Mongabay.co.id

Hiu Paus Kembali Terjaring Nelayan di Flores Timur. Bagaimana Nasibnya?

 

Perairan di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) terutama Laut Sawu merupakan habitat dan tempat migrasi mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba.

Hiu paus (Rhincodon typus) yang merupakan ikan terbesar di dunia ini bersama pari manta (Manta birostris) serta beberapa jenis penyu seperti penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) sering ditemukan di wilayah perairan ini.

Perairan yang dinamakan Selat Gonsalu ini berarus deras. Selat ini tergolong sempit dimana jarak terdekat antara ujung timur Pulau Flores dan Pulau Adonara sekitar 300 meter. Bulan Juli hingga Agustus, warga sering melihat gerombolan paus melintas di selat ini.

“Bulan Juli sampai Agsutus setiap tahunnya selalu banyak kasus hiu paus, pari manta maupun penyu terkena jaring nelayan. Nelayan biasanya melepas pukat hanyut (bycath) saat malam hari,” kata Kepala Kantor Misool Baseftin Flores Timur, Maria Yosef Ojan saat dihubungi Mongabay Indonesia, Rabu (22/7/2020).

Evi sapaannya menyebutkan Laut Sawu termasuk di Selat Gonsalu diantara Pulau Flores dan Pulau Adonara serta Selat Solor antara pulau Flores dan Pulau Solor merupakan jalur migrasi paus. Perairan ini pun lanjutnya merupakan habitat  hiu paus, pari manta dan aneka jenis penyu.

“Seringnya sosialisasi oleh tim terpadu penyelamatan laut Kabupaten Flores Timur serta terbentuknya Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) di beberapa desa pesisir membuat kesadaran nelayan dan masyarakat pesisir untuk melindungi dan menyelamatkan biota laut sangat tinggi,” ungkapnya.

baca : Begini Nasib Hiu Paus Terjerat Jaring Nelayan di Jember

 

Hiu paus sepanjang 5 meter yang terjerat jaring nelayan di perairan Pulau Waibalun, Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, NTT. Foto : Dinas Perikanan Flores Timur

 

Terjaring Saat Malam

Kepala Bidang Perijinan Usaha dan Sumber Daya Perikanan dinas Perikanan kabupaten Flores Timur Apolinardus Yosef  Lia Demoor kepada Mongabay Indonesia, Rabu (22/7/2020) mengatakan pada Selasa (21/7/2020) malam  seekor hiu paus kemungkinan terkena jaring.

Nelayan asal Kelurahan Waibalun, Kota Larantuka, bernama Yoslan Larantukan bersama Suban Tukan melepas pukat hanyut untuk menangkap ikan di sekitar perairan di Pulau Waibalun.

“Pukul 06.48 WITA saat keduanya sedang menarik jaring, ditemukan seekor  ikan hiu paus terjerat. Mereka pun melaporkannya ke tim pengawasan laut Dinas Perikanan Kabupaten Flores Timur,” tuturnya.

Mendapat laporan dari nelayan, kata Apolinardus, staf Dinas Perikanan Kabupaten Flores Timur bersama WCU bergegas meunju lokasi. Tim pun harus memotong jaring nelayan tersebut hingga rusak 4 pieces agar hiu paus bisa dibebaskan.

Hiu paus berjenis kelami jantan dengan panjang 5 meter ini sebutnya, masih belum dewasa. Hiu paus sering memakan plankton dan mengejar ikan kecil sehingga terkena jaring.

“Hiu paus berhasil dibebaskan dari jaring dan dilepaskan ke laut dengan selamat. Biasanya sejak bulan Juli dan Agustus banyak sekali ikan yang dilindungi seperti hiu paus, pari manta dan lainnya terkena jaring nelayan,” ungkapnya.

baca juga : Ada Atraksi Wisata Hiu Paus dalam Dewi Bahari

 

Hiu paus yang tersangkut di jaring nelayan di perairan sekitar Pulau Waibalun Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur sedang ditarik untuk dilepaskan. Foto : Dinas Perikanan Flores Timur

 

Sedangkan Ketua Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) Aha Belen Desa Nurabalen, Kecamatan Ilebura, Kabupaten Flores Timur, Damianus Nusa Blolon saat ditanyai Mongabay Indonesia, Rabu (22/7/2020) membenarkan sejak bulan Juni sampai Agustus biasanya banyak ikan yang dilindungi termasuk penyu sering terkena jaring nelayan.

Nelayan lampara di bulan Juni 2020 lalu, sebut Damianus, melaporkan telah melepas seekor hiu paus yang terkena jaring saat mengejar ikan kecil yang berada di dalam jaring.

