Mongabay.co.id

Memulihkan Ekonomi Nasional dengan Rehabilitasi Terumbu Karang?

 

Indonesia adalah negara yang menyumbang luas terumbu karang dunia hingga 10 persen atau mencapai 25.000 kilometer persegi (km2) dari total luas terumbu karang mencapai 284.300 km2. Luas terumbu karang tersebut menjadi yang terluas untuk wilayah segitiga karang dunia yang mencakup enam negara.

Luasnya terumbu karang yang ada di Indonesia, ikut menentukan kesehatan karang dunia. Itu kenapa, Pemerintah Indonesia bekerja keras untuk menjaga wilayah terumbu karang yang menyebar luas dari Sabang di Aceh, hingga ke Merauke di Papua.

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo bahkan menyadari, dengan menjaga kelestarian terumbu karang, maka itu akan mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir, terutama nelayan. kata dia, terumbu karang menjadi habitat dan tempat beragam spesies ikan untuk memijah.

Tanpa ragu, dia menyebut bahwa terumbu karang yang tidak sehat dan bahkan mati, hanya akan menyebabkan kehilangan sumber daya ikan. Jika terus dibiarkan, maka kesejahteraan nelayan akan terus menurun karena ikan semakin sedikit.

“Tanpa terumbu karang, jangan pernah berpikir sumber daya ikan kita akan terus berkembang biak. Yang ada malah kita akan kekurangan ikan,” ucap dia, akhir pekan lalu di Sorong, Papua Barat.

baca : Alami Keterancaman, Butuh Kolaborasi Selamatkan Terumbu Karang di Indonesia Timur

 

Keindahan bawah laut perairan Raja Ampat, Papua Barat. Foto : Kurabesi Explorer

 

Edhy mengakui, ekosistem terumbu karang menjadi sangat penting, karena ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir. Tak hanya menjadi tempat berkumpulnya sumber daya ikan, terumbu karang bisa menjadi pusat pariwisata dan perikanan budi daya.

Oleh itu, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menjaga kesehatan terumbu karang dengan cara apapun. Termasuk, dengan melaksanakan rehabilitasi terumbu karang yang ada di Papua Barat yang dilakukan secara kolaborasi antar instansi Negara.

Selain Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), kegiatan rehabilitasi terumbu karang tersebut juga melibatkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/BAPPENAS).

Pelaksanaan kegiatan yang didanai penuh oleh Bank Dunia itu, dipusatkan di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Selain di Bumi Kasuari, pelaksanaan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP CTI) juga digelar di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Bagi Edhy, keterlibatan Kemen PPN dalam program COREMAP CTI menandakan bahwa keberpihakan kepada nelayan dan masyarakat pesisir juga diperhatikan instansi negara yang lain. Dengan kata lain, kepedulian terhadap penyelamatan terumbu karang tidak hanya ada di KKP saja.

Sebelum di Raja Ampat, kegiatan rehabilitasi dan restorasi terumbu karang juga dilakukan di Provinsi Bali. Kegiatan bernama Indonesia Coral Reef Garden (IRCG) itu menjadi bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang juga di dalamnya mencakup pelestarian ekosistem pesisir dan pariwisata.

baca juga : Sisi Positif Wabah Corona Bagi Terumbu Karang Indonesia

 

Peserta membuat struktur hexadome untuk transplantsi karang dari program padat karya ICRG di Nusa Dua, Bali, Kamis (29/10/2020). Foto : KKP

 

Pemulihan Ekonomi

Edhy yang juga hadir di Bali beberapa waktu lalu, menyebut bahwa program rehabilitas dan restorasi terumbu karang tersebut diharapkan bisa menjadi pemicu bagi pemulihan ekonomi di Bali. Terutama, menghidupkan kembali pariwisata yang harus mati suri akibat diserang pandemi COVID-19.

Dia berharap, program restorasi terumbu karang ini bermanfaat secara ekonomi untuk masyarakat pesisir melalui program padat karya dan manfaat jangka panjang mendukung sektor kelautan dan perikanan.

“Ini juga bargain kepada dunia bahwa dengan kita membangun koral, kita juga turut membangun iklim sejuk di Indonesia. Karena menanam satu koral sama dengan menanam 20 pohon,” ucap dia.

Melalui restorasi terumbu karang, Edhy berharap masyarakat Bali bisa mulai melirik sektor kelautan dan perikanan sebagai sumber kehidupan baru, selain dari pariwisata. Ajakan tersebut dilakukan, karena Bali adalah pasar potensial dan sudah pasti dikunjungi warga dunia.

Dia kemudian mencontohkan tentang budi daya rumput laut yang sudah dilakukan banyak daerah lain di Indonesia. Komoditas tersebut bernilai sangat tinggi, namun pengelolaannya dinilai tidak akan rumit, karena hanya akan memerlukan bibit, tanpa pupuk dan bisa dipanen setiap 43 hari.

Jika enggan menjadi petani rumput laut, Edhy mengajak warga Bali untuk menjadi pembudi daya ikan dengan komoditas udang Vaname. Komoditas tersebut bisa menghasilkan produksi hingga 40 ton dari lahan satu hektare tambak.

