Mongabay.co.id

Aksi Endang Wahyurini Selamatkan Mangrove Madura

Hutan mangrove di pesisir Madura, penuh sampah. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Namanya Endang Tri Wahyurini. Perempuan kelahiran Tulungagung 44 tahun lalu ini tergerak membentuk Kelompok Peduli Mangrove Madura (KPMM) sebagai aksi penyelamatan mangrove. Sehari-hari dia dosen di Fakultas Pertanian, Universitas Islam Madura.

Awal mula muncul keinginan Endang bentuk KPMM karena prihatin kondisi mangrove sepanjang pesisir Madura, terutama Sampang-Pamekasan. Dia berpikir, harus lakukan sesuatu buat bantu selamatkan mangrove. Mangrove, banyak beralih fungsi jadi beragam keperluan dari tambak udang, tambak garam, reklamasi, tempat sandar perahu dan lain-lain. Sampah-sampah plastik pun merusak mangrove.

Dia sering ke lapangan seperti ke tambak, ke laut maupun hutan mangrove. Dari berbagai daerah yang dia kunjungi, Endang miris melihat mangrove banyak rusak.

Data mangrove di Madura, berdasarkan buku berjudul ‘Persembahan Prodi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura untuk Maritim Madura,’ ditulis tim peneliti Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian, seluas 15.118,2 hektar.

Mangrove-mangrove ini tersebar di Bangkalan 1.508,1 hektar (10%), Sampang 915,3 hektar (6,1%), Pamekasan 599,3 hektar (4%) dan Sumenep dengan daerah kepulauan mencapai 12.095,4 hektar(80%). Dari jumlah itu, mangrove dalam kondisi baik luas 8.794,1 hektar(58,2 %) dan rusak luas 6.324,1 hektar (41,8%).

 

Endang T Wahyurini, miris dan prihatin melihat hutan mangrove di Madura, seperti di Sampang dan Pamekasan, banyak rusak. Foto: dokumen Endang T

 

Mangrove, katanya, begitu penting bagi ekosistem. Mangrove, banyak fungsi, baik secara ekonomis maupun ekologis.

Secara ekologis, kata Endang, mangrove bisa menjaga daerah pesisir dari abrasi alias jadi mitigasi bencana. Ada mangrove, biota laut juga terjaga hingga nelayan tak sulit mencari ikan maupun biota laut lain. Banyak satwa darat dan biota laut yang hidup bergantung ekosistem mangrove. Pepohonan mangrove, katanya, juga penyerap karbon terbanyak dari tumbuhan lain.

Tak hanya fungsi ekologis, mangrove juga bermafaat secara ekonomi. Buah-buah atau daun mangrove bisa bermanfaat atau jadi beragam panganan, seperti dodol, sirup, teh, gula, tepung, kerupuk mangrove dan lain-lain.

“Waktu itu, 2011, mangrove Madura kayak di Sampang Camplong, Tanjung, terus sampai Tlanakan, Pamekasan, banyak rusak, kerdil dan lain-lain. Saya berpikir, ini perlu diperhatikan,”katanya.

Awalnya, Endang bingung, mau bercerita dan mengadu kepada siapa mengenai kerusakan mangrove ini. Di rumah, dia cerita ke suaminya. Kebetulan sang suami kerja di Dinas Perikanan Sumenep dan merekomendasikan Endang bertemu Slaman. Slaman, sejak 1986 menjaga mangrove di pesisir Desa Lembung, Galis, Pamekasan.

“Nanti, ketemu Pak Slaman Lembung. Diskusikan soal ini. Insya Allah, beliau paham soal mangrove. Karena sudah lama bergiat di bidang ini,” kata Endang mengulang ucapan suaminya kala itu.

Tidak lama Endang menemui Slaman. Slaman mengajak Endang untuk ikut pembibitan dan pananaman di Hutan Mangrove Lembung yang dirawat sejak 1986.

 

Endang TW, di acara 17 Agustusan, bersama warga, sekaligus tanam mangrove. Foto: dokumen Endang TW

 

Akhirnya, KPMM terbentuk 2017. Gagasan pendirian KPMM hasil diskusi Endang bersama beberapa pihak seperti, Slaman, juga beberapa pengurus Organization for Industrial and Cultural Advancenment (OISCA) Madura, maupun Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Madura. “Akhirnya disepakati membentuk KPMM.”

Deklarasi KPMM pada 2018 di Pantai Talang Siring sekaligus mendirikan kantor di area pantai yang masuk Desa Montok, Kecamatan Larangan, Pamekasan, Madura. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pamekasan, Amin Jabir, juga hadir.

Untuk mengadakan deklarasi itu, Endang pakai dana pribadi tanpa bantuan pemerintah. “Saya jalankan atas dasar suara hati. Demi lingkungan. Semoga tidak sia-sia dan masyarakat bisa sadar menjaga lingkungan itu sangat penting,”   kata dosen yang sedang studi program doktoral di Universitas Sebelas Maret Surakarta ini.

Untuk pembina KPPM, katanya, dari Dinas Lingkungan Hidup Jawa Timur dan Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim.

Dinas Lingkungan kabupaten-kabupaten di Madura pun mendukung. “Sampai sekarang dinas terkait di Pamekasan, Sampang, Sumenep dan Bangkalan,  memberikan support kami. Alhamdulillah, semua masih berkomitmen bersama KPMM. Ini pengabdian saya sesuai keilmuan,” katanya.

KPMM sudah melakukan kegiatan lingkungan seperti membersihkan sampah di laut lewat gawe Word Clean Up Day Indonesia (WCDI) Pamekasan pada 21 September 2019. Juga sering kolaborasi penanaman mangrove bersama komunitas dan beberapa instansi.

Pada September 2019, KPMM bersih-bersih pantai di Pesisir Tlanakan, Pamekasan dalam rangkaian Hari Bersih Lingkungan se Dunia (World Cleanup Day). Berbagai pihak hadir.

KPMM juga biasa adakan diskusi dan sosialisasi mengenai peran penting mangrove. Mereka mengajak beberapa komunitas dan kelompok di Madura untuk bersama-sama melestarikan mangrove.

Berulang-ulang Endang menekankan, menjaga lingkungan itu penting. Manusia perlu lingkungan. Mangrove, katanya, merupakan investasi jangka panjang. “Kalau Mangrove terjaga. Insya Allah, kita terjaga,” katanya.

Sumaryanto, Koordinator OISCA Madura, rekan diskusi saat merintis KPMM juga konsern dalam isu pelestarian mangrove mengapresiasi perjuangan Endang.

“Alhamdulillah, perjuangan Bu Endang sangat gigih dan terus bersemangat. Saya termasuk salah satu penggagas terbentuk KPMM sangat bangga atas usaha Bu Endang yang melobi temen-temen pecinta lingkungan,” katanya.

Secara struktural tim OISCA Madura, masuk dalam pengurus KPMM. Meskipun begitu, katanya, OISCA punya program sendiri dengan sponsor Tokyo Marine Nichido untuk rehabilitasi hutan mangrove di Madura, terutama di Pamekasan. Target mereka tanam lima hektar setiap tahun.

 

 

Keterangan foto utama: Hutan mangrove di pesisir Madura, penuh sampah. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia

Kondisi mangrove di pesisir Madura. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version