Kejadian ikan dan penyu yang terkena jaring, katanya, biasa terjadi saat malam karena aktivitas melaut menggunakan jaring dan pukat lebih banyak saat malam.

Hiu paus ini pun sebutnya, bisa dilepaskan karena tidak tersangkut di jaring. Dirinya pun selalu memberitahukan kepada nelayan lampara, bagan dan pukat hanyut untuk melaporkan bila menemukan biota laut yang dilindungi terkena jaring.

“Saya selalu meminta kepada mereka untuk waspada dan melaporkan kepada saya dan anggota Pokmaswas lainnya bila ada ikan, mamalia laut dan penyu terkena jaring. Bila cepat dilaporkan maka ikan yang terjaring bisa segera dilepaskan sehingga tidak mati atau terluka parah,” ucapnya.

menarik dibaca : Pandemi dan Hari Lingkungan Hidup, Momen Benahi Habitat Hiu Paus di Botubarani

 

Seekor hiu paus (Rhincodon typus) terkena pukat hanyut (bycatch) nelayan di perairan Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (24/3/2018). Foto : Misool Baseftin

 

Memakan Plankton

Beberapa kali hiu paus sering terkena jaring nelayan di peraiaran selat ini termasuk juga di antara Pulau Adonara dan Solor. Seperti pada Minggu (24/3/2018) nelayan di Kecamatan Demon Pagong yang kaget saat melihat seekor hiu paus tersangkut di pukat hanyut (bycatch) miliknya.

Hiu Paus berjenis kelamin betina dengan panjang 3,4 meter dan lebar kepala 0,8 meter dengan kondisi sirip luka ringan akibat terjerat pukat ini pun akhirnya dilepas kembali ke laut oleh Tim Terpadu Penyelamatan Laut Kabupaten Flores Timur bersama nelayan setempat.

Hiu paus dewasa berukuran panjang 6 meter dan seekor ikan pari manta, Sabtu (7/7/2018) terkena jaring nelayan Desa Lemanu, Kecamatan Solor Selatan, sekitar pukul 02.00 WITA. Kedua ikan ini pun berhasil dilepaskan kembali ke laut dalam keadaan hidup.

Kejadian selanjutnya, Rabu (1/8/2018) seekor Hiu Paus kembali terkena jaring nelayan di Desa Nurabelen Kecamatan Ilebura dan berhasil dilepaskan. Lokasi perairan ini pun berada di dalam teluk.

Evi menyebutkan perairan Flores Timur terutama di Selat Gonsalu dan Selat Solor selain banyak terdapat plankton yang merupakan makanan utama hiu paus, juga terdapat banyak ikan-ikan kecil.

“Banyak plankton dan ikan kecil, membuat hiu paus banyak terdapat di perairan ini. Saat mengejar ikan kecil inilah hiu paus sering terkena jaring karena banyak nelayan masih sering melepas pukat hanyut saat malam,” ucapnya.

baca juga : Setelah Terjebak Hampir Sebulan, Hiu Paus Paitonah Berhasil Diselamatkan

 

Hiu paus sepanjang 8 meter yang terjaring pukat nelayan Desa Nobo, Kecamatan Ilebura, Kabupaten Flores Timur, NTT sedang dibawa ke pesisir pantai untuk dilepaskan dari jaring. Foto : Dinas Perikanan Flores Timur

 

Sedangan Kepala Badan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang Ikram Sangaji menjelaskan hiu paus tergolong megafauna yang dilindungi penuh karena populasinya menurun akibat reproduksinya terbatas karena membutuhkan waktu lama.

Ikram menjelaskan,hiu paus kebiasaan makannya bersifat filter feeder dengan menyaring plankton dan hewan-hewan kecil.Hiu paus bergerak mengikuti distribusi makanan tersebut.

“Dalam rantai biologi, hiu paus merupakan predator utama telur ikan hasil pemijahan sehingga kehadiran hiu paus di suatu perairan sering dihubungkan dengan proses Spawning Aggregation Sites (SPAGs/daerah pemijahan ikan) beberapa jenis ikan demersal,” ungkapnya.

Kondisi perairan Flores Timur yang sangat subur dan kelimpahan makanan alami sebutnya, menjadikan perairan Flotim sebagai penyebaran megafauna termasuk hiu paus untuk mencari makan.

“Karena itu pemahaman dan partisipasi masyarakat terhadap perlindungan dan pelestarian biota laut dilindungi terus ditingkatkan dan diperluas sehingga menjadi suatu kebiasaan bukan lagi arahan,” sebutnya.

 

Exit mobile version