Mongabay.co.id

Jadilah Nelayan yang Menyesuaikan Kondisi Alam

 

Angin kencang dan gelombang tinggi menjadi teman bagi nelayan di pesisir Jawa Tengah (Jateng) bagian selatan. Hampir setiap waktu, gelombang tinggi disertai angin kencang datang silih berganti. Bahkan, tidak jarang nelayan di pesisir Cilacap dan Kebumen, terpaksa harus libur karena cuaca buruk.

“Bagi nelayan di Cilacap, sudah biasa tidak melaut jika gelombang tinggi yang disertai angin kencang. Kalau tidak melaut, ya memperbaiki jaring. Jika musim paceklik, nelayan biasanya ada yang beralih profesi sementara, misalnya ada yang jadi buruh tani atau tukang bangunan. Sebab, kalau tetap nekat melaut pada saat cuaca buruk, maka risikonya sangat besar,”ungkap Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Sarjono pada Jumat (13/11).

Saat ini, kata Sarjono, dengan adanya fenomena La Nina yang terjadi mengakibatkan hasil tangkapan menurun. “Dengan adanya La Nina yang berpengaruh terhadap meningkatnya curah hujan, sehingga hasil tangkapan mengalami penurunan. Bahkan, arus di permukaan dan bawah laut berbeda. Dalam sepekan terakhir, benar-benar nelayan tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan hasil tangkapan maksimal,”jelas dia.

Menurutnya, nelayan memang membutuhkan hasil tangkapan baik, tetapi yang paling penting adalah keselamatan. “Kami sudah meminta kepada para nelayan agar keselamatan lebih diutamakan ketimbang hasil tangkapan. Oleh karena itu, maka yang paling penting bagaimana nelayan bisa selamat. Nelayan harus benar-benar mengikuti prakiraan cuaca yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Dan ini sangat membantu. Sehingga ketika beberapa waktu lalu ada Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) yang diselenggarakan oleh Stasiun Meteorologi BMKG Tunggul Wulung Cilacap pertengahan Oktober lalu, maka sangat bermanfaat,”ungkap dia.

baca : Pengelolaan Laut Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Nelayan Kecil

 

Kawasan Pelabuhan Perikanan Samudra CIlacap yang merupakan salah satu tempat bersandar kapal dan perahu berbagai ukuran. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo mengatakan bahwa La Nina memang berdampak juga wilayah maritim. Fenomena La Nina di Indonesia dapat meningkatkan curah hujan 20% hingga 40% dari normalnya, tidak sama setiap daerahnya.

“Fenomena La Nina secara pasti akan memengaruhi kecepatan angin di laut. Padahal angin adalah pembangkit utama gelombang tinggi. Sehingga cuaca buruk juga potensial terjadi di laut. Karena itulah, diperlukan antisipasi, salah satunya adalah mengikuti arahan dari BMKG mengenai prediksi cuaca yang terjadi,”jelas Eko.

Menurutnya, upaya yang terus dilaksanakan oleh BMKG adalah memberikan informasi secara berkala. Selain itu, juga digelar SLCN. Dengan digelarnya SLCN, maka nelayan diharapkan akan dapat lebih memahami informasi yang diberikan BMKG, terutama mengaplikasikan ketika mereka akan melaut.

“Nelayan harus mulai merencanakan aktivitas melaut. Rencana melaut harus disesuaikan dengan kondisi prakiraan cuaca. Tujuan melaut bagi nelayan adalah meraih kesejahteraan, tentu harapannya adalah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang besar,” katanya.

 

Perubahan Pola Pikir

Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoto mengatakan bahwa ketika digekar SLCN pada pertengahan Oktober lalu, ada 25 peserta yang ikut di antaranya adalah nelayan, petugas dinas terkait dan penyuluh perikanan dan kelautan.

“Dalam pembelajaran di SLCN, peserta diberi pemahaman mengenai informasi cuaca yang kami rilis setiap harinya. Sehingga, bisa dipahami dan yang tak kalah penting adalah menularkan kepada orang lain. Jadi, kami berharap setelah mengikuti SLCN, mereka dapat menularkan pengetahuannya kepada orang lain,” jelas Teguh.

