Mongabay.co.id

Kala Danau Toba jadi Geopark Dunia

 

 

 

 

Danau Toba jadi geopark dunia. Awal Juli 2020, Unesco gelar sidang Dewan Eksekutif Unesco membahas tentang Danau Toba terletak di Sumatera Utara. Hasilnya, diputuskan menetapkan Kaldera Danau Toba jadi Unesco Global Geopark.

Pemerintah Indonesia era Presiden Joko Widodo prioritas membenahi Kawasan Danau Toba yang jadi salah satu target destinasi ekowisata unggulan.

Pemerintah berencana lakukan pembenahan infrastruktur di Tano Batak yang kaya keindahan alam, budaya, sampai adat istiadat peninggalan leluhur secara turun temurun.

Baca juga: Bangun Pariwisata Danau Toba Ancam Wilayah Adat Sigapiton, Ada Kesepakatan?

Pada Minggu (14/7/20), berlangsung temu media secara virtual dihadiri sejumlah penjabat setingkat deputi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BPODT), serta sejumlah penjabat dari Pemkab Tobasa.

Hari Sungkono, Deputi Bidang Destinasi dan Industri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan, terkait penetapan Danau Toba sebagai global geopark Unesco, merupakan penghargaan cukup tinggi.

 

Keramba jaring apung di Danau Toba. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Sebagai wisata alam, dari Danau Toba bakal banyak menawarkan petualangan, baik gunung, goa dan lan-lain. Danau Toba juga jadi daerah para peneliti sebagai tempat penelitian.

Selama ini, banyak sekali temuan baru keragaman di sana, termasuk adat istiadat dan kebudayaan. “Tugas rumah masih banyak dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak,” katanya.

Dia bilang, kebersihan, sanitasi dan tempat sampah penting sekali disiapkan. Saat ini, sampai dengan Oktober, pengunjung yang akan datang ke Toba, lebih banyak dari nusantara terlebih karena masa pandemi.

Kementerian juga telah membuat perjanjian bilateral dengan sejumlah negara untuk bertukar turis, seperti dengan Malaysia dan Singapura.

Masa pandemi ini, kondisi kunjungan memang belum kembali normal. Paling tidak, katanya, perlu sampai 2023 keadaan kembali pulih.

“Bukan berarti ini tidak ada peluang, beberapa daerah sudah membuka kembali mengejar turis datang lagi,” kata Hari.

 

 

Arie Prasetyo, Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Danau Toba mengatakan, Toba kaya keragaman hayati.

Untuk itu, sangat penting memperhatikan ekosistem, dan memperhatikan kelestarian lingkungan.

Soal keramba jaring apung (KJA) di Danau Toba, sebetulnya sudah ada peraturan Gubernur Sumatera Utara. Namun, katanya, sulit kalau menutup semua keramba di Danau Toba. Dia bilang, perlu juga jadi perhatian karena selama ini perekonomian masyarakat banyak tergantung dari keramba jaring apung ini.

Kalau membahas investasi, katanya, bukan hanya bicara yang besar-besar, juga bagaimana masyarakat lokal ikut terlibat. Termasuk, orang-orang Batak yang tinggal di Jakarta dan luar negeri bisa kembali ke kampung halaman, dan ikut membangun. Ketika orang lokal sendiri mau berinvestasi sekaligus menjaga lingkungan, tentu investasi asing akan datang.

Terkait zona otorita, mereka sudah mulai menandatangani perjanjian kerjasama pada 2018 senilai Rp6,1 triliun dengan tujuh investor.

“Yang namanya investasi itu bukan seperti guci aladin, begitu diteken besok uang langsung cair, banyak proses perlu dilakukan,” kata Arie.

 

Tari tor-tor pangurason, antara alain senin budaya di Tanah Batak. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Soal ketersediaan lahan buat pengembangan berbagai infrastruktur di Danau Toba, katanya, bagaimana komitmen pemerintah memastikan, lahan clean and clear. Masyarakat sekitar, katanya, tidak merasa dirugikan, karena nanti berdampak panjang ke depan.

BPODT sendiri, katanya, sebagai perpanjangan tangan pemerintah, akan memastikan infrastruktur terbangun. Tugas pemerintah, katanya, mengelola kawasan dan lahan tak akan jual ke investor, tetapi kerja sama dalam waktu tertentu.

“Kita berharap di tahun ini mudah-mudahan ada satu atau dua investor sudah menandatangani bisa memulai groundbreaking, bisa memulai bangun hotel.”

Harapannya, satu dua tahun ke depan ada hotel berbintang empat berstandar internasional, berdiri di Danau Toba.

Kawasan ini, katanya, akan dibangun seperti Nusa Dua, Bali, dengan infrastruktur, atraksi berkelas dunia, sampai hotel berbintang empat. Juga ada fasilitas pendukung seperti rumah sakit bertaraf internasional, dan fasilitas lain.

Untuk pintu masuk ke Kawasan Danau Toba, katanya, Tapanuli Utara akan jadi pintu masuk. Di sana ada Bandara Internasional Silangit.

Yang perlu jadi perhatian, katanya, bagaimana atraksi wisata dan cagar budaya serta kebudayaan, bisa jadi bagian dari travel Danau Toba.

Di Kawasan Danau Toba, total ada 219 desa dengan pemandangan menakjubkan, dan beragam produk khas. Dari ratusan desa itu, 10 merupakan desa wisata unggulan, berdasarkan komunitas dan kearifan lokal mereka.

 

Unesco menetapkan Danau Toba jadi Geopark dunia. Foto: Ayat K Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Desa-desa wisata yang akan jadi pilot project guna memancing desa-desa lain lebih berkembang ini adalah Desa Pearung, Tipang dan Marbun Toruan di Humbang Hasundutan. Ada Desa Sigapiton, Meat, Tarabunga, Lintong Ni Huta, di Kabupaten Toba. Kemudian Desa Huta Ginjang, Huta Nagodang, dan Dolok Martumbur, di Kabupaten Tapanuli Utara.

Odo R.M Manuhutu, Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengatakan, penetapan Danau Toba sebagai prioritas pembangunan di wilayah ini bukan enam bulan atau setahun bisa selesai. Ia proses, selama 20 tahun ke depan.

Harapannya, dengan pembangunan terintegrasi akan menciptakan turisme berkualitas. “Ini membutuhkan destinasi berkualitas. Inilah yang sedang pemerintah kerjakan, bekerjasama dengan pemerintah daerah serta para investor. Melihatnya long time bukan dalam waktu singkat,” kata Odo.

 

 

Keterangan foto utama: Danau Toba, salah satu geopark dunia. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version