Mongabay.co.id

Mengelola Sumber daya Genetik Ikan dari Laut Indonesia

 

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan sumber daya genetik ikan (SDGI) melimpah. Harta tak ternilai yang menjadi bagian dari sumber daya kelautan dan perikanan itu, menjadi salah satu keunggulan Indonesia di mata dunia dan dikenal sebagai negara mega biodiversitas.

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan, kelimpahan SDGI yang dimiliki Indonesia, menjadi kekayaan yang tak bisa dimiliki oleh banyak negara lain. Hanya sayang, sampai sekarang kelebihan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh banyak pihak di Indonesia.

“Akan tetapi, di saat yang sama, pemanfaatan beberapa jenis ikan justru sudah melebihi batas optimal. Ini jelas berdampak pada kualitas dan kuantitas jenis ikan,” jelas dia akhir pekan lalu di Jakarta.

Menurut dia, saat ini perebutan sumber daya alam tidak lagi berfokus pada wilayah daratan saja, melainkan berfokus pada wilayah laut. Itu artinya, potensi sumber daya alam yang masih besar dan dinilai bisa berkembang, ada di wilayah laut.

Dengan kekayaan sumber daya laut yang sangat berlimpah, Indonesia seharusnya bisa mengembangkan diri bisa lebih baik lagi dibandingkan dengan negara lain. Tetapi, hingga saat ini sumber daya laut yang sudah digarap tidak lebih dari 10 persen saja dan itu pun diakui masih belum maksimal.

“(Hasil) riset kita ini banyak. Sudah banyak para ahli yang bisa meneliti dan menghasilkan banyak temuan. Kepiting sudah bisa kita kembang biakkan sendiri. Itu contoh dari pemanfaatan sumber daya laut,” tutur dia.

baca : Pemburuan Data Stok Ikan Nasional Mendekati Tahap Akhir, Seperti Apa?

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo meresmikan Buku Besar Maritim Indonesia dan aplikasi Bank Gen Indonesia di Jakarta, Jumat (7/8/2020). Foto : KKP

 

Pernyataan Edhy Prabowo tersebut diungkapkan saat meresmikan peluncuran Bank Gen Ikan Indonesia atau Indonesian Fish Gene Bank yang dilaksanakan pada akhir pekan lalu. Bank Gen dikembangkan, untuk meningkatkan upaya pelestarian, peningkatan, dan pemanfaatan plasm nutfah perikanan Indonesia secara berkelanjutan.

Dengan dibangun Bank Gen, diharapkan segala permasalahan yang selama ini dihadapi bisa diselesaikan. Terutama, berkaitan dengan keberlanjutan sumber daya ikan yang terancam berkurang populasinya akibat pemanfataan yang sudah berlebih.

Edhy menyatakan, untuk mewujudkan pemanfaatan SDGI yang optimal di Indonesia, pengelolaan plasma nutfah memang perlu dilakukan secara komprehensif dan optimal. Pengelolaan dilakukan untuk keperluan pemanfaatan perikanan budi daya, penangkapan, dan juga pelestariannya.

Cara tersebut diyakini menjadi terobosan baru, karena selama ini Indonesia sudah berjuang keras untuk membangun dan mengembangkan sektor kelautan. Terutama, karena Indonesia memiliki kelebihan sumber daya laut yang jumlahnya sangat melimpah.

“Bagaimana anak-anak kita bisa mengeksplor kekayaan laut kita,” ujar dia.

Bank Gen sendiri, tidak lain adalah sistem informasi tentang spesies ikan di Indonesia yang mencakup di dalamnya adalah penyebaran dan status ikan tertentu. Semua informasi tersebut dikemas dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti dan bisa diakses melalui aplikasi yang tersedia pada telepon pintar.

baca juga : Stok Ikan Lestari Naik Karena Penanganan IUU Fishing Berhasil?

 

laman website bank genetika ikan Indonesia

 

Sumber Informasi

Kepala Balai Riset Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP KKP) Sjarief Widjaja menjelaskan, aplikasi Bank Gen dikenal dengan sebutan e-Genetikan. Aplikasi tersebut menjadi sumber informasi untuk spesies ikan, terutama yang ada di Indonesia.

“Semua masyarakat Indonesia bisa mengunggah ikan-ikan yang ditemukan di lingkungan sekitarnya dan nantinya ada tim yang memverifikasi informasi yang masuk,” terangnya.

Bukan sebagai simbol saja, aplikasi Bank Gen diharapkan bisa menjadi pegangan bagi siapa saja yang sedang membutuhkan informasi tentang sumber daya ikan yang ada di Indonesia. Untuk menyebarluaskan informasi, KKP bekerja sama dengan perpustakaan nasional dan juga sejumlah media massa yang ada di Indonesia.

