Mongabay.co.id

Perlu Bersegera untuk Kurangi Produksi dan Sampah Rumah Tangga

Salah satu masalah lingkungan terbesar saat ini dan di masa yang akan datang yang kita hadapi adalah masalah sampah. Tak terhindarkan, setiap individu memproduksi sampah.  Dengan kian bertambahnya jumlah populasi umat manusia, maka jumlah produksi sampah pun cenderung terus  menggunung.

Saat ini nyaris tak ada tempat di Bumi ini yang benar-benar steril dari sampah. Mulai dari kawasan pesisir pantai yang disesaki wisatawan hingga puncak gunung yang sangat terpencil yang  hanya disinggahi segelintir pendaki, kita dapat jumpai dengan mudah tebaran aneka macam sampah.

Menurut catatan dari Katadata Insight Center (KIC), yang dirilis beberapa waktu lalu,  dalam satu jam, Indonesia memproduksi sedikitnya  7.300 ton sampah.  Artinya,  dalam sehari, ada sekitar  175.200 ton sampah dihasilkan. Dalam 10 tahun,  akan ada setidaknya 640 juta ton sampah mengotori negeri ini.

Aktivitas domestik alias rumah tangga adalah salah satu sumber produksi beragam jenis sampah. Data nasional tahun 2018 menunjukkan bahwa 62 persen sampah di negeri ini dihasilkan dari sektor rumah tangga.

Merujuk pada  data Statistik Lingkungan Hidup Indonesia yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), sejauh ini hanya 1,2 persen rumah tangga yang mendaur ulang sampahnya. Sekitar 66,8 persen rumah tangga masih menangani sampah dengan cara dibakar. Padahal, cara ini dapat menimbulkan polusi yang mengganggu kesehatan dan lingkungan.

Secara umum, pengetahuan ihwal pengelolaan sampah maupun kesadaran lingkungan masyarakat kita sejauh ini memang masih sangat rendah. Oleh karena itu, edukasi untuk meningkatkan pengetahuan terkait pengelolaan sampah rumah tangga dan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat perlu gencar dilakukan.

Baca juga: Menangani Sampah Elektronik, Bagaimana Seharusnya?

 

Tempat wisata seperti Pantai Kuta, Bali pun tak luput dari persolaan, seperti foto tahun 2017 ini. Sedikitnya perlu 3 kali menyapu tiap harinya karena sampah terus menerus terbawa arus. Foto Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Meminimalisir produksi

Sejatinya, dengan pengelolaan yang benar, rumah tangga dapat mengurangi signifikan produksi sampahnya. Dalam pengelolaan sampah rumah tangga,  Runal (2019) menyebut ada beberapa langkah yang tidak terlalu rumit yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir produksi sampah rumah tangga.

Pertama,  hindari plastik. Boleh dibilang sampah plastik termasuk salah satu sampah yang destruktif bagi lingkungan. Bukan hanya sukar dihancurkan, plastik juga dapat membahayakan keselamatan hewan dan manusia.  Unsur zat kimia yang terdapat dalam plastik dapat mencemari tanah serta air.

Sektor rumah tangga semestinya sebisa mungkin menghindari penggunaan plastik.  Membawa kantung sendiri saat belanja, misalnya, bisa menjadi salah satu opsi.  Hindari pula penggunaan plastik sekali pakai untuk membungkus/menyimpan bumbu-bumbu dan keperluan dapur lainnya.

Kedua, upayakan membeli makanan/minuman yang minim kemasan. Tidak sedikit makanan/minuman yang memiliki kemasan berganda sehingga cenderung meningkatkan jumlah sampah yang diproduksi.  Maka, upayakan untuk tidak membeli makanan/minuman yang memiliki kemasan ganda, apalagi memiliki banyak kemasan.

Ketiga, buatlah kompos. Sebagian sampah rumah tangga merupakan sampah organik. Sampah organik ini bisa kita manfaatkan untuk bahan baku pembuatan kompos. Secara demikian, ini bakal mengurangi  jumlah sampah yang kita produksi. Di saat yang sama, kita memperoleh pupuk yang bukan hanya bagus untuk tanaman, namun juga sangat ramah lingkungan.

