Mongabay.co.id

Wisata Kincir Raksasa PLTB Sidrap. Bagaimana Peluang Kerja bagi Warga Sekitar? [Bagian-3]

 

Tulisan sebelumnya: Kejar Target Bauran EBT, Apa yang Ditunggu dari Ekspansi PLTB Sidrap Tahap II?

 

Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan saat ini bersama PT UPC Renewables Indonesia tengah merancang kawasan wisata kincir angin bagi masyarakat umum. 

Konsep wisata tersebut rencananya akan diintegrasikan dengan rencana pengembangan kawasan industri mengacu pada tata ruang Kecamatan Watang Pulu Sidrap, Kabupaten Sidrap.

Dalam site plan kawasan itu juga bakal dibangun wisata religi Nona-nonae dan rest area (tempat istirahat) bagi masyarakat yang melakukan perjalanan antar daerah. Anggaran sekitar Rp8-10 miliar telah disiapkan dan ditargetkan rampung 2-3 tahun ke depan.

“Sebagai destinasi wisata baru, di samping pemandangan kincirnya, kita juga tentu akan menata,” ungkap M Arsyad, Kepala Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Sidrap. 

Dia optimis, ketersediaan daya listrik dan lokasinya yang berdekatan dengan kota pelabuhan Parepare, akan membuat rencana ini sukses terealisir. 

Untuk mendukung itu, Pemda Sidrap sebutnya telah menerbitkan dua peraturan daerah pada 2020 untuk pengembangan kawasan integrasi itu yaitu perda tentang rencana induk pengembangan pariwisata (Riparda) dan kawasan industri. 

“Jadi kita bertahap, perbaiki regulasi dulu, penataannya dan termasuk lokasi karena pembebasan lahannya tentu kita siapkan dana yang lebih besar lagi. Kita berharap ini bisa menjadi peluang baru untuk bisa menciptakan sumber pendapatan asli daerah (PAD),” jelasnya.

Pengembangan mega proyek PLTB di Sidrap diharap juga akan membuka kantong ekonomi baru bagi pemerintah dan warga Sidrap melalui rancangan wisata kincir.

“Kami sedang membangun kerjasama Pemda, ada suatu pusat pariwisata yang bisa diakses oleh masyarakat umum. Mudah-mudahan dengan dimulainya PLTB Sidrap ekspansi maka pusat wisata itu bisa juga dimulai,” tambah Kepala Pengembangan Proyek PT UPC Renewables Indonesia, Niko Priyambada.

Wisata kincir akan dipusatkan pada sebuah kawasan dengan rencana penggunaan lahan sebanyak setengah hektar dan akan dibangun oleh PT UPC Renewables Indonesia yang merupakan pengembang PLTB Sidrap.

Hal itu untuk memudahkan pihak PT UPC dalam mengontrol keselamatan pengunjung, mulai dari penggunaan kendaraan sesuai standar yang berlaku hingga penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

Rencananya pada pusat tour wisata itu akan digunakan satu bus shuttle bagi wisatawan untuk masuk ke salah satu area kincir jika berminat melihat dari dekat kincir PLTB Sidrap.

Pengelolaan wisata kincir akan diserahkan kepada pemerintah dan masyarakat setempat. Pihak PT UPC membuka peluang bisnis dan promosi wisata oleh pemerintah di kawasan wisata kincir tersebut.

“Jika nanti Pemkab tertarik dengan pengembangan lagi, maka kami serahkan kepada mereka pengelolaan dan inovasi perencanaan ke depan, mengatur bersama dewan perwakilan masyarakat di sini untuk mengolahnya seperti apa,” urai Niko.

 

Kincir dari PLTB Sidrap. Dok: Setneg RI

 

Dikoordinir Warga Lokal

Wisata kincir sendiri pernah dilakukan dua kali dengan dikoordinir oleh warga lokal, yakni pada libur Hari Raya Idul Fitri 2019 dan pergantian tahun 2019 ke 2020. Warga menyiapkan APD untuk disewa para pengunjung dan ini kembali membuka pendapatan baru untuk masyarakat.

Pelaksanaannya dikoordinir warga setempat yaitu M Amin yang juga menjabat sebagai Officer Enviro PT UPC Sidrap Bayu Energi. Dia dibantu oleh warga setempat lain yang pernah bekerja saat pembangunan kincir PLTB Sidrap.

