Mongabay.co.id

Berkebun di Masa Pandemi Berujung jadi Usaha Sayur Hidroponik

Josefina Iriani Kewamijai bersama tanaman hidroponiknya. Foto: Jansen Hidroponik Garden Merauke.

 

 

 

 

Masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), bikin orang khawatir dan memilih mengurangi berbagai aktivitas di luar rumah kalau tidak terpaksa, termasuk berkebun atau menanam sayur mayur demi kurangi ketergantungan pangan dari membeli. Begitu juga yang dilakukan Josefina Iriani Kewamijai.

Josefina, sehari-hari dia perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Merauke (RSUD). Guna mengurangi membeli sayur mayur dari pasar, bersama suami, Yansen TD Regoy, Maret lalu bikin tanaman hidroponik.

Awalnya, mereka hanya ingin menanam sayur di lahan kecil hingga tidak perlu keluar rumah untuk membeli sayuran karena situasi COVID-19 juga merebak di Merauke, Papua.

“Kita tidak punya rencana sama sekali untuk menanam tanaman hidropolik namun karena lockdown, kami dua berpikir akan lebih gampang menanam saja di rumah hingga tidak perlu keluar untuk membeli sayuran lagi,” kata Josefina.

Hidroponik merupakan cara menanam dengan memanfaatkan media air sebagai bahan dasar.

Josefina bersama sang suami tak memiliki latar belakang disiplin Ilmu pertanian. Suami khusus mulai mempelajari cara menanam hidropolik melalui Youtube secara otodidak.

 

Sayur hidroponik Jansen Hidroponik Garden Merauke.. Foto: dokumen Jansen Hidroponik Garden Merauke

 

Awalnya, sang suami hanya membuat 20 lubang tanah di atas rakit apung untuk menerapkan hasil dari belajar otodidak dari Youtube dengan berisi 20 pot dengan tiga macam sayuran: kangkung, sawi putih, dan sawi pakcoy. Berhasil.

Mereka pun mulai bersemangat menanam lagi, dari mulut ke mulut, lalu banyak yang tertarik untuk membeli. Sekarang, sudah jadi usaha dengan berlabel Jansen Hidroponik Garden Merauke. Josefina, sebagai direktur di usaha sayuran hidroponik ini.

Tak hanya sebagai perawat, Josefina aktif juga dalam berbagai kegiatan sosial seperti jadi relawan kesehatan ibu anak di kampung lokal di Puskesmas Jagebob distrik Jagebob. Suami seorang pegawai negeri, dia pun aktif dalam organisasi Dharma Wanita Merauke.

Dia juga relawan di Kitong Bisa Learning Center Merauke sejak 2017-2020, aktif di Papua Muda Inspirasi sejak Maret 2020.

Saat ini, mereka punya 12 pipa yang masing-masing sepanjang empat meter dengan 250 lubang tanah (pot). Jadi, kira-kira ada 300 lebih lubang tekah terisi berbagai jenis sayuran. Sayur mayur pun diminati warga di Merauke. Dalam per hari ada sekitar 20-an pembeli datang. Mereka juga jual sayur online.

Mereka biasa panen sekitar 300 batang tiap tiga minggu. Khusus kangkung, panen per dua minggu sebanyak 100 ikatan dia jual paket satu gengam Rp10.000. Perkg, kangkung Rp25.000.

 

Berawal dari berkebun untuk keluarga, lalu banyak peminat dan akhirnya buka usaha. Foto: Jansen Hidroponik Garden Merauke

 

Dalam mengembangkan usaha tanaman hidropolik ini, mereka sedang membuat instalasi baru dengan lubang tanah 550 dan sedang memulai pembibitan.

Selain pakai pipa, mereja juga menanam dengan rakit apung.

Dalam proses menanam tanaman hodropolik ini, Josefina dan suami tak gunakan bahan kimia untuk menyuburkan tanaman. Sayur-sayuran yang mereka tanam hanya pakai nutrisi.

Masalah yang mereka hadapi, serangan hama pada sayuran. Beberapa jenis hama kerap muncul pada sayuran-sayuran seperti kutu daun, dan ulat. Untuk membasminya, mereka pakai bahan organik seperti air bawang putih. Bawang putih adalah pestisida nabati atau non kimia.

“Kami tidak gunakan bahan kimia untuk membasmi hama atau ulat, kami ggunakan bahan organik atau nonpupuk yaitu air bawang putih,” katanya.

Proses menanam pun ada beberapa tahap dengan jangka waktu tertentu seperti, dari semai untuk jadi bibit, perlu sekitar tiga sampai empat hari. Tahap kedua, adalah dari bibit ke peremajaan.

Dari bibit ke peremajaan memakan waktu satu minggu. Kemudian dari peremajaan ke pendewasaan hingga siap panen, perlu sekitar dua minggu.

Masa panen sayur hidroponik, katanya, tergantung jenis tanaman. Kalau kangkung, masa panen 27-33 hari, dan sawi hijau dari 30-60 hari.

Mereka pun mengalami banyak kendala selama penanaman hidropolik seperti cuaca tak menentu mengakibatkan daun rusak hingga harus pakai atap sebagai pelindung. Nutrisi pun, katanya, harus diperhatikan, begitu juga PH air.

Kendala lain, katanya, dana tak mencukupi untuk melengkapi berbagai keperluan hingga mereka masih pakai tempat seadanya, mulai dari alat hingga lokasi hidroponik baru di halaman rumah yang tidak begitu besar.

Josefina berharap, usaha ini tak hanya jadi pendukung ekonomi keluarga mereka tetapi tempat belajar masyarakat di Merauke terutama anak-anak muda.

Baginya, penting bagi orang Merauke mempelajari sesuatu yang baru hingga bisa lebih kreatif.

 

Keterangan foto utama: Josefina Iriani Kewamijai bersama tanaman hidroponiknya. Foto: Jansen Hidroponik Garden Merauke.

Membuat instalasi hidroponik. Foto: Jansen Hidroponik Garden Merauke

 

Exit mobile version