Mongabay.co.id

Nelayan Manado : Mengasah Masa Depan Anak Nelayan dengan Kinamang FC (Bagian 3)

 

Di tengah keresahan menurunnya daya beli ikan selama pandemi COVID-19 yang dirasakan seluruh nelayan di Indonesia, sekelompok anak muda nelayan tetap semangat belajar hingga praktik menjadi nelayan.Mereka adalah anak-anak nelayan yang tergabung dalam komunitas Kinamang Fishing Club.

Berlokasi di perumahan pinggir pantai Malalayang Dua, Kota Manado, Sulawesi Utara, komunitas ini berdiri pada 13 Agustus 2020. Meski masih baru, keseriusan belajar mereka telah membantu perekonomian keluarga masing-masing anggota, bahkan mereka kini tahu caranya menghasilkan uang sendiri dari praktik kerja bernelayan.

Dari 23 anggota yang tercatat, sembilan orang di antaranya adalah perempuan, dan dibagi menjadi tim laut dan tim darat. Seperti dituturkan ketua Asosiasi Nelayan Tradisional Sulawesi Utara (ANTRA) Rignolda Djamaludin, kedua tim memegang peran penting untuk menjalankan roda perekonomian nelayan. Saat tim laut turun mencari ikan, tim darat bersiap memikirkan strategi penjualan.

baca : Perempuan Nelayan Manado, Mencari Solusi di Tengah Pandemi (Bagian 1)

 

Perempuan nelayan Malalayang Dua, Kota Manado, sedang mengklasifikasi ikan hasil tangkapan sebelum dijual. Foto : Ilona Esterina Piri/Mongabay Indonesia.

 

Saat ditemui, seorang anggota Kinamang FC, Jesica Agumanis (19) tengah mencatat jumlah ikan yang masuk beserta ukurannya. Dua remaja perempuan lain duduk di kiri dan kanannya. Sesekali mereka berdebat tentang jumlah dan ukuran ikan.

Seperti anggota Kinamang FC lainnya, Ica juga merupakan anak nelayan di Malalayang Dua. Perempuan lulusan SMK ini mengaku senang dengan aktivitas belajarnya yang baru di Kinamang FC. Ia dan teman-teman perempuan lain bergantian menjual ikan.

Walau bertugas di tim darat, Ica juga mengetahui teknik memancing dan pernah ikut melaut dengan orangtuanya.“Kalo untuk mangael (memancing) bisa lah kak. Tapi tidak belajar serius, kadang ikut bapak ke laut juga.”

Sebelum praktik anggota Kinamang FC terlebih dahulu mengikuti pelatihan melaut dan strategi pemasaran dari ketua ANTRA Rignolda Djamaludin, dan dari Perkumpulan Kelola. Masukkan datang pula dari para orangtua mereka yang juga nelayan.

Sementara itu Ketua Kinamang Fishing Club, Jefri Mokotika (19) mengatakan dari pembelajaran mereka akhirnya mengetahui teknik mengkombinasikan umpan dan teknik lain. Epeng, sapaan akrabnya mengaku pertama kali melaut bersama ayahnya sejak usia 12 tahun. Lewat komunitas ini Epeng mengaku banyak belajar hal baru.

Untuk turun melaut, mereka menggunakan fasilitas perahu milik nelayan yang juga anggota Forum Nelayan Pesisir Pantai Malalayang (FNPPM). Epeng menambahkan untuk pembagian hasil, 60 persen untuk tim laut, dan 40 persen untuk tim darat.

baca juga : Nelayan Manado : Semangat Melaut Meski Daya Beli Tengah Surut (Bagian 2)

 

Ketua ANTRA Rignolda Djamaluddin memberikan pelatihan bagi nelayan muda Kinamang FC. Foto : Kinamang FC

 

Selain Epeng ada pula anggota lain dengan usia yang masih begitu muda. Anggota didominasi siswa SMP dan SMA, ada juga yang telah putus sekolah. Meski berusia muda, Rignolda menuturkan tidak khawatir jika ada yang menganggap keberadaan mereka di laut hanya sekedar main-main. Menurutnya mereka lah masa depan nelayan Manado.

Kinamang FC mulanya lahir dari kekhawatiran putusnya mata rantai regenerasi nelayan Manado. Dimulai oleh Ketua ANTRA Sulut, Rignolda Djamaluddin yang mengorganisir dan memberi pemahaman dan pengutan pentingnya regenerasi nelayan. Setelah berdiri, pelatihan strategi penjualan justru dianggap cukup efektif membantu perekonomian nelayan setempat selama pandemi.

 “Di pertemuan Kinamang FC, dibahas strategi penjualan, karena sistem penjualannya adalah produk pertama bukan olahan, jadi banyak yang perlu diperhatikan. Lama waktu menjual yang panjang, maka yang dilakukan adalah bagaimana tidak membawa keluar ikan secara keseluruhan. Yang dikeluarkan adalah jumlah yang diperkirakan habis,” tutur Rignolda yang ditemui pada Kamis (27/8/2020).

Tim darat yang terdiri dari perempuan nelayan muda mulai paham pengklasifikasian ikan dan mengatur mekanisme penjualan. Ikan dijual tidak menggunakan penghitungan kilogram, namun dirangkai dalam satu tusuk. Dalam satu tusuk terdapat maksimal 12 ekor ikan tude (selar) berukuran sedang, dijual dengan harga Rp20.000 per-tusuknya.

Jesica Agumanis menuturkan dengan menjadi anggota Kinamang FC dirinya banyak belajar strategi penjualan. Mereka juga membuat klasifikasi ikan berdasarkan ukuran seperti T1 untuk ikan tude yang lebih besar, T2 sedang, dan T3 untuk ikan yang lebih kecil. Hal itu bertujuan mempermudah penjualan.

baca juga : Krisis Renegerasi Pasca Reklamasi, Nasib Nelayan Teluk Manado Kini [1]

 

Pelatihan teknik pemasaran bagi tim darat Kinamang FC. Foto : Kinamang FC

 

Semua anggota perempuan tim darat turun berjualan dengan berjalan kaki, naik sepeda motor dan menerima pesanan lewat telepon. Ada pula pembeli yang mendatangi langsung.

“Kalau beli langsung di sini biasanya kami akan lebihkan jumlahnya. Tapi kalau berkeliling tidak, anggaplah ongkos kerja,” tutur Jesica.

Hasilnya selama pandemi mereka bahkan bisa membantu perekonomian keluarga dari keringat sendiri. Jesica berharap pandemi cepat berlalu agar perekonominan keluarganya dan nelayan lain lebih membaik.

 

 ***

 

*Ilona Esterina Piri, jurnalis jurnalis Fokusline.com ManadoArtikel ini didukung oleh Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version