Mongabay.co.id

Ada Vidi, Batua Tidak Sendiri Lagi di Taman Lembah Hijau

 

 

Vidi, seekor harimau sumatera betina berumur 15 tahun, asal Taman Satwa Taru Jurug, Solo, Jawa Tengah, telah menetap di Taman Konservasi Lembah Hijau, Lampung.

Dia didatangkan ke Lembah Hijau pada Sabtu, 12 September 2020, sekitar pukul 12.00 WIB. Tujuannya, untuk menemani Kyai Batua, harimau jantan berumur 6 tahun.

“Mereka dipertemukan untuk dikawinkan,” kata tim medis Lembah Hijau, Drh. Rasyid Ibransyah, kepada Mongabay Indonesia, Senin [19/10/2020].

Batua adalah harimau liar yang telah satu tahun tinggal di tempat ini. Dia korban perburuan yang terjadi di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan [TNBBS].

Batua diselamatkan tim medis pada Selasa, 2 Juli 2019, di Desa Batu Ampar, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, Lampung. Akibat jerat pemburu, dia kehilangan empat jari kaki kanan depan, diamputasi karena membusuk.

Beruntung, kaki kanannya itu bisa digunakan kembali untuk menapak dan berjalan, layaknya harimau normal. Bahkan, perilaku liarnya tak berkurang, sebagaimana mestinya.

“Dia tampak normal saja, mencakar pohon, berenang di air, bahkan berlari tak ada masalah. Hanya, ketika berjalan agak pelan terlihat langkahnya pincang,” kata Rasyid.

Nama Batua diambil dari tempat ia ditemukan, Batu Ampar [Batua].

“Satu bulan pertemuan Batua dan Vidi, kami melihat tanda-tanda baik menuju perkawinan.”

Baca: Kisah Sedih Harimau Batua yang Menghuni Taman Lembah Hijau

 

Vidi, harimau sumatera yang dijodohkan dengan Batua di Taman Konservasi Lembah Hijau, Lampung. Foto: Dok. SKW III Lampung BKSDA Bengkulu-Lampung

 

Rasyid menjelaskan, dua harimau itu ditempatkan berdekatan. Walau demikian, untuk menjaga keamanan kedua belah pihak, tim medis dan pihak taman satwa memberikan kandang berbeda.

“Kedua harimau ini di tempat sama, namun di dua kandang yang berbeda.”

Dari pantauan kamera CCTV, kata Rasyid, kedua harimau ini terlihat beberapa kali saling menggoda. Paling agresif tentu si harimau jantan, Betua.

Namun, beberapa kali juga, Batua tampak terganggu saat Vidi mendekati kandangnya. “Tapi itu biasa. Dalam kebiasaan harimau, memang jantan biasa terganggu bila ada harimau lain yang masuk teritorialnya.”

Terbanding terbalik dengan Vidi, dia terpantau tetap tenang ketika Batua mendekati kandangnya. “Batua beberapa kali mendekati kandang Vidi, dan Vidi tak melakukan perlawanan atau penolakan. Dia hanya mundur tenang.”

Baca: Ingat Harimau Batua yang Kena Jerat Pemburu? Begini Kondisinya

 

Batua saat keluar kandangnya di Taman Konservasi Lembah Hijau. Foto: Dok. SKW III Lampung BKSDA Bengkulu-Lampung

 

Rasyid menduga, Vidi suka mundur ketika Batua mendekat karena ngeri dengan aungan Batua yang garang dan keras.

“Aungan kedua harimau ini berbeda. Batua lebih sangar, karena memang dia harimau liar. Sedangkan Vidi aungannya lebih kalem, karena dia harimau yang lahir dan besar di penangkaran.”

Namun, perjodohan ini tak bisa terjadi sesegera mungkin, minimal terlaksana setelah enam bulan pertemuan. “Perkawinan harimau di tempat konservasi eks-situ berproses juga. Kita harus sabar menunggu,” jelas dia.

Perkawinan ini lama karena harus melalui beberapa tahap, yaitu mulai dari pemantauan kesehatan, penyesesuai tempat, pendekatan kedua harimau, dan proses lainnya.

Paling penting, jelas Rasyid, Vidi harus nyaman dulu di lembah hijau.

Baca: Cukup Batua, Korban Terakhir Jerat Pemburu

 

Batua, meski kaki kanan depannya diamputasi tetap buas. Foto: Dok. Pengendali Ekosistem Hutan [PEH] SKW III Lampung BKSDA Bengkulu-Lampung

 

Upaya konservasi

Irham, Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan Seksi Konservasi Wilayah III Lampung BKSDA Bengkulu-Lampung menjelaskan, pihaknya menerima harimau sumatera betina, Vidi, di Lembah Hijau sebagai upaya pengembangan konservasi.

“Upaya mengawinkan Vidi dan Betua diharapkan menjadi awal pengembangbiakkan harimau sumatera yang kini terancam di habitat aslinya,” katanya.

Vidi sendiri di Solo, jelas Irham, tidak bisa berkembang biak lagi, karena di sana satu keturunan semua.

Taman Satwa Taru Jurug Solo memiliki dua betina. “Makanya mereka mau mengirimkan satu betinanya untuk dikawinkan dengan Batua,” tutur dia.

Baca juga: Konflik Manusia dengan Harimau, Harmoni Kehidupan yang Perlahan Hilang

 

Batua tetap tidak kehilangan sifat buasnya. Foto: Dok. Pengendali Ekosistem Hutan [PEH] SKW III Lampung BKSDA Bengkulu-Lampung

 

Irham mengakui, perjodohan ini masih menghadapi kendala, khususnya di masa-masa pendekatan. “Kita tidak bisa memastikan, apakah harimau sudah mau dikawinkan, bila mau waktunya juga agak lama,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan, proses perkawinan ini menjadi tahap ketiga untuk Batua. “Setelah setahun lalu dievakuasi dari konflik di Batu Ampar. Tahap pertama kami melakukan perawatan, dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan, dan kini masuk tahap tiga yaitu mengawinkan.”

Perkawinan ini menjadi angin segar yang sangat penting untuk meningkatkan jumlah harimau sumatera.

“Mudah-mudahan bisa dikawinkan, karena kondisi Batua semakin sehat dan aktif. Pola makannya pun bagus, begitu juga Vidi,” ujar Irham.

 

 

Exit mobile version