Mongabay.co.id

Enam Penyu Mendarat di Perairan Cilacap dalam Kondisi Mati, Ada Apa?

  

Sejumlah penyu dewasa terlihat oleh warga mendarat di beberapa titik di pesisir Cilacap, Jawa Tengah dalam kurun kurang dari dua bulan terakhir. Ada penyu yang mendarat dalam kondisi hidup, tetapi setelah beberapa hari terlihat mati. Namun, ada juga penyu yang mendarat sudah dalam kondisi mati dan bahkan ada yang sudah berbau.

Koordinator Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja Cilacap, Jumawan, mengatakan bahwa kurang dari dua bulan, tepatnya sejak Juli lalu, sudah ada enam penyu yang ditemukan mati di perairan Cilacap, baik di wilayah timur maupun barat.

“Yang cukup mengherankan adalah kemunculan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Penyu belimbiung tersebut ditemukan telah mati di Pantai Jetis, pantai paling timur Cilacap yang berbatasan dengan Pantai Ayah, Kebumen. Penyu belimbing uang ditemukan cukup besar karena panjangnya mencapai 2,5 meter,” jelas Jumawan saat dihubungi Mongabay pada Sabtu (15/8).

baca : Dua Penyu Belimbing Terdampar dan Terjerat Pukat Nelayan di NTT, Bagaimana Akhir Nasibnya?

 

Penyu yang terlihat terluka dan mati di perairan CIlacap. Foto : Istimewa

 

Dikatakan oleh Jumawan, sebetulnya penyu belimbing sangat jarang ditemukan di wilayah Cilacap atau perairan Jawa, karena pada umumnya penyu jenis itu habitatnya di Indonesia timur. Ia juga tidak menyangka, tiba-tiba ada penyu belimbing yang berukuran besar mendarat di Pantai Jetis. “Penyu belimbing itu diperkirakan berumur 60 tahun. Kami juga kurang tahu persis, mengapa penyu yang umumnya ditemukan di perairan Indonesia timur, tiba-tiba ada di perairan Cilacap,”ungkapnya.

Ia mengatakan penyu belimbing tersebut dilaporkan oleh para nelayan dan warga mendarat pada Jumat (7/8). Mereka membiarkan, karena pada bulan ini, banyak penyu yang mendarat untuk bertelur. Tetapi sehari kemudian diketahui ternyata penyu yang mendarat tersebut kondisinya sudah mati. “Jadi pada saat warga melihat penyu mendarat, mereka sengaja tidak mendekat, karena warga tidak berniat mengganggu. Namun, pada Sabtu (8/8) diketahui kalau penyu tersebut berbau dan diperkirakan sudah mati beberapa hari sebelumnya,” kata Jumawan.

Penemuan penyu yang mati paling akhir di Pantai Kemiren, Kesugihan, Cilacap. Penyu yang ditemukan pada Jumat (14/8) lalu adalah penyu hijau (Chelonia mydas). “Dalam catatan kami, jenis penyu yang ditemukan dalam kondisi mati ada tiga jenis yakni penyu belimbing, penyu hijau dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea),”jelas Jumawan

Dia mengatakan penyu yang ditemukan tidak hanya di Pantai Jetis dan Pantai Kemiren saja, melainkan juga di tempat lain. Di antarahya di Pantai Teluk Penyu, di mana ditemukan bangka penyu hijau dengan panjang 50-60 cm, kemudian juga di pantai wilayah Glempangpasir, Kecamatan Adipala, Cilacap.

“Kami kerap juga melakukan penyisiran pantai untuk memastikan kalau ada penyu yang mendarat benar-benar aman. Kami tidak hanya memantau, tetapi juga mejaga keamanan telur-telur penyu. Saat ini, kami juga memiliki penangkaran sebagai upaya penyelamatan penyu,”ujarnya.

baca juga : Pulau Langkai, Surga Penyu yang Terlupakan

 

Penyu yang mati di perairan Cilacap. Foto : Istimewa

 

Faktor Kematian

Menurut Jumawan, berbagai jenis penyu yang ditemukan sudah menjadi bangkai, banyak faktor penyebabnya. “Bisa jadi ada unsur ketidaksengajaan, misalnya terjaring nelayan di laut lepas, ketika dilepaskan mengalami luka dan akhirnya tidak dapat diselamatkan. Bisa juga terluka akibat terkena baling-baling kapal. Bisa juga lantaran usia tua tidak mampu menguasai ketika ada gelombang besar dan angin kencang, sehingga terbentur karang. Banyak sekali faktornya,”ujarnya.

Jumawan juga menduga, ada kemungkinan makan plastik, karena dikira ubur-ubur. Namun demikian, secara pasti dirinya tidak mengetahui. “Barangkali pihak yang berwenang mengetahuinya. Kalau saya hanya menduga berbagai faktor yang kemungkinan menjadi pemicu matinya penyu,”kata dia.

Dihubungi Mongabay Indonesia pada Minggu (16/8), Kepala Resor Wilayah Konservasi Cilacap Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jateng, Dedi Rusyanto, mengatakan bahwa pihaknya juga belum dapat memastikan apa penyebab matinya penyu yang ditemukan di pesisir Cilacap.

