Mongabay.co.id

Pesut Masuk ke Hulu Sungai Segati di Riau

 

 

 

Pesut dewasa sekitar dua meter masuk ke Sungai Segati, anak Sungai Kampar, Pelalawan, Riau sejak Rabu (16/9/20) pagi. Pesut ‘jalan-jalan’ sekitar 20 kilometer dari biasa ia hidup di Sungai Kampar, yang bermuara ke laut lepas di pesisir selatan Riau.

Khawatir alami masalah, seperti terkena kayu-kayu yang banyak di hulu sungai, sejumlah pihak termasuk Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang tengah menyiapkan langkah evakuasi. Ini upaya evakuasi satwa laut pertama di Riau.

Aladis, warga Desa Segati, Kecamatan Langgam, mengatakan, mamalia ini pertama kali terlihat warga di Desa Tambak Selasa siang. Desa Tambak berada tepat di pinggir Sungai Kampar. Sedangkan Desa Segati berjarak sekitar 40 menit lewat jalur air ke arah hulu Sungai Segati atau sekitar 84 kilometer dari Kota Pekanbaru.

“Selasa siang ada yang lihat di Desa Tambak. Tapi Rabu pagi sudah ada di Desa Segati. Selama hidup tak pernah sampai di sini. Bagi masyarakat, datuk-datuk pernah lihat [pesut] di muara. Di Sungai Kampar,” katanya kepada Mongabay, Kamis (17/9/20). Aladis yang mengambil video penampakan pesut yang viral di media sosial.

 

Penampakan pesut di Sungai Segati, anak Sungai Kampar, Pelalawan Riau, yang diabadikan warga. Sumber video: warga Segati

 

Sejak penampakan pesut di Sungai Segati, katanya, warga antusias berbondong-bondong menyaksikan. Kini, posisi pesut di bagian sungai yang masuk perkebunan sawit milik PT Mitra Unggul Pusaka.

Kepolisian sudah berada di lokasi dan memberitahu warga satwa itu dilindungi dan tak boleh dibunuh. “Pertama masyarakat menganggap itu lumba-lumba. Kita searching di internet ternyata pesut,” katanya.

Demi keamanan dan menunggu evakuasi, warga memasang jaring pembatas di dekat jembatan Rabu siang. Dengan begitu jarak jangkauan renang pesut hanya 50 meter dengan lebar sungai lima hingga 10 meter. Kedalaman sungai sekitar empat meter. Ketika air pasang, batas atas jaring akan tenggelam satu meter.

“Tadi jaring di hulu jebol. Warga giring lagi pesut ke hilir. Karena kita takut di hulu itu banyak kayu dan cabang sungai lebih sempit. Jaringnya kita perbaiki lagi. Kita takutnya di jaring bagian hilir itu. Kalau hujan, bisa tenggelam dan pesut lepas,” kata Aladis.

Muhammad Faeyumi, Pengendali Ekosistem Laut dan Pesisir BPSPL Padang Satker Pekanbaru tiba di lokasi Kamis siang langsung mengamati kondisi pesut. Mereka bekerjasama dengan masyarakat untuk memastikan keselamatan satwa bernama latin Orcaella brevirostris ini.

“Kami ke sana sudah ada jaring. Pesut sempat jebol jaring yang di hulu. Ada juga perahu bermesin kecil untuk menjaga pesut. Tapi memang mondar-mandir. Kami beri arahan bahwa aktivitas hilir mudik perahu dan pompong bisa mengganggu sistem sonar pesut dan mengalami disorientasi. Jadi boat-boat itu kini lebih tertib,” katanya, dihubungi Mongabay, Kamis.

Dalam pengamatan kondisi satwa yang berdasarkan lembaga pemeringkat konservasi alam global (IUCN) berstatus rentan (vulnerable) ini, pesut terlihat sehat. Tidak tampak bekas luka. Pesut sering muncul ke permukaan. Selama 20 menit pengamatan, rata-rata setiap dua menit sekali pesut muncul. Saat muncul di permukaan air, kepala selalu mengarah ke hulu.