Menurutnya, bahan pelajaran untuk mereka adalah parameter kelautan, misalnya ketinggian gelombang, kecepatan angin, arus, informasi siklon tropis hingga upwelling atau sebuah fenomena penaikan massa air dari lapisan bawah naik ke permukaan. “Dengan memahami parameter kelautan, maka akan mengubah mindset nelayan. Jadi, nelayan tidak lagi mencari ikan, melainkan menangkap ikan,”ungkapnya.

baca juga : Berkat Aplikasi Cuaca, Nelayan Malang Bisa Antisipasi Gelombang Pasang dan Banjir Rob

 

Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) yang diselenggarakan oleh BMKG dengan tujuan agar nelayan lebih mengetahui proyeksi cuaca.Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Dijelaskan oleh Teguh, dengan melihat parameter kelautan, maka nelayan yang berangkat akan tahu ke mana arah untuk menangkap ikan. “Jadi, istilahnya tidak lagi mencari ikan, tetapi menangkap ikan, karena nelayan sudah memiliki prediksi wilayah yang ada banyak ikannya. Dengan demikian, kesejahteraan nelayan bakal meningkat karena akan mendapatkan lebih banyak tangkapan ikan. Dan, yang pasti, mereka juga aman serta selamat karena sebelumnya telah mengetahui prediksi cuaca,”kata Teguh.

Saat menghadiri SLCN di Cilacap, anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti mengharapkan kepada BMKG untuk memberikan edukasi dan informasi kepada para nelayan. Sebab, kondisi gelombang tinggi dan angin kencang setiap saat harus dihadapi oleh nelatan. “Dengan adanya SLCN, maka nelayan dapat memilih waktu yang tepat untuk melaut, dengan hasil maksimal dan dapat pulang dengan selamat. Itu yang paling penting, karena keselamatan menjadi hal yang paling utama,”ujar Novita.

Menurutnya, BMKG merupakan satu-satunya lembaga yang menjadi sandaran bagi nelayan khususnya dalam memberikan informasi prakiraan cuaca. “BMKG adalah satu-satunya lembaga yang menjadi acuan paling akurat dalam memberikan informasi mengenai cuaca. Kami terus mendorong kepada BMKG sebagai lembaga agar terus meningkatkan sarana dan prasarana serta peningkatan SDM. Sehingga data yang dihasilkan benar-benar akurat,”kata dia.

Informasi yang telah diolah oleh BMKG disosialisasikan melalui media sosial kepada seluruh tokoh dan masyarakat luas. Mereka juga harus diedukasi mengenai penggunaan aplikasi, sehingga informasi yang akurat dapat diterima secara baik oleh masyarakat. “Apalagi setiap orang saat sekarang sudah memiliki handphone, sehingga aksesnya akan lebih mudah,”ujarnya

perlu dibaca : Rob dan Gelombang Tinggi Akibatkan Bencana, Nelayan Juga Kian Terpuruk  

 

Nelayan tengah memarkir perahunya di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Wakil Bupati Cilacap Syamsul Auliya Rachman mengatakan adanya SLCN yang memberikan edukasi khususnya kepada nelayan dan penyuluh perikanan kelautan adalah program yang sangat baik. “Cilacap sebagai penerima manfaat tentu sangat berterima kasih, karena program ini luar biasa,”kata dia.

Menurutnya, saat sekarang nelayan perlu mengubah pemikiran dalam menghadapi perubahan yang saat sekarang terjadi. “Kami berpesan, jadilah nelayan yang menyesuaikan dengan kondisi alam, bukan alam yang menyesuaikan nelayan. Jika nelayan menyesuaikan kondisi alam, maka nelayan akan aman dan selamat, hasilnya juga akan bermanfaat,”kata Wakil Bupati.

Dengan patokan pada prakiraan yang dikeluarkan BMKG serta memahaminya, maka nelayan akan lebih aman ketika melaut. Bahkan, mereka bukan lagi istilahnya “mencari”, melainkan “menangkap”, karena ada proyeksi daerah yang banyak ikannya.

 

Exit mobile version