Mongabay.co.id

Ekowisata Mangrove Tongke-tongke Sinjai Ditutup Sementara, Pelancong Kecewa [Bagian 1]

Hutan mangroe di Desa Tongke-tongke, kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Selain berfungsi ekologis, hutan mangrove Tongke-tonke jadi obyek wisata unggulan di Sinjai. Foto : Suriani Mappong/Mongabay Indonesia

 

 

Kawasan mangrove Tongke-tongke berjarak tujuh menit dari pusat Kota Sinjai, Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Ekowisata mangrove Tongke-tongke Kabupaten Sinjai kini ditutup. Wisata yang dekat dari pusat kota menjadi wisata andalan Bumi Panrita Kitta, kalimat Bugis julukan Kota Sinjai. Tanaman mangrove yang diklaim terluas di Sulawesi Selatan ini, paling banyak menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2018. Tercatat sekitar ratusan juta, angka diluar dugaan bagi pihak pemerintah setempat.

Kebijakan penutupan dari pemerintah setempat dilakukan saat ada warga Sinjai terkonfirmasi positif. Awal Bulan Mei Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sinjai, mengumumkan adanya enam orang positif corona dari hasil tes swab. Kasus pertama COVID-19, membuat semua tempat wisata ditutup sementara hingga waktu yang tidak ditentukan. Pulau Larea-rea, Bukit Gojeng dan salah-satunya ekowisata mangrove Tongke-tongke tidak menerima pelancong dari sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan saat itu hingga sekarang (20/8/2020).

Jalan berbelok-belok memasuki kawasan pesisir Desa Tongke-tongke dipandu oleh rambu-rambu jalan. Tak perlu khawatir pelancong tersesat, karena rambu-rambu jalan dari kota hingga ke gerbang wisata terpasang rapi. Sesampai di gerbang, nampak sepi dan aktivitas masyarakat pesisir sepi pula.

Selang beberapa menit. Pelancong wisata datang silih berganti, baik pengendara roda dua maupun roda empat. Nampak wajah kebingungan. Sebab di gerbang utama tidak ada portal yang dapat menghalangi pengujung masuk kawasan wisata. Selain itu, tidak ada spanduk pengumuman penutupan sementara. Ini membuat para pengunjung bingung. Seperti pelancong satu pasang asal Bulukumba, langsung memarkir kendaraannya. Seketika itu mereka langsung bertanya ke warga yang dapat mereka tanyanya.

“Buka, Bu?,” tanyanya, Kamis, (20/08/2020).

baca : Menitip Asa di Hutan Mangrove Tongke-Tongke

 

Rambu-rambu jalan terpasang rapi di setiap jalan pembelokan menuju ekowisata mangrove Tongke-tongke Sinjai. Ini bantuan dana hibah CSR dari Bank Indonesia. Foto: Dhirga Erlangga/Mongabay Indonesia

 

Perasaan kecewa dibenak para pelancong yang datang. Mereka menempuh perjalanan jauh, namun tidak dapat menikmati panorama keindahan alam Tongke-tongke. Selaku retributor (petugas loket), Nurani, kadang kewalahan menjawab pertanyaan pengunjung yang berdatangan. Sebab Nurani belum mengetahui alasan pasti Pemkab Sinjai belum membuka ekowisata mangrove Tongke-tongke.

“Banyak pengujung tanya, kenapa belum dibuka? Saya jawab, tidak tahu. Selalu ramai pertanyaan begitu. Mereka kecewa dan kadang ngomel juga,” ujar Nurani, sambil tertawa kecil.

Bulan Mei lalu, Pemerintah Desa Tongke-tongke sempat menutup akses jalan menuju ke hutan mangrove Tongke-tongke. Penjagaan ketat dilakukan, hanya warga Desa Tongek-tongke yang diizinkan masuk. Sebulan lebih aparat desa setempat membuka kembali. Pembukaan ini bertepatan dengan pembukaan fase ke lima new normal (20-27 Juli), tempat-tempat atau kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial berskala besar diperbolehkan buka.

“Dulu, ditutup jalan masuk ke sini. Tapi, bulan juni dibuka kembali. Sejak ada virus corona pembeli sepi,” ujar salah seorang penjual grosir dan eceran.

baca juga : Dedikasi Tiada Henti Taiyeb untuk Mangrove Tongke-tongke Sinjai

 

Sepasang pengunjung ekowisata mangrove Tongke-tongke Sinjai meninggalkan kawasan wisata karena ditutup sementara. Foto: Dhirga Erlangga/Mongabay Indonesia

 

Jumlah pengunjung sebelum pandemi Covid-19 tercatat ratusan hingga ribuan. Ribuan per hari biasa saat waktu akhir pekan. Teduh, suasana alami dengan tanaman mangrove yang menjulang tinggi membuat para pengujung betah berlama-lama menghabiskan waktu liburan. Ini membuat daya tarik pengujung selain harga tiket murah. Harga tiket sebesar Rp.5000 per orang bagi dewasa, adapun Rp.3000 bagi umur 12 tahun ke bawah. Pengunjung dapat menikmati pemandangan sepuasanya dan berswafoto semaunya, tanpa ada batasan waktu.