“Kami berkoordinasi dengan DKP Pelalawan, teman-teman komunitas Mancing Mania Segati, kepolisian dan perusahaan. Karena lokasi (pesut) sekarang ada di dalam konsesi sawit. Kendalanya mungkin bising saja, karena warga masih ramai menonton,” kata Faeyumi.

Saat ini dibahas rencana evakuasi pesut bersama Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Riau yang sudah tiba pada Kamis petang. Sejauh ini, ada dua rencana evakuasi yakni, jalur sungai dengan jarak tempuh 40 sampai 50 menit ke muara Sungai Kampar atau jalur darat hanya 20 menit.

“Dalam evakuasi ini, kami masih mengutamakan keselamatan satwa. Semua sudah disiapkan seperti tandu, mobil dan perahu.”

Rencana evakuasi, Jumat (18/9/20), tetapi belum berhasil karena perlu pengamatan dan persiapan lebih matang. Saat ini, pesut kembali terobos jaring pembatas di hulu namun masih bisa terpantau.

Atas inisiatif sendiri,  Jakarta Animal Action Network (JAAN) mendatangkan satu ahli pesut yang sudah berada  di lokasi pada Jumat (18/9/20) siang dan akan membantu teknis evakuasi.

JAAN akan memberikan penilaian. JAAN sudah pernah terlibat penyelamatan pesut di Sumatera Utara, tempo hari.

Suharyono, Kepala BKSDA Riau Suharyono tidak menjelaskan lebih rinci rencana evakuasi satwa dilindungi itu. “Masih dalam penanganan,” katanya ringkas melalui pesan singkat.

 

Lokasi pesut di Sungai Segati, anak Sungai Kampar, Pelalawan Riau. Warga ramai menyaksikannya. Foto: BPSPL Padang Satker Pekanbaru

 

Utamakan giring

Danielle Kreb, pendiri dan peneliti dari Yayasan Konservasi Rare Aquatic Spesies of Indonesia (RASI) kepada Mongabay mengatakan, telah mengumpulkan informasi dari sejumlah pihak terkait situasi terakhir pesut.

Dengan situasi yang masih aman dan pesut terlihat sehat itu, dia mengusulkan evakuasi dengan cara digiring ke hilir pelan-pelan. Jaring di bagian hilir bisa dibuka.

Biasanya, dari hampir semua kasus serupa, satwa penjelajah ini akan kembali ke hilir.

“Sebenarnya, gerakan pesut yang masuk ke sungai-sungai yang lebih jauh ke dalam itu sebetulnya cukup lazim. Di daerah itu (Riau) mungkin jarang. Di Kaltim (Kalimantan Timur-red) dan Kaltara (Kalimantan Utara-red) sering. Bahkan, ada yang lebih jauh hingga 100 kilometer dari muara. Apalagi di musim kemarau. Biasa pesut mengikuti ikan sampai jauh,” kata Danielle.

Kalau ingin evakuasi dengan pertimbangan agak dangkal, harus oleh orang yang berpengalaman. Pengalaman di Kaltim, pesut giring ke bagian dangkal, terdampar, kemudian baru tangkap.

“Itu cukup rawan. Kita mencoba menghindari situasi itu. Kalau bisa jaring (seperti situasi di Riau) di bagian hilir dibuka dulu, perahu pelan-pelan mengikuti dari belakang. Pesut tidak bodoh. Pesut bisa gerak di tempat sempat (leluasa). Tapi pesut harus dijauhkan dari masyarakat. Kasih kesempatan lebih bebas bergerak. Kalau dikurung bisa stres, ia pasti coba larikan diri.”

Kalau pemerintah dan otoritas terkait memilih evakuasi jalur darat, harus siap peralatan seperti kasur sudah dibasahi, maupun handuk basah. Kemudian, pastikan sirip tidak terlipat dan jangan menyiram air ke lubang napas.

Kalau ada bayi, bayi ditangkap dulu. Pesut dewasa akan nurut, letakkan berdekatan saat evakuasi. “Kalau memang masih sehat-sehat saja, lebih baik digiring sambil dilihat situasi. Dikasih kesempatan.”

 

 

Keterangan foto utama:  Pesut yang masuk ke anak Sungai Kampar

Sungai Segati, makin ke hulu makin banyak kayu-kayu di sungai yang bisa membahayakan pesut. Foto: warga Segati

Exit mobile version