Mongabay.co.id

Kala Yanti, Gajah Terlama di Taman Rimbo Jambi Mati

Yanti saat dalam kondisi sakit. Foto: BKSDA Jambi

 

 

 

 

Kabar duka datang dari Kebun Binatang Taman Rimbo Jambi. Yanti, gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) penghuni terlama kebun binatang ini mati pada 8 Oktober lalu. Gajah betina  usia 38 tahun ini telah menghuni kebun binatang sejak 1985.

Kesehatan gajah Yanti mulai menurun sejak 6 Oktober lalu. “Pada Selasa (6 Oktober) mahout mengamati Yanti yang terlihat tak mampu mengangkat belalai untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya,” kata Rahmad Saleh, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi.

Lalu, mahout melaporkan kondisi Yanti pada dokter hewan dan observasi serta memberikan pertolongan dengan cara memasukkan makanan ke mulut Yanti. Kondisi Yanti makin menurun. Ia memilih berbaring namun masih dapat berdiri. Pada malam hari, Yanti tidak dapat berdiri sendiri hingga tim medis yang terdiri dari dokter hewan Taman Rimbo dan BKSDA Jambi memberikan tindakan medis berupa terapi cairan (infus) dan obat-obatan.

Tim medis mengambil sampel darah Yanti dan diketahui hemoglobin rendah serta kandungan enzim creatin kinase tinggi. Kandungan enzim ini jadi indikasi ada masalah dalam organ internal seperti serangan jantung atau gagal ginjal.

Pada Kamis pagi, 8 Oktober kondisi kesehatan Yanti makin menurun. Dia sudah tidak mampu menelan makanan, dagu dan rahang kaku serta kesadaran melemah.

Yanti juga mengalami dehidradi akut hingga tim segera memberi cairan melalui anus sebanyak 19 liter. Sayangnya, Yanti tidak tertolong. Pukul 10.15 WIB, Yanti dinyatakan mati.

Setelah itu, tim medis segera nekropsi untuk mengetahui penyebab kematian Yanti. Hasil nekropsi menunjukkan, ada pendarahan otot jantung dan pembengkakan hati.

Untuk mengetahui penyebab kematian Yanti, sampel jaringan jantung, hati, ginjal, isi lambung dan paru-paru dikirim ke Balai Besar Veteriner Baso, Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

“Kematian Yanti dalam istilah kedokteran hewan disebut peracute, yaitu kematian mendadak,” kata Wisnu Wardhana, dokter hewan yang ikut menangani Yanti.

Dia menduga, Yanti mati karena racun masuk dalam tubuh. Racun ini, katanya, dapat disebabkan bakteri seperti bakteri penyebab infeksi tetanus (Clostridium tetani) atau racun kimia. Untuk mengetahui secara pasti, mereka masih menunggu hasil uji laboratorium.

Pada Agustus lalu kondisi kesehatan Yanti sempat terganggu karena memakan rumput yang terkontaminasi pestisida. Rumput Yanti makan saat Ia digembala mahout di area sekitar Kebun Binatang Taman Rimbo. Tim dokter yang menangani menyatakan kondisi Yanti telah membaik setelah ada terapi cairan.

 

Rumah dirusak gajah. Foto: Sigir, Masyarakat Mitra Konservasi (MMK)

 

Gajah liar mati

Tak hanya Yanti, gajah liar pun ditemukan mati di kebun kakao warga pada 9 Oktober di Desa Muaro Kilis, Kabupaten Tebo, Jambi. Anggota Masyarakat Mitra Konservasi (MMK) Desa Muaro Kilis, yang menemukan bangkai gajah itu.

“Bangkai gajah jantan berumur sekitar delapan tahun ini kami temukan 25 meter dari rumah warga yang dirusak gajah,” kata Sigir, Koordinator MMK Desa Muara Kilis.

Dia menduga, gajah memakan sesuatu yang mengandung racun dalam rumah itu.

Desa Muara Kilis termasuk wilayah jelajah gajah di Tebo. “Kami baru saja menggiring empat kelompok gajah keluar dari areal desa kami. Masih ada dua kelompok di sekitar desa. Gajah mati termasuk dalam kelompok ini,” kata Sagir.

Menurut dia, rumah yang dirusak gajah ini letak agak terpencil dan berbatasan langsung dengan kawasan hutan yang sering dilintasi kelompok gajah. Selama ini, katanya, rumah itu belum pernah dirusak gajah.

“Rumah ini kebetulan sudah 10 hari ditinggal pemiliknya ke Lampung. Waktu kejadian tetangga terdekat tidak mendengar gajah datang merusak rumah, waktu itu sedang hujan deras.”

Setelah bangkai gajah ditemukan, tim BKSDA Jambi mengambil sampel jaringan tubuh gajah untuk uji laboratorium guna mengetahui pasti penyebab kematian gajah. Setelah itu, bangkai gajah dikubur dekat lokasi bangkai itu.

 

 

Keterangan foto utama: Yanti saat dalam kondisi sakit. Foto: BKSDA Jambi

Gajah mati Muara Kilis. Foto: Sigir, Masyarakat Mitra Konservasi (MMK)
Exit mobile version