Mongabay.co.id

Sri Nabilla, Harimau dari Tapanuli Pindah Rumah ke Hutan Leuser

 

 

 

 

 

Satu remaja harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang muncul di sekitar pemukiman warga dekat hutan Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada 3 November lalu, akhirnya relokasi ke hutan Gunung Bendahara, Kappi, Gayo Lues, Aceh.

Kappi merupakan zona inti Taman Nasional Gunung Leuser yang dianggap tepat sebagai rumah baru bagi harimau betina ini.

Menempuh perjalanan sekitar 20 jam melalui jalur darat, harimau yang diberi nama Sri Nabilla ini akhirnya tiba dengan selamat di tempat pelepasliaran. Selama perjalanan, tim dokter hewan dari Suaka Harimau Barumun Nagari, Aek Godang, Barumun-Tapanuli Selatan dan dokter hewan dari Forum konservasi Leuser (FKL) tampak memantau kondisi kesehatannya.

Tiba di Aceh Tenggara, Sri dibawa ke bandara kemudian dengan helikopter menuju ke hutan Kappi.

Begitu tiba, kandang translokasi turun perlahan. Pintu dibuka, semua senyap, sejumlah petugas merasa was-was apakah Sri mau keluar dari kandang dan menempati rumah baru di zona inti TNGL atau tidak.

Sesaat kemudian kepala Sri muncul dari kandang. Kaki pelan melangkah.   Begitu kaki kiri menjejakkan tanah ia berhenti sesaat menatap sekeliling kemudian melangkah ke hutan belantara yang akan jadi rumah barunya.

 

 

Dokter hewan Anhar Lubis, dari FKL salah satu tim medis yang terlibat mulai dari awal hingga lepas liar mengatakan, sebelum rekomendasi untuk pelepasliaran ke alam mereka medical check up dua kali. Pertama, ketika harimau masuk ke pusat rehabilitasi Barumun. Kala itu, berat sekitar 45 kg, setelah rehabilitasi dan pemberian makanan bergizi kepada harimau ini, berat naik jadi 60 kg.

Dari analisis dan pemantauan selama tiga bulan di suaka, kondisi harimau makin membaik, 100% masih terlihat liar hingga tak ada alasan tidak melepaskan ke habitat asli.

Usia harimau diperkirakan sekitar 2,8 tahun. Selama di perjalanan tidak ada reaksi cukup tinggi dari harimau. Ia tampak tenang dan sedikit mengaum ketika ada suara begitu keras.

Anhar bilang, harimau sudah paham teritorial dan mereka sudah mengetahui wilayah masing-masing. Kalau ada harimau lain ia akan bergeser ke tempat lain. Hal ini merupakan etika hidup mereka.

Dia meyakini, ‘rumah’ Sri tak akan tumpang tindih dengan yang lain di Kappi.

Kappi cukup lebat dan masih sempurna untuk tempat tinggal sekitar 100 harimau.

Jefry Susyafrianto, Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser mengatakan, sebelum ditentukan tempat pelepasan, tim BBTNGL bersama mitra survei di beberapa tempat. Hasilnya, zona inti Leuser Kappi.

Beberapa pertimbangan, di sana hutan masih cukup bagus. Satwa liar di sana cukup banyak dan bisa menjamin kehidupan harimau. Pasokan air juga berlimpah.

Satwa mangsa cukup banyak seperti kijang, babi hutan dan lain-lain. Juga jauh dari rumah penduduk hingga kecil kemungkinan terjadi konflik.

“Ini salah satu pertimbangan mengapa putuskan melepaskan harimau di zona inti Leuser, Kappi,” kata Jefry.

Kappi, katanya, merupakan zona monitoring dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dalam mengetahui berapa populasi harimau. Hasil monitoring, setidaknya ada 83 harimau ditemukan dari Aceh hingga Sumatera Utara termasuk di Kappi.

Dia berharap, karena Sri betina, bisa berkembangbiak dengan sempurna tanpa ada gangguan.

 

 

Setelah kandang terbuka, harimau keluar perlahan menuju rumah barunya. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Bersihkan jerat

Sebelum pelepasliaran, tim balai bersama mitra melakukan operasi pembersihan jerat kawat (jerawat) di Taman Nasional Gunung Leuser termasuk Kappi. Karena, katanya, bukan tidak mungkin ada orang masuk untuk memasang jerat.

Hasil operasi tak ditemukan ada tanda-tanda orang memasang jerat. BBTNGL bekerjasama dengan sejumlah mitra konservasi untuk penjagaan kawasan Leuser yang masuk dalam tim Smart Patrol.

Untuk operasi jerat ini mereka menurunkan tim Smart Patrol dan terus beroperasi dalam hutan untuk menjaga agar tak ada pemburu masuk dan memasang jerat.

Alhamdulillah, hingga kini kondisi atau pemasangan jerat di Taman Nasional Gunung Leuser makin menurun. Harapannya, ini bisa menambah populasi empat satwa kunci yaitu, harimau, badak, orangutan dan gajah.”

Untuk mengetahui pergerakan dari harimau yang lepas liar ini, kata Jefry, mereka memasang sejumlah kamera pengintai di beberapa titik. Hal ini, katanya, untuk mengetahui di mana posisi Sri.

Mengingat usia masih muda, balai tak memang GPS solar karena akan berbahaya kalau makin besar nanti.

Luas TNGL 830.000 hektar dan monitoring harimau sekitar 300.000-an hektar. Ada 83 harimau Sumatera ditemukan di kawasan ini termasuk di Kappi. Balai terus menjaga Leuser agar tetap lestari.

“Harimu Sumatera merupakan aset dari bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan agar tidak punah.”

Data dari BBKSDA Sumut, Sri masuk kebun dan pemukiman sejak Mei 2020 di Desa Tapus Sipagimbal, Kecamatan Aek Bilah, Tapanuli Selatan. Pada 4 Agustus 2020, harimau ini muncul memangsa anjing dan ular serta ternak warga.

Pada 15 Agustus 2020, kembali harimau ini memangsa seekor kambing di dekat permukiman. Pada 22 Agustus, tim Balai Besar KSDA Sumut turun ke lokasi, bersama-sama petugas Koramil dan masyarakat memasang perangkap atau kandang jebak.

Kemudian 24 Agustus 2020, harimau masuk kandang jebak dan evakuasi ke Suaka Harimau Barumun.

Indra Expolitasia, Direktur Konservasi Keanekaragam Hayati (KKH), Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan, sudah melakukan population viability assessment (PVA), semacam perhitungan (survei) populasi pada 2016. Dari sana, ada peningkatan populasi jadi 604 harimau.

Dia bilang, kesulitan paling besar menjaga populasi dan habitat harimau adalah masalah perburuan untuk perdagangan ilegal. Fragmentasi habitat juga masalah besar lain. Penegakan hukum pun, katanya, akan terus sejalan membuat kantong baru.

 

 

Sri Nabilla, di kandang menuju translokasi. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia
Rumah baru Sri di Hutan Kappi, Aceh. Foto” Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version