Mongabay.co.id

Memulai dengan Foto dan Cerita: Cara untuk Selamatkan Spesies Kurang Dikenal

 

Artikel sebelumnya: Mengapat Banyak Spesies Terancam Punah yang Terabaikan Dunia?

 

Mungkin kita belum pernah mendengar tentang tokek kerdil kolombia (Lepidoblepharis miyatai). Spesies ini teramat kecil, ukurannya hanya sebesar dua gula batu dengan hanya ekornya yang menjuntai. Spesies tokek ini pun hanya dapat dijumpai di sebagian kecil bagian hutan kering di Kolombia

Mungil dan menggemaskan. Tampaknya itu deskripsi untuk tokek ini. Mereka pernah dinyatakan punah pada tahun 1985 hingga para saintis menyatakan mereka ditemukan lagi pada tahun 2013, di lokasi berjarak 100 km dari tempat asli mereka ditemukan.

Spesies ini termasuk dalam genus tokek kerdil, Lepidoblepharis, yang diyakini telah terpisah dari semua reptil hidup 70 juta tahun lalu.  Inilah yang membuat spesies ini menjadi fokus dari  EDGE Zoological Society of London dan Globally Endangered yang  berfokus pada spesies yang tidak biasa dan terancam punah.

Saat ini, spesies tersebut dikategorikan sebagai sangat terancam punah oleh IUCN Red List, dan berada di nomor 44 dalam daftar EDGE Reptiles.

“Jika Anda tidak dapat menceritakan kisah yang menarik tentang hewan-hewan yang luar biasa ini dan ancaman yang mereka hadapi. Hampir tidak mungkin kita dapat menarik perhatian publik,” sebut Olivia Couchman, Manajer ZSL untuk Program EDGE.

Pertanyaan ini seperti menggarisbawahi pertanyaan publik selama ini, apa pentingnya spesies tokek kecil ini sehingga ia penting dilindungi?

Seolah-olah suatu spesies bagi publik harus memiliki kegunaan praktis bagi manusia agar dianggap layak dilindungi. Apalagi jika menyangkut spesies yang kurang karismatik, kecil, dan kurang dikenal, ditambah secara umum, berbagai jenis reptil di Kolombia (termasuk juga di dunia) tidak begitu dikenal dan selalu dipandang dengan rasa takut dan jijik.

 

Sesuai dengan namanya, tokek kerdil Kolombia berukuran kecil. Perbandingan dengan koin. Foto: Juan David Jiménez-Bolaño.

 

Melindungi si kecil yang dicintai

Ahli konservasi mana pun yang pernah bekerja dengan spesies yang kurang dikenal dan kurang karismatik akan menyatakan hal serupa. Sulit untuk membuat orang peduli dan akhirnya mereka kesulitan dalam penggalangan dana.

“Kita harus mencari cara yang lebih efektif untuk membuat spesies ini menciptakan rasa emosional dengan manusia. Lalu, bagaimana kami membuat orang menyukai kodok harlequin, monyet colobus merah, atau tamaraw?” sebut Barney Long, Direktur Senior Konservasi Global Wildlife Conservation (GWC).

Menurut Pimpinan Eksekutif Durrell Wildlife Conservation Trust, Lesley Dickie, langkah pertama untuk mendapatkan dukungan bagi spesies ‘kurang karismatik’ adalah memberi pengertian kepada publik dan donor hal mendasar tentang mereka. Dia sendiri telah fokus selama 50 tahun pada konservasi spesies kurang dikenal.

Di sisil lain Couchman menyebut, agar publik benar-benar mendengarkan tentang spesies yang kurang dikenal, setidaknya dibutuhkan dua hal: nama umum (bukan hanya nama ilmiah) dan “gambar yang berkualitas”.

Sebagai contoh dia menyebut cebu flowerpecker  (Dicaeum quadricolor). Burung terancam punah ini baru ditemukan kembali tahun 1992, dan tidak ada foto yang bagus tentangnya. Dalam kasus ini, Couchman menyebut sulit untuk “mengajak orang untuk terlibat”.

 

Kelelawar besar bertelinga corong yang berhabitat di satu gua di Kuba. EDGE berpendapat bahwa mendapatkan foto-foto dari hewan cantik ini dapat membantu menarik dana dan perhatian publik. Foto dok: ZSL EDGE.

 

EDGE juga pernah memiliki masalah serupa untuk spesies kelelawar besar bertelinga corong kuba (Natalus primus), yang juga kekurangan gambar yang bagus. Hingga akhirnya kelompok tersebut mendapatkan close-up wajah keriput kelelawar “yang luar biasa”.

Beberapa ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir ini juga memahami pentingnya penamaan spesies: memberi nama pada spesies kecil yang kurang karismatik berdasarkan nama selebriti, karakter fiksi popular, dan memberi atribut unik atau aneh dari suatu spesies.

Cara yang potensial lainnya adalah peran media.

“Ketika spesies mendapat perhatian [media], hal itu benar-benar dapat membantu,” kata ahli biologi Rebecca Stirnemann, yang bekerja di Samoa untuk beberapa spesies burung yang hampir punah.

