakannya jauh. Di Jawa Timur, sering dijumpai di Probolinggo, Situbondo, Pasuruan, Gresik, dan Surabaya.

baca juga : Aksi Penyelamatan Lumba-lumba, Paus Pembunuh Kerdil dan Hiu Paus di Bali, Maluku, dan Pasuruan

 

Para nelayan memotong bagian tubuh hiu paus yang tertangkap jaring di Desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember. Foto : screenshoot akun youtube beritagumukmas

 

Ia berpesan kepada para nelayan jika hiu paus terperangkap jaring sebisa mungkin dilepas. Jika melihat dari jauh dihindari. Sedangkan jika ada hiu paus di pesisir segera dilaporkan ke polisi air dan laut, agar diteruskan ke BKSDA dan KKP untuk menyelamatkan mamalia laut tersebut.

Beberapa daerah ada cerita dan mitos unik. Serta memiliki kearifan lokal, sehingga para nelayan setempat turut melindunginya. Cerita tersebut diwariskan secara turun temurun. Menurut masyarakat Situbondo, Pasuruan dan Probolinggo jika hiu, paus dan lumba-lumba dan paus dipercaya sebagai penjelmaan leluhurnya. Sehingga harus menghormati,

“Jika terlihat, mereka menjaga jarak dan hanya mengamati,” katanya. Sehingga tak pernah terjadi kasus perburuan mamalia laut di pesisir utara Jawa Timur. Termasuk mengonsumsi dagingnya. Nelayan setempat justru menghormatinya layaknya leluhur.

Amank menyebutkan jika hiu paus memiliki fungsi di habitatnya. Yakni menjadi pengendali populasi ikan tertentu dalam mata rantai makanan. Selain itu, hiu paus menjadi indikator jika perairan laut tersebut sehat. “Kontoran hiu dan paus juga bermanfaat untuk penyerbukan koral atau terumbu karang,” ujarnya.

perlu dibaca : Pandemi dan Hari Lingkungan Hidup, Momen Benahi Habitat Hiu Paus di Botubarani

 

Para nelayan memotong bagian tubuh hiu paus yang tertangkap jaring di Desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember. Foto : screenshoot akun youtube beritagumukmas

 

Pembinaan Nelayan

Koordinator Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar-Wilayah Kerja Jawa Timur, Kiki Riski Arisandy saat dihubungi Mongabay mengaku mengetahui informasi hiu paus dikonsumsi masyarakat Jember Senin pagi.

Menurutnya, masyarakat setempat tak tahu jika hiu paus merupakan biota laut yang dilindungi. Sehingga mereka mengambil daging dan bagian tubuhnya untuk dikonsumsi. “Mereka tahu, karena sudah mati sayang jika daging tak dimanfaatkan,” ujarnya.

Untuk itu, ia akan melalukan pembinaan kepada para nelayan setempat. Penegakan hukum, katanya, tak bisa terlalu keras, riskan. Sehingga diutamakan sosialisasi terlebih dahulu. “Masih pandemi, dalam waktu dekat akan dilakukan sosialisasi,” katanya.

Lantaran selama pandemi COVID-19, tak boleh mengumpulkan banyak orang. Mencegah penularan virus corona. Sementara, saat ini dilakukan pendekatan melalui tokoh masyarakat, Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI dan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat  (Bhabinkamtibmas) Polri.

“Menyampaikan jenis satwa atau biota laut yang dilindungi dan tak boleh dimanfaatkan,” katanya.

Di lokasi yang sama, katanya, pada 15 Agustus 2019 pernah ditemukan hiu paus terdampar. Ada luka yang menganga di bagian dada hiu. Saat itu, Babinsa meminta para nelayan menguburkan bankai hiu paus yang terdampar tersebut. Sedangkan selama 2020 tak pernah terdengar ada mamalia laut yang terdampar di kawasan tersebut.

Nelayan di pesisir utara Jawa Timur, katanya, lebih sadar dan tak berburu mamalia laut. Mereka menganggap, hiu, paus dan lumba-lumba merupakan biota laut yang memberi berkah,. Jika ada mamalia laut itu, menunjukkan ikan melimpah. Sehingga mereka tak menganggu apalagi memburunya.

“Nelayan di pantai utara tak bertani, mereka takut kualat. Ada mitos, hiu paus merupakan kendaraan nenek moyang mereka. Membawa keberkahan dan ikan banyak,” katanya. Sedangkan nelayan di pantai selatan kurang mendapat sosialisasi.

baca juga : Ada Atraksi Wisata Hiu Paus dalam Dewi Bahari

 

Para nelayan memotong bagian tubuh hiu paus yang tertangkap jaring di Desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember. Foto : screenshoot akun youtube beritagumukmas

 

Dalam jurnal Penelitian Perikanan Indonesia yang ditulis Achmad Fachruddin Syah-Musrifah-Hendrik Cahyono dari Universitas Trunojo menyebutkan jika hiu paus mengonsumsi berbagai jenis makanan mulai dari plankton kecil, seperti copepods dan euphausiids, telur ikan sampai organisme nektonis yang besar seperti cumi-cumi dan ikan.

Saat lahir, hiu paus berukuran panjang antara 55 centimeter sampai 64 centimeter. Saat belum matang gonad, hiu paus jantan bisa mencapai ukuran 2,99 meter, sedangkan saat remaja berukuran antara 3,9 meter sampai 5,4 meter. Pada saat dewasa bisa mencapai ukuran sekitar 12 meter. Hiu paus yang muncul di perairan Probolinggo berkisar antara 2 meter sapai 8 meter, yang diperkirakan belum mengalami pemijahan.

Munculnya hiu paus di suatu wilayah tersebut sangat dipengaruhi kondisi oseanografi dan kedalaman perairan. Hiu paus muncul di perairan Probolinggo karena dipengaruhi faktor kedalaman perairan antara 9 meter sampai 14 meter. Ketersedian makanan dan sea surface temperature antara 29 derajat celsius sampai 30 derajat celsius.

Kemunculan hiu paus sering terlihat pada Februari. Hiu paus banyak muncul pada kedalaman 5 meter sampai 20 meter dengan jarak sekitar 500 meter dari tepi pantai perairan Probolinggo. Sedangkan di laut selatan jarang terlihat perjumpaan hiu paus karena ombak yang besar.

 

Exit mobile version