Mongabay.co.id

Total 74 Individu, Populasi Badak Jawa di Ujung Kulon Meningkat

 

 

Kabar baik datang dari Ujung Kulon. Dua anak badak jawa masing-masing jantan dan betina, terpantau di taman nasional yang merupakan habitat satwa bercula satu tersebut.

Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon [TNUK], Anggodo mengatakan anak badak jawa berjenis kelamin jantan itu merupakan anak kedua dari induk bernama Sinta.

“Diberi nama Luther,” kata Anggodo dalam webinar Apa Kabar Badak Jawa, pada Selasa [22/9/2020].

Luther diketahui keberadaannya setelah pihak TNUK melihat rekaman kamera trap pada Jum’at, 22 Mei 2020, pukul 11.40 WIB di Resort Cibunar.

“Sedangkan anak badak betina diberi nama Helen,” lanjutnya.

Dia anak ketiga dari induk bernama Ramona. Helen terekam kamera pada Jum’at, 12 Juni 2020, pukul 17.11 WIB di Resort Cigenter.

Kedua individu baru tersebut diketahui dari hasil monitoring tim Balai TN Ujung Kulon sejak Maret hingga Agustus 2020 dengan menggunakan 93 video kamera jebak.

Anggodo menjelaskan, nama Luther dan Helen diberikan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan [LHK], Siti Nurbaya Bakar. “Kabar ini merupakan harapan baru kita semua untuk kelestarian badak jawa,” tuturnya.

Video Langka: Badak Jawa “Musofa” Asik Berkubang di Ujung Kulon

 

Badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Foto: David Herman Jaya/Javan Rhino Expedition

 

Populasi berkembang

Lahirnya Luther dan Helen semakin menambah jumlah populasi badak jawa. Tercatat, ada 74 individu. Rinciannya, badak dewasa sebanyak 59 individu [32 jantan dan 27 betina], serta anakan sebanyak 15 individu [8 jantan dan 7 betina].

“Jumlah ini cukup menggembirakan meski habitatnya hanya di TNUK,” ucap Anggodo.

TNUK secara administratif berada di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Luas kawasan taman nasional ini adalah 120.551 hektar, terdiri kawasan daratan 76.214 hektar dan perairan laut 44.337 hektar.

Dengan bertambahnya jumlah badak, Anggodo menegaskan, pihaknya akan memperluas habitat di TNUK hingga ke arah timur yang didominasi deretan pegunungan Honje dengan puncak tertinggi 620 meter di atas permukaan laut.

“Dulu, badak jawa sering masuk ke kawasan timur, tapi dua tahun terakhir tidak ada lagi.”

Wilayah timur Ujung Kulon masih berupa zona rimba, belum menjadi zona inti. “Pilihan perluasan habitat karena pertimbangan lebih mudah dan murah,” kata dia.

Dengan demikian, pihak TNUK hanya butuh penggiringan ke sana. “Sekarang dalam proses pembersihan di wilayah timur. Tahun depan akan dibuatkan tempat berkubang dan sumber air, juga penanaman pakan badak,” tutur Anggodo.

Baca: Ada Kelahiran, Badak Jawa di Ujung Kulon Bertambah

 

Anak badak jawa jantan bernama Luther bersama induknya di Taman Nasional Ujung Kulon. Foto: Dok. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK]

 

Tantangan perlindungan badak jawa

Moch Syamsudin, Koordinator Rhino Monitoring Unit [RPU] TNUK turut menjelaskan. Menurut dia, sebelumnya persebaran badak jawa di Ujung Kulon hingga ke Gunung Honje, tapi saat ini hanya ada di semenanjung barat Ujung Kulon.

“Kita upayakan badak jawa kembali meluas hingga ke bagian timur.”

Dia juga mengatakan, tantangan utama saat ini adalah habitat efektif badak jawa yang diperkirakan hanya 60 persen dari luas semenanjung TNUK. Selain itu, ancaman bencana letusan Gunung Anak Krakatau, tsunami dan gempa bumi, kegiatan ilegal, penyakit, sex rasio jantan dan betina yang tidak seimbang, serta adanya potensi inbreeding atau kawin sedarah.

Penyiapan lokasi baru untuk habitat kedua badak jawa sudah masuk dalam Strategi dan Rencana Aksi Konservasi [SRAK] Badak Jawa periode 2019-2029. Rencana aksi ini dibuat karena kekhawatiran para pakar dan peneliti akan potensi bencana yang ada.

“Ada usulan habitat kedua di Suaka Margasatwa Cikepuh,” ucapnya.

Suaka Margasatwa Cikepuh memiliki luasan 8.127 hektar, berada di Kabupaten Sukabumi. Tipe vegetasi kawasan ini masuk tipe hutan hujan tropis dataran rendah yang terdiri berbagai formasi. Mulai hutan pantai/dataran rendah, padang rumput, hingga hutan tanaman.