Keempat,  lakukan transaksi belanja secara elektronik.  Belanja tidak pernah terpisahkan dari aktivitas rumah tangga. Alangkah jauh lebih baik jika belanja dilakukan secara elektronik. Semua bon/catatan transaksi belanja tercatat secara elektronik. Hal ini dapat ikut  mengurangi pemakaian kertas sehingga turut mengurangi produksi sampah kertas.

Kelima, gunakan sabun serta deterjen sendiri.  Sabun dan deterjen merupakan produk yang lazim digunakan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari.  Sebagian besar kemasan sabun dan diterjen adalah dari plastik.

Sesungguhnya, sabun dan deterjen bisa kita buat sendiri. Cara membuatnya cukup gampang dan murah. Dengan menggunakan sabun dan deterjen bikinan sendiri, bukan hanya kita dapat menghemat anggaran, tetapi juga ikut meredusir produksi sampah plastik.

Keenam, mendaur ulang gelas maupun kaleng. Aneka produk untuk rumah tangga dikemas menggunakan gelas/toples serta kaleng.  Setelah produknya habis kita pergunakan, kemasan-kemasan itu sebaiknya jangan kita buang, melainkan kita daur ulang untuk berbagai keperluan. Misalnya, untuk menyimpan sejumlah barang. Atau juga bisa kita jadikan pot untuk tanaman di rumah kita.

Ketujuh, mendonasikan barang. Perabotan rumah tangga kita bisa jadi terus bertambah dan menumpuk. Sebagian bahkan tidak kita pergunakan lagi, meski kondisinya masih lumayan bagus. Daripada tidak kita pergunakan dan akhirnya rusak dan menjadi onggokan sampah, lebih baik kita donasikan kepada mereka yang memerlukan, baik itu untuk perseorangan maupun untuk lembaga.

Kedelapan, tangani sampah beracun dan berbahaya dengan cermat dan tepat. Sebagian peralatan rumah tangga kita termasuk ke dalam  kategori barang elektronik. Ketika peralatan-peralatan elektronik itu sudah tidak dipakai lagi akan berubah wujud menjadi sampah elektronik yang membahayakan kesehatan dan lingkungan karena adanya kandungan sejumlah zat beracun dan berbahaya.

Untuk itu, diperlukan penanganan yang cermat dan tepat. Antara lain dengan membuang sampah elektronik ke tempat yang telah disediakan.  Di beberapa kota di Indonesia saat ini telah tersedia tempat khusus untuk menampung sampah elektronik (dropbox e-waste).

Baca juga:  Buruknya Penanganan Sampah Medis Bisa Perparah Pandemi

 

Seorang warga berdiri usai membuang sampah ditepi laut Sedayulawas, Brondong, Lamongan, Jatim. Belum adanya Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di desa itu membuat masyarakat membuang sampah di bibir pantai. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Peran ibu rumah tangga

Peran para ibu rumah tangga tentu saja sangat besar dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga. Oleh sebab itu, upaya peningkatan pengetahuan seputar pengelolaan sampah rumah tangga dan peningkatan kesadaraan lingkungan para ibu rumah tangga di negeri ini mutlak diperlukan.

Dengan bertambahnya pengetahuan seputar pengelolaan sampah rumah tangga, dibarengi dengan peningkatan kesadaran lingkungan di kalangan para ibu rumah tangga, niscaya produksi sampah rumah tangga negara  kita dapat ditekan secara lebih signifikan.

Upaya peningkatan pengetahuan seputar pengelolaan sampah rumah tangga dan peningkatan kesadaran lingkungan para ibu rumah tangga dapat dilakukan lewat jalur ibu-ibu kader PKK, mulai dari level RT, RW, kelurahan, kecamatan,  kota/kabupaten, provinsi hingga level nasional.

Upaya peningkatan yang sama juga perlu  dilakukan dengan menyasar anak-anak sekolah. Ini penting  karena sebagian dari mereka di masa depan akan pula berperan sebagai ibu rumah tangga.

 

Rejeki Wulandari, penulis lepas, peminat masalah lingkungan. Artikel ini merupakan opini penulis

 

 

 

Exit mobile version