“Untuk modal, kita punya pinjaman yang bunganya hanya 3 persen, BLU LPMUKP (Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan). Kalau habis bisa ambil KUR (kredit usaha rakyat),” tutupnya.

perlu dibaca : Begini Tantangan Konservasi Terumbu Karang di Saat Pandemi

 

Karang jenis Live Red Coral Brand yang tumbuh di lereng tebing bekas patahan akibat gempa dan tsunami di Pulau Babi, TWAL Teluk Maumere, Sikka, NTT. Foto : Maumere Diver Community (MDC)

 

Diketahui, program ICRG merupakan program padat karya restorasi terumbu karang di lima lokasi perairan di Bali, yaitu Nusa Dua, Serangan, Sanur, Pantai Pandawa, dan Buleleng. Kebun terumbu karang ini dibangun melalui anggaran KKP yang bersumber dari dana PEN sebesar Rp111,2 miliar.

Menteri PPN/BAPPENAS Suharso Monoarfa yang hadir di Raja Ampat, prorgam rehabilitasi terumbu karang dilaksanakan untuk mendukung upaya penanganan dalam perubahan iklim global di sektor kelautan dan perikanan. Program ini akan berjalan sampai dua tahun ke depan.

Di Papua Barat, COREMAP CTI akan dilaksanakan di sejumlah titik di Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat dan Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo sebelah barat, yang merupakan wilayah kerja Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) KKP.

Selain Papua Barat dan Bali, KKP juga melaksanakan program pengelolaan terumbu karang di provinsi lain. Salah satunya, adalah provinsi yang ada di pulau Kalimantan. Di sana, KKP menghimpun data dan informasi terkini terumbu karang.

 

Pembaruan Data

Menurut Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) KKP Andi Rusandi, kegiatan tersebut dilakukan dengan mengacu pada hasil resolusi International Coral Reef Initiative (ICRI) dan Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Karang di Indonesia 2017-2021.

Kegiatan menghimpun data menjadi penting, karena perairan Indonesia memiliki daya lenting hingga 41 persen. Kemampuan untuk memulihkan lingkungan sendiri hingga sedia kala itu, jauh lebih baik dibandingkan dengan perairan negara lain yang daya lentingnya berkisar 10 persen saja.

“Maka dari itu terumbu karang merupakan suatu kekuatan bagi Indonesia yang harus dikelola. Dari 2,5 juta hektare luas terumbu karang di Indonesia, sebanyak 1 juta hektar telah dilindungi melalui pembentukan kawasan konservasi perairan,” terang dia belum lama ini di Jakarta.

baca juga : Indahnya Transplantasi Karang di Nusa Dua Coral Garden

 

Terumbu karang dan biota laut di perairan Nusa Penida, Bali. Foto : Marthen Welly/Hope Spot

 

Dalam penilaian dia, data mengenai terumbu karang yang ada di Indonesia masih kurang dan tidak berkelanjutan. Kekurangan tersebut kemudian berusaha diperbaiki dengan melibatkan organisasi bukan dari Pemerintah (NGO), perguruan tinggi, dan mitra lain yang berkepentingan.

Menurut dia, saat ini sudah mendesak untuk dibentuk jejaring pemantauan terumbu karang di Nusantara untuk mengatasi persoalan kompleks dalam mengelola terumbu karang. Terutama, permasalahan keterbatasan penelitian dan survei, data yang tersebar di banyak instansi, dan kejadian pemutihan karang massal di Indonesia.

Sebelumnya, Profesor riset bidang biologi laut Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) Suharsono menjelaskan, luas terumbu karang di perairan Indonesia mencapai 34 persen dari luas terumbu karang wilayah segitiga karang dunia yang mencapai 73.000 km2.

“Sebagai pusat segitiga karang dunia, Indonesia memiliki kekayaan jenis karang paling tinggi, yaitu mencapai 569 jenis dari 82 marga, dan 15 suku dari total 845 jenis karang di dunia,” ungkap dia.

Suharsono menyebutkan, jenis karang Acropora di Indonesia jumlahnya mencapai 94 jenis dari total 124 jenis atau mencapai 70 persen karang Acropora yang ada di dunia. Sementara, jenis karang Famili Fungiidae, ditemukan 41 jenis dari total 43 jenis yang ada di dunia atau sekitar 90 persen tersebar di perairan Indonesia.

Untuk jenis-jenis karang endemik yang ditemukan di perairan Indonesia, Suharsono menyebut antara lain Acropora suharsonoi, Isopora togeanensis, Acropora desalwi, Indophyllia macasserensis, dan Euphyllia baliensis.

“Jenis karang dengan sebaran terbatas dan merupakan share stock dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang juga ditemukan di perairan Indonesia, antara lain Acropora kasuarini, Acropora rudis, dan Acropora turtuosa,” papar dia.

 

Seorang penyelam sedang menyelam di perairan Pulau Kapoposang yang masuk areal TWP Kapoposang. Foto : BKKPN Kupang

 

Exit mobile version