“Namun, tempat itu sering digunakan untuk latihan militer,” kata dia.

Guna mengamankan badak di Ujung Kulon, Moch Syamsudin mengatakan, pihaknya rutin melakukan monitoring. “Prosesnya berbasis resort dan operasinya dibantu Yayasan Badak Indonesia [YABI],” tutur lelaki yang biasa dipanggil Apuy.

Supaya badak lebih aman dari gangguan luar, di TNUK juga telah dibangun pagar sepanjang 5,3 kilometer. “Pagar menjadi pembatas interaksi badak dengan satwa lainnya, misalnya kerbau,” jelasnya.

Pendataan populasi badak di TNUK juga dilakukan. Asep Yayus Firdaus, Pengendali Ekosistem Hutan TNUK menjelaskan, semua identifikasi badak di Ujung Kulon berasal dari kamera trap yang terpasang sejak 2012 hingga sekarang. “Semua data foto dan video, kami simpan sebagai arsip. Jadi, dokumentasinya cukup banyak untuk menghitung populasi yang ada,” tuturnya.

Badak jawa juga telah dilakukan analisis DNA, bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor [IPB]. Hasilnya, badak jawa di Ujung Kulon diketahui berasal dari 3 atau 4 garis keturunan induk. “Harapannya, tidak kawin dalam satu keturunan agar aman dan tidak gagal genetik,” kata dia.

Baca: Kisah Badak Jawa yang Kini Hanya Ada di Ujung Kulon

 

Anak badak jawa betina bernama Helen bersama induknya yang terpantau di TNUK. Foto: Dok. KLHK

 

Selalu optimis

Dalam keterangan tertulisnya, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem [KSDAE] KLHK, Wiratno menegaskan kondisi habitat badak jawa di TNUK cukup baik. Hal itu dibuktikan dengan kelahiran dua anak badak tersebut.

“Tahun lalu, di TN Ujung Kulon juga terdapat empat kelahiran individu. Ini menunjukkan perkembangan alami yang baik,” terangnya.

Dia juga meminta, meski dalam situasi pandemi COVID-19, pihak TNUK tetap melakukan pemantauan lapangan, salah satu caranya, melalui video kamera jebak. Pengamanan penuh [full protection] terus dilakukan hingga akhir Desember 2020.

“Kelahiran badak jawa ini memperkuat optimisme dan semangat kita. Pandemi tidak menghentikan kegiatan lapangan KLHK, khususnya petugas konservasi di TNUK dan taman nasional lainnya di Indonesia,” jelasnya.

Dalam keterangan yang sama, Menteri Siti Nurbaya, pada pertemuan virtual menteri-menteri lingkungan hidup negara anggota G20 [16/9/2020], menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia akan mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara [APBN] senilai 4 triliun Rupiah, untuk rehabilitasi lahan dan konservasi.

“Termasuk untuk konservasi di TNUK, rumah badak jawa yang terus berkembang populasinya.”

Dukungan APBN untuk konservasi dan taman nasional, menjadi penting dan memastikan pula tidak terjadinya kepunahan satwa-satwa kunci seperti badak, gajah, orangutan, harimau, komodo dan spesies payung lainnya.

 

 

Peluncuran buku

Pada peringatan Hari Badak Sedunia 2020, Javan Rhino Expedition [JRE] bekerja sama dengan TNUK dan KLHK meluncurkan buku hasil Ekspedisi Badak Jawa di TNUK berjudul Javan Rhino Expedition – Surviving In Silence.

David Herman Jaya, Koordinator Tim Ekspedisi JRE, menuturkan buku perjalanan ini tidak hanya mengabadikan cerita spesies endemik yang eksotik tersebut, tetapi juga memotret kisah-kisah inspiratif masyarakat lokal dan yang terlibat aktif konservasi.

Buku tersebut mendokumentasikan proses menemukan badak jawa di habitat terakhirnya, juga merekam sudut pandang inspiratif dunia konservasi dari masyarakat ataupun lembaga ke dalam bentuk tulisan, foto, dan film dokumenter.

“Karya ini kami harapkan bermanfaat bagi konservasi badak jawa,” tuturnya.

Ekspedisi ini digagas sekelompok anak muda pencinta konservasi, sebagai upaya penyadartahuan pelestarian badak jawa di TNUK dan masyarakat di desa penyangga. Tim melakukan ekspedisi dengan menggunakan dua metode, ranggon [rumah pohon] dan susur sungai menggunakan perahu karet.

“Bersama para ahli, masyarakat lokal, kami berdiskusi lebih jauh hal baik apa yang perlu dan bisa menjadi masukan agar pelestarian badak jawa terus berkembang ke depannya,” ujar dia.

Ekspedisi dilakukan pada 22 September hingga 6 Oktober 2019, dengan melibatkan tim gabungan dari JRE, petugas TNUK, dan masyarakat lokal.

 

 

Exit mobile version