“Agar bisa memperkenalkan sumber daya laut dalam negeri, khususnya spesies ikan Indonesia,” tegas dia.

Sjarief menambahkan, saat ini sudah ada sebanyak 8.500 spesies ikan di Indonesia yang berhasil dilakukan identifikasi. Spesies ikan itu, diupayakan akan dikumpulkan oleh pihaknya dalam satu wadah digital melalui aplikasi Sistem Informasi Sumber Daya Genetik Ikan Indonesia (SIGENI).

Selain aplikasi, Bank Genetik ikan juga bisa diakses dengan mendatangi langsung gedung sendiri yang berada di kawasan Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) KKP yang terletak di Sukamandir, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

perlu dibaca : Gerakan Bank Ikan, Langkah Cerdas Jaga Kelestarian Kali Surabaya

 

Suasana pengolahan ikan di Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman Muara Baru, Jakarta Utara pada November 2016. Foto : Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Kepala Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Joni Haryadi menjelaskan, Bank Gen Ikan akan membantu peningkatan pengelolaan sumber daya genetik ikan secara luas di Indonesia. Keberadaannya akan memajukan kegiatan dalam bidang genetika perikanan, dan sekaligus meningkatkan profesionalisme di bidang genetika.

Joni menambahkan, dalam aplikasi yang dikembangkannya itu ada banyak proses yang bisa didalami oleh para pihak yang memiliki kepentingan. Termasuk, melakukan identifikasi jenis ikan endemik Indonesia yang sebelumnya sulit dilakukan secara mandiri.

Tetapi, tak cuma mengidentifikasi spesies saja, aplikasi e-Genetikan juga mampu menginformasikan status kelimpahan stok yang ada di alam. Yang menarik, status kelimpahan akan dikategorikan berdasarkan kelimpahan atau volumenya.

“Mulai dari ikan dengan kategori populasi yang masih aman atau banyak, sudah mulai jarang, hampir tidak ada atau punah,” sebut dia.

Menurut Joni, pengembangan aplikasi sangat mendesak untuk dilakukan karena itu menyangkut persoalan SDGI yang meliputi inventarisasi keragaman jenis dan genetika, klaim stok perikanan (migratory species), deteksi kualitas populasi, identifikasi produk lokak, mitigasi spesies asing infasif, dan kontribusi daerah pemijahan.

 

Belum Tersentuh

Pelaksana Tugas Deputi Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati yang hadir pada momen peluncuran Bank Gen Ikan Indonesia mengatakan, pengembangan riset sumber daya ikan yang dilakukan KKP menjadi kabar baik bagi Indonesia.

Menurut dia, selama ini budaya laut Indonesia masih belum terintegrasi pada sebagian besar bangsa Indonesia. Meskipun, secara geografis wilayah Indonesia lebih dari 62 persen adalah wilayah laut dan dilengkapi dengan mega biodiversitas yang berlimpah.

“Masih sedikit kekayaan laut yang diungkap, termasuk kekayaan laut dalam yang masih banyak belum tersentuh,” jelas dia.

 

Segerombolan ikan di perairan di bawah dermaga di Bali. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Dimyati mengatakan, agar semua potensi dari sumber daya kelautan dan bisa diungkap dan kemudian dikembangkan, maka diperlukan upaya yang sinergis antar berbagai ahli dari berbagai disiplin ilmu yang ada. Mereka semua perlu reintegrasi dalam melakukan penelitian, pengembangan, sekaligus penerapan kekayaan laut bagi bangsa Indonesia.

Akan tetapi, menurut dia, sampai sekarang Indonesia masih menghadapi permasalahan yang tidak sederhana dan belum terpecahkan. Permasalahan itu, tidak lain karena sampai sekarang budaya riset di Indonesia termasuk masih sangat rendah, meskipun jumlah dosen dan peneliti tidak sedikit.

“Ada 308 ribu lebih dosen di Indonesia, namun faktanya kita masih belum mencapai jumlah publikasi riset yang banyak. Publikasi dalam konteks register dan skala menengah secara global,” tutur dia.

Oleh itu, dia mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh KKP dengan membuat Bank Gen Ikan Indonesia dan juga buku Buku Besar Maritim Indonesia (BBMI) yang peluncurannya dilakukan secara bersamaan.

BBMI merupakan hasil kolaborasi 50 peneliti, akademisi, dan praktisi kemaritiman selama 1,5 tahun. Buku ini terbagi dalam lima volume, masing-masing “Sejarah dan Politik Maritim Indonesia”, “Sumber Daya Hayati Maritim”, “Sumber Daya Non Hayati Maritim”, dan “Industri dan Ekonomi Maritim”.

 

Exit mobile version