“Antara seratus sampai ribuan orang. Pernah mencapai empat ribu pembeli karcis, waktu itu tanggal satu Januari. Biasa ada dari Makassar, Jeneponto, Takalar dan Maros. Pokoknya semua datang ke sini” kata Nurani, menjelaskan potensi daya tarik pengujung.

Kendati objek wisata ini ditutup, pihak pengelola tetap menjaga setiap saat para pengujung yang berdatangan. Nurani khawatir ada pengujung nekat masuk melompati pagar tanpa izin.

“Jadi, kami sering jaga dan mengawasi yang datang. Itu tugas saya, meski tidak digaji. Selama ditutup, saya tidak ada pendapatan. Kadang hanya di rumah saja. Sebelumnya saya dapat gaji Rp200 ribu per bulan,” tutupnya.

Jauh sebelum ekowisata mangrove Tongke-tongke ditutup, sudah terpasang rambu-rambu protokol kesehatan, seperti mengenakan masker dan jaga jarak. Keseriusan pengelola memperhatikan protokol kesehatan telah dilakukan jauh hari, setelah keluarnya panduan protokol kesehatan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indonesia.

perlu dibaca : Redupnya Pesona Mangrove Tongke-tongke

 

Terpasang pengumuman perpanjangan penutupan objek ekowisata mangrove Tongke-tongke Sinjai. Foto: Dhirga Erlangga/Mongabay Indonesia

 

Salah-satu pelaku bisnis wisata berharap pemerintah bisa segera membuka tempat wisata. Menurut H. Beddu Ming, siap menghadapi masa kebiasaan baru sesuai prosedur protokol kesehatan. Ia juga mengatakan, pengunjung sering membludak di akhir pekan dan khawatir pengujung tidak jaga jarak nanti saat dibuka kembali.

“Ini biasa penuh, kita tidak bisa goyang (bebas bergerak). Jadi kalau pemerintah punya himbauan protokol kesehatan bagi penjual, kami siap ikuti. Karena pemasukan ekonomi kami turun sekali. Kami harap pemerintah segera buka, karena wisata kabupaten sebelah sudah buka wisatanya,” pungkasnya.

Menurut Romy, Pihak Bidang Pemasaran dan Promosi, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Sinjai, belum bisa angkat bicara kepastian kapan dibuka kembali Ekowisata Hutan Mangrove Tongke-tongke.

“Belum ada kepasian kapan dibuka. Kemungkinan besar tahun ini akan dibuka,” ujar Romy, Rabu, (19/08/2020).

Dia mengakui bahwa ikon wisata andalan Tongke-tongke memiliki potensi menarik daya kunjung para pelancong. Menurutnya, tempat yang tidak jauh dari pusat kota, wisata ini cocok untuk anak milenial. Sebelum pandemi, pelancong wisata terbanyak dipegang oleh ekowisata mangrove Tongke-tongke di empat wisata andalan Kabupaten Sinjai.

“Menjanjikan sekali karena kawasan hutan yang luas di Sulawesi Selatan. Tongke-tongke paling diminati. Peneliti juga pasti larinya ke sini, kalau meneliti bakau,” jelasnya.

baca juga : Meniti Tongke-Tongke Jadi Magnet Sinjai

 

H. Beddu Ming menceritakan kondisi perekonomian keluarganya dan usaha kafe terapung yang terdampak pandemi Covid-19 saat ditemui di dalam kawasan wisata. Foto: Dhirga Erlangga/Mongabay Indonesia

 

Romy menegaskan pihaknya tidak bisa membuka akses jika belum ada izin bupati. Tetapi laporan operasi pembukaan wisata sudah berada di tangan Bupati Sinjai, Sementara pihak Disparbud menunggu respon bupati.

Edukasi petugas lapangan tentang protokol berwisata di tengah pandemi sudah dilakukan secara bertahap. Aturan cara berwisata saat pandemi sudah dikantongi oleh petugas. Romy juga mengatakan sudah mempersiapkan tempat cuci tangan.

“Sudah ada kesiapan kalau sudah ada perintah untuk dibuka. Beberapa juga kita sudah edukasi beberapa pengelola di sana, bagaimana berwisata sesuai new normal sekarang. Walaupun dibuka pasti orang was-was, saya yakin jumlah pengujung tidak langsung membludak. Justru itu kami terapkan protokol kesehatan berwisata melalui edukasi video,” jelasnya.

 

***

*Dhirga Erlangga. Jurnalis Inipasti.com Sulawesi Selatan. Artikel ini didukung oleh Mongabay Indonesia

 

***

Keterangan foto utama : Hutan mangroe di Desa Tongke-tongke, kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Selain berfungsi ekologis, hutan mangrove Tongke-tonke jadi obyek wisata unggulan di Sinjai. Foto : Suriani Mappong/Mongabay Indonesia

Exit mobile version