Mongabay.co.id

Cerita Bank Sampah dari Pamekasan, Warga dan Lingkungan Terbantu

Ihsan menyerahkan buku tambungan bank sampah kepada salah satu nasabah. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia

 

 

Bank Sampah Hamdalah. Itu nama bank sampah bikinan Moh. Ihsan Zain di Dusun Bujudan, Desa Pamoroh, Kecamatan Kadur, Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Lelaki berkaca mata ini memutuskan keluar dari pekerjaan di departemen sumber daya manusia (SDM) dan auditor serta supervisor di perusahaan peternakan. Dia banting setir buka bank sampah.

Tampak Ihsan berdiri di depan pintu rumah bercat putih. Memakai kaos oblong dan sarung. Dia tersenyum menyapa saya yang berkunjung ke rumahnya.

“Saya khawatir melihat sampah di daerah ini. Banyak dibuang ke ladang. Tahu sendiri, sampah plastik membutuhkan waktu lama agar terurai,” katanya.

Dilansir Mediamadura.com, sampah di Kabupaten Pamekasan, Madura, dalam setiap hari sekitar 30 ton dari limbah rumah tangga.

Melihat begitu banyak sampah, dia pun mencari cara agar sampah-sampah itu tak berakhir sembarangan di berbagai tempat dan menyumbang kerusakan lingkungan. Dia pun berpikir, agar sampah-sampah itu punya nilai ekonomis.

Ihsan menjelaskan, awal mula ide pembentukan bank sampah. Dia tak langsung mengajak warga bahas bank sampah, tetapi masuk lewat sosialisasi suntik ternak, pertengahan Desember 2019.

Berbekal ilmu di sektor peternakan, dia memberikan informasi cara penyuntikan ternak kepada warga.

“Di sela-sela sosialisasi penyuntikan, saya pelan-pelan memasukkan ide bank sampah.   Alhamdulillah, direspon baik,” katanya.

Mulailah dia bersama anggota lain menjemput sampah dari satu rumah ke rumah lain setiap seminggu sekali pakai motor pribadi anggota.

Baca juga : Inilah Hi Trash, Aplikasi Antar Jemput Sampah Ciptaan Mahasiswa

 

Tabungan Bank Sampah Hamdalah. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia

 

Mereka sudah berkomunikasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Pamekasan untuk penyediaan kendaraan, tetapi belum ada bantuan. Dia sempat menceritakan soal bank sampah kepada wakil bupati. Ada tawaran tempat penampungan sampah mereka jadi tempat pembuangan sampah yang bisa tiga R (reduce, reuse, recycle). Meski begitu, katanya, mereka kesulitan lahan.

Pengurus bank sampah sudah berupaya minta bantuan desa, tetapi baru dapat sebagian. DLH Pamekasan, sudah peninjauan sebelum ada wabah corona, Februari lalu,  tetapi luasan belum sesuai standar.

“Dari desa dikasih ukuran 7×10, lokasi masuk Dusun Bujudan. Sedangkan standardisasi menurut DLH 10x 20. Awalnya hanya bilang bagus, tetapi beliau belum paham bank sampah. Struktural lengkap. Disetujui desa dan DLH. Sekarang tanah yang dikasih desa masih dikelola salah satu warga. Kasihan, masih ditanami tembakau.”

Saat ini, bangunan Bank Sampah Hamdalah baru serupa garasi dari kayu, bambu, dan seng. Bank sampah, katanya, baru bisa memuat dua ton sampah. Sampah terpilah organik dan non organik. Sampah organik jadi kompos, rencana gunakan lalat magot tetapi belum terealisasi.

Plastik, katanya, jadi paving blok tetapi baru sebatas percobaan. Mereka belajar dari YouTube untuk mengetahui beragam cara pengelolaan sampah ini.

Sampah berupa kardus, kertas, botol air mineral, seng dan besi dikumpulkan sampai satu ton, lalu dibawa ke pengepul di Sumedangan. Sedangkan minyak jelantah atau sisa penggorengan jadi bahan bakar. Minyak jelantah mereka dapatkan dari sejumlah kafe dan hotel di Pamekasan.

“Pernah dari pagi sampe malam saya dan anggota pemilahan. Sekarang, dipilah sendiri nasabah. Alhamdulillah, uang hasil penjualan di atas UMR Pamekasan.”

 

Ihsan (kaos hitam) di tempat pemilahan sampah. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia

 

Tabungan sampah

Bank sampah ini juga punya tabungan. Ada tiga kategori tabungan sampah di bank sampah Ihsan, yakni, reguler, sembako dan pendidikan. Tabungan reguler ini bisa diambil setiap bulan, dengan nominal Rp50.000-Rp100.000.

Tabungan sembako, katanya, hasil penjualan sampah buat beli sembako, seperti beras, minyak goreng dan lain-lain.

Untuk tabungan pendidikan, penjualan sampah bisa diambil enam bulan sekali dengan mengikuti semester sekolah berjalan, bisa ambil uang atau beli baju sekolah. Bank sampah bikinan Ihsan tak hanya di satu kampung, ada di beberapa lokasi, seperti di Pragaan.  Di Desa Terak,  masih rencana.

Rukmi, seorang nasabah bank sampah merasa senang dengan ada Bank Sampah Hamdalah. Sampah, yang biasa tak bermanfaat kini jadi alat untuk ditabung dan mendapatkan uang.

“Konsep bagus, lebih mahal daripada dijual biasa. Nanti [uang] mau diambil setelah dibutuhkan,” katanya.

Dia bilang, bank sampah bisa memberdayakan masyarakat melalui sampah.   Selain konsep bagus, katanya, tabungan bisa diambil bentuk uang dan barang sesuai kebutuhan.

 

***

Keterangan foto utama:  Ihsan menyerahkan buku tambungan bank sampah kepada salah satu nasabah. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version