“Meski masih sederhana, kita menyiapkan sewa APD bagi yang datang, pelaksanaannya dilakukan anak muda di kampung ini, awalnya ada belasan orang dan setelahnya lebih banyak yang ikut, mungkin sekitar 40 orang,” jelasnya.

Menciptakan kantong-kantong ekonomi,  bagi masyarakat sekitar juga dihadirkan lewat pemanfaatan lahan tidur yang ada di kawasan PLTB.

Pada saat pembebasan lahan PT UPC melakukan pembebasan sekitar 94 hektar, namun yang digunakan hanya sekitar 54 hektar. Sehingga hampir dari setengahnya kembali diserahkan kepada warga sekitar untuk dimanfaatkan bercocok tanam, seperti tanaman jagung. 

Tameng penghalau dan kawat pelindung dari babi hutan pun turut dibagikan.

“Setelah kawat ini dibagi, warga tidak lagi harus begadang hanya menjaga kebunnya. Mereka bisa istirahat dengan tenang bersama keluarga,” kata Amin.

Pemanfaatan lahan ini bahkan menjadi sumber pencaharian baru, bukan hanya bagi warga setempat tetapi juga bagi warga dari luar Kecamatan Watan Pulu. Mereka datang untuk melakukan panen jagung di area kincir.

 

Kepala Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Sidrap, M Arsyad. Foto: Nur Suhra Wardyah

 

Pembangunan jalan dilakukan sepanjang 6 km dari jalan poros Sidrap-Parepare menuju area PLTB Sidrap pun tak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat tapi juga masyarakat. 

“Sebelum ada perusahaan, jalan itu seadanya, sekarang ini lebih bagus meskipun bukan aspal, tetapi selama ini jika ada kerusakan perusahaan berusaha memperbaiki.”

Tahun 2020 ini direncanakan akan dilakukan lagi perbaikan jalan 2,6 km setelah sebelumnya telah selesai 1,4 km,  sehingga total perbaikan jalan mencapai 4 km.

Dengan adanya akses ini, masyarakat lebih mudah memanfaatkan berbagai lahan sekitar untuk berkebun, ditopang dengan penyediaan air sebagai kebutuhan utama para petani dan tukang kebun.

Seperti di Desa Mattirotasi, Lainungan dan Kantor UPC Sidrap Bayu Energi, telah dilakukan pengeboran hingga kedalaman 150 meter untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Dari tiga sumur yang berada di tiga lokasi, masing-masing debit air yang dihasilkan di sumur bor Desa Mattirotasi 1,5 hingga 2 liter/detik, Desa Lainungan di atas 3 liter/detik dan volume air sumur di Kantor UPC Bayu Energi dialirkan ke tempat penampungan dengan daya tampung sebanyak 12.000 liter per hari.

“Jadi cukup banyak masyarakat yang mendapat manfaat dengan adanya fasilitas air bersih dan program-program lain seperti perbaikan akses jalan untuk masyarakat,” ujar Niko.

Sebelumnya, masyarakat memenuhi kebutuhan dasar air melalui mata air yang ada di sungai, tetapi selain volume airnya sangat sedikit, air yang dihasilkan juga belum tergolong air bersih, kualitas air berwarna coklat dan keruh.

Menariknya, dengan terbukanya berbagai peluang lapangan kerja ternyata juga turut menurunkan angka kriminalitas. Dengan adanya pekerjaan, permasalahan pengangguran mulai teratasi seperti yang terjadi di Desa Mattirotasi dan Lainungan

“Sebelumnya mereka suka mabuk-mabuk karena siang harinya tidak kerja, malamnya mabuk-mabukan lagi. Ini karena memang mereka juga tidak tahu mau kerja apa di tanah tandus seperti itu. Setelah adanya PLTB, pola hidup masyarakat lebih terarah, siang bekerja dan malam istirahat setelah seharian bekerja,” pungkas Amin. 

 

Seri sebelumnya dalam tulisan ini:

[1]  Tenaga Bayu, Upaya Membirukan Langit Sidrap

[2]  Kejar Target Bauran EBT, Apa yang Ditunggu dari Ekspansi PLTB Sidrap Tahap II?

 

 

* Nur Suhra Wardyah, penulis adalah jurnalis Kantor Berita ANTARA Sulsel, artikel ini di dukung oleh Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version