Mongabay.co.id

Ribuan Hektar Tanaman Pertanian Rusak Terdampak Letusan Sinabung

Sekitar 157 hektar lebih kebun tomat yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Karo, terdampak erupsi Sinabung. Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Tomat ranum berwarna kemerahan itu tampak penuh debu. Buah warna merah, dan hijau tertutup debu abu-abu bergumpal tak beraturan. Tanaman pertanian dari sawi, kentang, cabai merah, cabai hijau, cabai rawit dan lain-lain ribuan hektar juga alami nasib serupa tomat, penuh abu vulkanik erupsi Sinabung.

Sejak awal Agustus lalu Gunung Sinabung, di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali erupsi, setelah sempat setop pada 2019. Sebelumnya, dalam beberapa tahun belakangan, Sinabung terus aktif. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sampai 25 Agustus pukul 10.50, sudah 23 reaksi. PVMG menetapkan status siaga dan mengimbau warga tak beraktivitas pada radius lima km dari gunung api itu.

Baca juga: Presiden Targetkan Hunian Tetap Pengungsi Erupsi Sinabung Selesai 2018

Adapun daftar zona merah Gunung Sinabung usai erupsi yaitu kawasan desa yang sudah relokasi, lokasi dalam radius tiga km dari puncak Sinabung, radius sektoral lima km untuk sektor Selatan-Timur dan radius sektoral empat km untuk sektor Timur-Utara. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo mengimbau warga menjauhi zona terlarang itu.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanah Karo, setidaknya ada empat kecamatan dengan lahan pertanian alami kerusakan bahkan gagal panen, yakni, Kecamatan Merdeka, Dolat Rakyat, Berastagi dan Naman Teran. Data awal lahan pertanian rusak terkena abu vulkanik erupsi Sinabung mencapai ribuan hektar dengan kerugian ditaksir lebih Rp171 miliar.

“Tanaman yang rusak mulai dari ringan, sedang hingga rusak berat. Paling parah desa di Kecamatan Merdeka,” kata Natanail Perangin-angin, Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo.

 


Matehsa Purba, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo, mengatakan, lahan pertanian rusak didominasi sayur-mayur, buah-buahan dan lain-lain.

Bencana alam ini, katanya, berpotensi bikin petani gagal panen. Sekitar 85% lahan rusak, petani gagal panen. Dia bilang, lahan kerusakan ringan 3.803 hektar, rusak sedang 1.337 hektar, rusak berat 950 hektar, dan puso 736 hektar.

Beragam jenis tanaman rusak di empat kecamatan itu bervariasi, antara lain, bawang daun (51,5 hektar), kentang (258), kubis (188), kol bunga (165), petsai (175,5), wortel (56,5), cabai besar (270), cabai rawit (45), dan tomat (157,5 ). Ada juga seledri, terong, buncis, selada, lobak, krison, jeruk, brokoli, selada air, jipang, stroberi, tanaman hias, dan ubi.

Teradim Sembiring, warga Desa Naman mengatakan, tanamannya rusak dan gagal panen. Tanaman, seperti cabai, tomat, sayuran, dan kentang, katanya, hancur karena abu vulkanik menyelimuti lahan pertanian.

“Kalau dihitung-hitung, kerugian saya mencapai Rp30 juta,” katanya.

Serupa dialami Milda Boru Karo-karo, warga Suka Ndebi. Lahan pertanian kena abu tetapi masih bisa panen. Dia bersyukur karena kerusakan tak separah desa lain. Sayur mayur di kebun sedikit terkena abu vulkanik.

Baca juga: Buat Pertanian Pengungsi Sinabung, KLHK Izinkan Pemanfaatan 416 Hektar Hutan Siosar

Dinas Pertanian memberikan bantuan berupa mesin pompa blower, kipas angin untuk membuang abu vulkanik yang melekat di tanaman. Bantuan melalui kepala desa, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani.

 

Sayur mayur warga terdampak dan terancam gagal panen. Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Mesin dari Dinas Tanaman Pangan Holtikultura Sumut itu untuk meringankan beban petani terdampak erupsi Sinabung. Mereka juga usulkan pengadaan benih dan pestisida kepada Kementerian Pertanian.

Berdasarkan riset Volcanic Ashfall Impact Working Group, hujan abu dapat berdampak signifikan pada tanaman seperti lahan penggembalaan. Dampak fisik dari penambahan berat abu pada daun, penguburan parsial, dan putus batang atau cabang semua menghambat proses alami tanaman seperti fotosintesis, transpirasi dan kadar air yang menyebabkan gagal panen.

Selain itu, curah hujan yang berinteraksi dengan gas vulkanik di dalam semburan abu dapat menghasilkan asam yang jatuh sebagai hujan asam. Degassing terus menerus di ventilasi dapat menyebabkan hujan asam berkelanjutan bahkan setelah hujan abu berhenti.