“Kami melakukan otopsi terhadap penyu yang mati dan ditemukan di Pantai Kemiren. Dari otopsi yang dilakukan oleh dokter hewan, ternyata dalam lambungnya kosong, tidak ditemukan apa-apa. Pada awalnya, kami menduga, salah satu penyebabnya adalah makan sampah. Namun, kalau untuk penyu yang terakhir ditemukan, sepertinya bukan karena mengonsumsi sampah. Meski demikian, itu juga bukan menjadi kesimpulan, sebab lima penyu lainnya tidak diotopsi. Jadi sampai sekarang belum diketahui pasti penyebabnya,”jelas Dedi.

perlu dibaca : Kesetiaan Pedan Wutun Mengkonservasi Penyu

 

Perubahan lingkungan dan aktivitas manusia menjadikan tempat pendaratan penyu makin sedikit. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Dijelaskan oleh Dedi, ada sejumlah faktor penyebab, selain makan sampah, misalnya, bisa juga akibat adanya perubahan iklim yang ekstrem. “Perubahan iklim sangat ekstrem, dapat berdampak penyu. Kondisi suhu udara yang panas, tiba-tiba dingin. Perubahan iklim semacam ini barangkali akibat terdampak adanya pemanasan global. Namun, itu semua baru merupakan dugaan. Dan secara pasti penyebabnya, kami belum dapat memberikan penjelasan,”ungkap Dedi.

Menurutnya, saat sekarang memang tengah musimnya penyu melakukan pendaratan untuk bertelur. Berdasarkan pengalaman lapangan di wilayah Cilacap dan sekitarnya, pada buklan-bulan Juli-Agustus, merupakan masa di mana penyu mendarat dan bertelur. “Berdasarkan pengalaman lapangan terutama di wilayah Cilacap dan sekitarnya, bulan-bulan ini banyak penyu yang mendarat. Bahkan, masih akan berlangsung hingga Desember mendatang. Biasanya, penyu mendarat ketika suhu udara dingin dan pada saat bulan purnama,”katanya.

Dedi menambahkan bahwa Cilacap merupakan pesisir yang kerap menjadi lokasi pendaratan penyu untuk bertelur, terutama di wilayah-wilayah yang masih sepi. Jenis penyu yang kerap terlihat adalah penyu hijau dan lekang.

 

Pelepasan Tukik

Masih dalam satu garis pantai di Laut Selatan Jawa, tepatnya di Pantai Laguna Kalibuntu, Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong, Kebumen dilepaskan 200 lebih tukik. Pelepasliaran yang digagas oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gajah Gunung bersama tujuh Karang Taruna di Kecamatan Klirong yang tergabung dalam wadah Karta Wijaya dilaksanakan pada Jumat (14/8) dalam rangka Hari Konservasi Alam Nasional (HAKN).

Kepala Resor Wilayah Konservasi Cilacap BKSDA Jateng, Dedi Rusyanto, menyambut baik inisiatif yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat setempat. Sebab, itu dilakukan bersamaan dengan kasus matinya sejumlah penyu yang mendarat di perairan Cilacap.

“Sebetulnya, pesisir di sepanjang Cilacap, Kebumen sampai Purworejo merupakan wilayah pendaratan penyu dan tempat bertelur. Dulu jumlahnya ada puluhan titik, tetapi saat sekarang sudah mulai berkurang, hanya tinggal beberapa saja. Penyu tidak lagi mendarat karena ada perubahan lingkungan dan aktivitas manusia. Beberapa titik yang terpantau BKSDA saat sekarang salah satunya Pantai Jogosimo di Kebumen dan beberapa titik lainnya, serta ada tiga titik di selatan Pulau Nusakambangan, Cilacap,”kata Dedi.

baca juga : Ini Kisah Warga Jogosimo Penyelamat Telur Penyu hingga Menetas Jadi Tukik

 

Warga siap melepasliarkan tukik di Pantai Jogosimo, Kebumen, Jawa Tengah. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Wakil Bupati Kebumen Arif Sugiyanto mengatakan bahwa pelepasliaran tukik merupakan salah satu bentuk kepedulian warga terhadap kelestarian biota laut. “Tujuannya jelas, yakni melestarikan dan menjaga dari kepunahan. Penyu adalah hewan yang dilindungi, bahkan terancam punah. Karena itulah, saya mengapresiasi yang telah dilaksanakan oleh Pokdarwis Gajah Gunung, Karangtaruna, dan warga Desa Jogosimo,”katanya.

Arif menambahkan dengan masih banyaknya telur yang ditemukan dan sebagai tempat mendarat penyu, itu menandakan jika laut di Kebumen masih sehat. “Ini adalah kolaborasi yang baik antarkelompok warga yang terus menjaga kelestarian alam dan penyu.”

Sementara Ketua Pokdarwis Gajah Gunung Syarif Hidayat menambahkan tukik yang dilepasliarkan itu merupakan telur penyu yang mendarat di kawasan pesisir Jogosimo. “Meski sudah ada 200 tukik yang dilepasliarkan, saat sekarang masih ada sekitar 500 telur yang belum menetas. Kami masih terus memantau, jangan sampai telur-telur tersebut dimakan predator. Periode bertelur penyu biasanya mulai Juni hingga September mendatang. Sehingga kami juga mengintensifkan ronda agar juga jangan dicuri orang,”katanya.

Menurutnya, ada sekitar 1.200 telur yang berhasil direlokasi selama penyu memasuki musim bertelur. Sementara ini, berdasarkan perhitungan yang dilakukan, tingkat keberhasilan menetaskan telur mencapai 85%. Setelah menetas, tukik dibawa ke kawasan konservasi sementara, untuk kemudian dilepasliarkan.

 

Exit mobile version