Stirnemann mengatakan penting untuk melatih para ilmuwan dan konservasionis tentang pentingnya perhatian media dan cara bekerja bersama jurnalis.

 

Seekor babi hutan kerdil dilepaskan ke alam liar. Babi hutan kerdil bukan golongan satwa yang dianggap karismatik. Foto: Udayan Borthakur.

 

Memilih spesies

Mengingat tantangan dalam menemukan penyandang dana untuk spesies yang kurang karismatik, Couchman dan Dickie menyebut organisasi harus pintar-pintar melakukan banyak penelitian dalam memilih spesies target untuk memulai.

Couchman mengatakan spesies-spesies akan dievaluasi berdasarkan potensi untuk mendapatkan dana, kemampuan sumberdaya untuk menyelesaikan proyek dengan sukses, dan juga masalah keamanan di dalam habitat spesies.

Setelah satu spesies dipilih, EDGE mendanai seorang ahli konservasi lokal sebagai rekan untuk melakukan penelitian dan konservasi.

“Kami menjumpai bahwa satu-satunya cara untuk menyukseskan adalah dengan melibatkan masyarakat setempat untuk merancang, membangun dan memimpin program ini,” sebut Couchman.

Dickie juga mengatakan bahwa komunikasi terbuka dengan penyandang dana adalah suatu keharusan untuk membangun hubungan jangka panjang agar proyek dapat berlanjut. Tapi ini memang membutuhkan diskusi lebih lanjut.

Jika seorang donor terhubung secara emosional dengan spesies maka umumnya mereka bisa diyakinkan. Para konservasionis hanya perlu mencari tahu apa itu, dan lalu menggunakannya untuk menarik minat. Apa yang menarik dari cerita suatu spesies?

Kebun binatang pun terbukti penting bagi spesies yang kurang karismatik.

“Kebun binatang adalah mitra yang luar biasa di dalam dunia konservasi spesies terancam punah. Mereka memiliki keahlian yang sering tidak ditemukan dalam dunia konservasi nirlaba dan mereka bersedia untuk bekerja untuk spesies kurang dikenal,” ujar Long.

Kebun binatang mungkin lebih bersedia menangani spesies yang kurang dikenal karena sejumlah alasan.

Pertama, pengelola kebun binatang memiliki keahlian, mereka lebih tahu lebih banyak tentang keanekaragaman hayati ketimbang publik. Selain itu, banyak kebun binatang menampung spesies yang kurang dikenal dan kurang karismatik.

 

Armadillo raksasa. Foto oleh Fernando Trujillo / IUCN

 

Arnaud Desbiez, yang menjalankan Proyek Konservasi Armadillo Raksasa (Priodontes maximus) mengamininya. Sebutnya, Kebun Binatang tak hanya menyediakan dana, tapi juga membawa pengetahuan dan juga jaringan ke donor.

“Mereka membantu proyek untuk berkembang di setiap langkahnya,” katanya. “Karena saya rasa mereka adalah orang-orang yang memang mencintai satwa, tentu saja mereka ingin membantu spesies yang terpinggirkan!”

Mayoritas proyek Desbiez juga didukung oleh pendanaan dari kebun binatang, meski tidak ada satu pun armadillo raksasa yang ada di penangkaran mana pun.

Sebagai catatan, dalam upayanya untuk menumbuhkan dukungan konservasi dari kebun binatang,  Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium Dunia (WAZA) telah meminta semua kebun binatang anggotanya untuk mengalokasikan setidaknya 3 persen dari pendapatan mereka untuk upaya konservasi. Meski dengan adanya pandemi COVID-19 saat ini, pihak kebun binatang agak kesulitan untuk mengatur pendapatan keuangannya.

Hal ini pun pada akhirnya akan berdampak pada pendanaan spesies yang kurang dikenal, yang minim dan tak memiliki profil publik.

 

Hanya beberapa individu dari kura-kura raksasa berkulit lunak yangtze yang masih hidup bertahan. Salah satu spesies yang amat terancam punah. Foto: Gerald Kuchling.

 

Kembali ke tokek

Program EDGE telah memilih tokek kerdil kolombia untuk penghargaan Scale-up yang disediakan oleh Fondation Segré. Penghargaan EDGE Scale-up memberi dana hibah 30.000 pound (USD 40.000) untuk satu hingga dua tahun.

“Kami menggunakan momen penghargaan ini untuk mendukung para pemimpin konservasi lokal, yang telah bekerja pada spesies yang secara tradisional tidak karismatik,” kata Couchman.

“Setiap spesies di planet ini menceritakan sebuah kisah dan kami adalah suara mereka.”

 

Sumber asli artikel berjudul  How do we save charisma-challenged species? Start with a story Artikel diterjemahkan dan diadaptasi dalam bahasa Indonesia populer oleh Akita Verselita.

 

***

Foto utama: Katak sungai El Rincon sangat terancam punah. Foto dok:  ZSL EDGE

 

 

Exit mobile version