Dalam situs resmi Universitas Gadjah Mada, Pakar Ilmu Tanah, Benito Heru Purwanto mengatakan, meski merugikan, abu vulkanik memberikan kesuburan tanah dan tanaman, bahkan bisa jadi bahan media tanam.

Abu vulkanik dicampur tanah biasa, diberi tambahan konsentrat pupuk, dan disirami air. Media tanam ini, katanya, dapat merangsang pertumbuhan tanaman lebih baik.

 

Lahan pertanian warga di Karo, penuh debu vulkanik Sinabung. Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Ancaman ISPA dan penyakit lain

Tak hanya rusak dan bikin tanaman puso, abu vulkanik Sinabung juga membahayakan kesehatan. Wijaya Juwarna, dokter spesialis THT (telinga, hidung dan tenggorokan), mengatakan, sebaran abu vulkanik bisa menyebabkan gangguan pernapasan akut atau sering disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Kondisi tambah rawan kala erupsi di masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

Gejala dari gangguan ISPA adalah batuk, tenggorokan kering, hidung meler, hingga kesulitan bernapas. Seseorang yang memiliki riwayat pernapasan harus lebih waspada, Pasalnya, paparan abu vulkanik dapat memperparah gejala, misal, penyakit asama bisa saja kambuh.

Saat erupsi, ada material yang keluar seperti hujan abu, gas vulkanik seperti uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), asam klorida (HCl), dan nitrogen (NO2). Beberapa zat itu, katanya, memiliki zat beracun dan berbahaya bagi manusia.

Wijaya bilang, orang paling rentan terkena dampak abu vulkanik adalah bayi, anak-anak dan orang usia lanjut. Dia mengimbau, masyarakat di lokasi erupsi pakai masker N95 yang mampu mencegah material berukuran kurang dari 10 mikron hingga 0,3 milimeter.

Selain gangguan pernapasan, yang harus diwaspadai penyakit konjungtivitis, yaitu, peradangan pada selaput mata. Kondisi ini, biasa menunjukkan gejala berupa mata merah atau perih.

Berita buruk lain, katanya, kandungan asam dalam abu vulkanik bisa menyebabkan iritasi dan alergi kulit. Pasalnya, abu dari erupsi gunung terdiri dari bermacam debu, partikel dan polen. Bagi yang punya riwayat alergi akan memperparah kondisi jika terpapar.

Dari laporan puskesmas di kawasan erupsi Sinabung, paling banyak keluhan masyarakat adalah ISPA. Warga Kecamatan Naman Teran paling banyak terdampak, tercatat ada 133 orang melaporkan mengeluh gangguan pernapasan seperti batuk dan kesulitan bernapas.

S Bangun, Kepala Puskesmas Kecamatan Naman Teran, mengatakan, sejak erupsi Sinabung penderita ISPA meningkat 30-45%. Puskesmas sediakan vitamin untuk menunjang imunitas tubuh terutama balita dan lansia. Kalau mengalami peningkatan cukup signifikan, mereka sudah punya rumah sakit rujukan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, Irna Safrina Meliala mengatakan, sudah menyiapkan fasilitas dan obat untuk antisipasi. Mereka telah mengajukan proposal ke Dinkes Sumatera Utara untuk dapat menyuplai obat.

Untuk meminimalisir penyakit, relawan gabungan seperti warga, TNI, Polri, BPBD, PMI melakukan penyemprotan berkala ke rumah-rumah untuk menghilangkan abu vulkanik.

Fenomena erupsi gunung aktif di Indonesia bukanlah hal mengejutkan. Geografis nusantara merupakan negara cincin api karena di kelilingi gunung api. Sinabung sendiri, berulang erupsi dalam 10 tahun belakangan ini. Bahkan, warga korban erupsi sebagian harus relokasi.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, sepanjang tahun 2020 ada empat gunung berapi yang bereaksi atau erupsi yaitu Semeru, Anak Krakatau, Merapi dan Sinabung.

Dalam situs resmi ESDM menyebutkan, dua gunung api pada status di atas normal yaitu Sinabung dan Karangetang. Keduanya sedang bereaksi dan status level III (siaga). Disusul Gunung Api Raung (Jawa Timur), Gunung Api Semeru (Jawa Timur), dan Gunung Api Anak Krakatau (Lampung) dengan masing-masing level II (waspada).

 

Keterangan foto utama: Sekitar 157 hektar lebih kebun tomat yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Karo, terdampak erupsi Sinabung. Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

Erupsi Sinabung di tengah pandemi corona, menambah kehidupan warga makin rawan. Foto: Barita News Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version