Mongabay.co.id

Seratusan Satwa Sitaan dari Berbagai Daerah Pulang Kampung ke Maluku

 

 

 

 

Berbagai daerah di Indonesia jadi lokasi tujuan atau transit selundupan satwa-satwa endemik Maluku. Baru-baru ini, Petugas Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Utara, Jawa Timur dan Jakarta mengembalikan ratusan satwa sitaan, berupa 75 paruh bengkok dan 69 reptil ke Maluku. Pengembalian sekaligus dalam rangkaian peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2020.

Rincian satwa sitaan yang kembali ke habitat, yakni, kakatua putih (3), kakatua Tanimbar (2), kakatua Maluku (25), nuri bayan (19), nuri Maluku (16), nuri sayap hitam (1), kasturi Ternate (5) dan perkici pelangi (4).

Untuk reptil ada soa layar (27) dan kadal lidah biru (42). Sesuai prosedur, untuk satwa burung telah pengujian penyakit Avian Influenza lewat rapid test dengan hasil negatif.

Sitaan BKSDA Sumut ada 14 burung, diterbangkan ke Maluku dengan pesawat. Selama transit di Jakarta, 14 satwa dilakukan pemeriksaan kesehatan di terminal cargo oleh dokter hewan dari BKSDA Jakarta.

Begitu juga 44 burung sitaan BKSDA Jawa Timur dan 86 reftil hasil sitaan BKSDA Jakarta juga terbang ke Ambon dengan pesawat. Seluruh satwa ditempatkan dalam kandang pengangkutan sesuai standar penerbangan (IATA).

Tiba di Bandara Internasional Pattimura Ambon, satwa-satwa ini langsung pengecekan kondisi kesehatan oleh Petugas Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dan petugas BKSDA Maluku.

 

 

Satwa yang secara medis dan perilaku layak, akan lepasliar ke Suaka Alam Gunung Sahuwai di Seram Bagian Barat dan Taman Nasional Manusela, Kabupaten Maluku Tengah.

Satwa yang masih memerlukan rehabilitasi akan perawatan di Kandang Transit Passo, Kota Ambon dan di Pusat Penyelamatan Satwa (PRS) Masihulan Desa Sawai, Kecamatan Seram Utara, Pulau Seram.

“Kami komitmen penyelamatan satwa liar seperti perburuan dan perdagangan ilegal. Selanjutnya, satwa hasil sitaan ilegal segera kembali ke asalnya,” kata Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, dalam rilis media, pekan lalu.

Mereka mengapresiasi Badan Karantina Pertanian, Otoritas Bandara, Bea Cukai dan para pihak yang mendukung pemberantasan kejahatan satwa liar.

Danny H. Pattipellohy, Kepala BKSDA Maluku mengatakan, pelepasliaran ke habitat asli, rencananya, 10 kakatua Maluku, sembilan nuri Maluku, empat perkici pelangi.

“Untuk 69 reptil jika dimungkinkan waktu pelepasliaran, akan dilaksanakan di Taman Nasional Manusela. Sisanya, di Suaka Alam Gunung Sahuwai Seram Bagian Barat.”

Meity Pattipawaej, Kepala Seksi Konservasi Wilayah II mengatakan, mereka berupaya bekerjasama dengan instansi terkait guna menggagalkan kegiatan-kegiatan, yang menjurus pada peredaran dan perdagangan satwa liar dilindungi.

Dia bilang, dari informasi yang mereka himpun, satwa-satwa liar ini beredar melalui jalur laut. Maluku, katanya, wilayah kepulaun hingga aksi penyelundupan banyak lewat jalur laut.

“Kita agak sulit memonitoring pelaku penjualan satwa liar ini. Daerah kita pulau-pulau,” katanya.

Sebelumnya, 22 Juli lalu, puluhan burung endemik Pulau Seram juga lepasliar oleh BKSDA Maluku. Puluhan burung itu merupakan sitaan dan penyerahan sukarela.

 

Keterangan foto utama: Burung sitaan yang kembali ke Maluku. Foto: Nurdin Tubaka/ Mongabay Indonesia

 

Satwa sitaan baru translokasi dari berbagai daerah ke Maluku. Foto: Nurdin Tubaka/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version