Mongabay.co.id

Hindari Korban Jiwa dalam Bencana, Harus Terus Siap Siaga

 

Hujan yang turun deras pada Senin (16/11) sekitar jam 23.00 WIB membuat warga di Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) tidur lelap. Warga yang bermukim di perbukitan desa tak pernah menyangka sebelumnya jika perbukitan setinggi 30 meter yang ditumbuhi pepohonan lebat itu longsor. Peristiwa yang terjadi pada Selasa (17/11) jam 03.00 menerjang sejumlah rumah. Satu rumah benar-benar tertimbun beserta anggota keluarganya.

Satu keluarga yang tertimbun adalah suami istri Basuki (52) dan Wargiati (38) dan dua anaknya yakni Yudas (11) dan Lukas (7). Pada Selasa setelah peristiwa terjadi, tim SAR menemukan tiga korban yakni Wargiati dan dua anaknya, sedangkan Basuki ditemukan dan berhasil dievakuasi pada Rabu (18/11) sore. Kejadian serupa pada Selasa (17/11) juga terjadi di Desa Bogangin, Kecamatan Sumpiuh. Di desa setempat, longsor menerjang satu rumah dan menewaskan seorang warga yakni Wagimin. Selama peristiwa banjir dan longsor di Banyumas, ada lima korban tewas.

Kepala Desa (Kades) Banjarpanepen Mujiono mengungkapkan peristiwa longsor memang dipicu adanya hujan yang sangat deras dan terjadi dalam rentang waktu hampir lima jam. Sebetulnya, perbukitan di sekitar rumah warga ditumbuhi pepohonan keras. Tetapi mungkin karena curah hujan yang tinggi, maka tanah menjadi longsor dan membawa pepohonan. “Hujannya memang sangat deras. Peristiwa longsor tersebut terjadi ketika warga tertidur pulas. Peristiwanya jam 03.00 WIB,”jelasnya.

baca : La Nina Berpotensi Timbulkan Bencana Banjir dan Longsor, Bagaimana Antisipasinya?

 

Longsor yang menimbun rumah dan menyebabkan empat orang meninggal di Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jateng. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Sebetulnya, Pemkab Banyumas telah mulai melakukan berbagai antisipasi dan sosialisasi kepada warga yang berada di sekitar daerah rawan bencana baik banjir maupun longsor. Namun curah hujan yang tinggi, mengakibatkan bencana banjir dan longsor di Banyumas. Berdasarkan catatan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, selama dua hari yakni Senin dan Selasa (16-17/11) telah terjadi di 95 titik bencana. Bencana tersebut terjadi di 13 kecamatan baik bencana longsor maupun banjir.

“Peristiwa yang menimbulkan korban jiwa adalah longsor di Desa Banjarpanepen dan Bogangin, Kecamatan Sumpiuh. Secara total ada lima korban tewas, empat di Banjarpanepen dan satu di Bogangin. Semua korban telah berhasil dievakuasi dan pencarian ditutup pada Rabu sore,”kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Banyumas Titik Puji Astuti.

Titik mengungkapkan, pihaknya masih melakukan inventarisasi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana banjir dan longsor yang terjadi di Banyumas. “Inventarisasi kerugian masih dilakukan, karena selama dua hari ini, kami fokus pencarian korban di Banjarpanepen. Tim masih mendata di 13 kecamatan yakni Ajibarang, Patikraja, Kemranjen, Pekuncen, Lumbir, Wangon, Tambak, Sumpiuh, Kebasen, Kalibagor, Purwokerto Barat, Kalibagor dan Purwojati. Bencana yang terjadi saat sekarang cukup luas,”kata Titik.

Tidak hanya di Banyumas, hujan deras juga memicu terjadinya banjir dan longsor di Cilacap. BPBD setempat mencatat, bencana sejak Senin hingga Rabu (16-18/11) terjadi banjir di 36 desa yang tersebar di 11 kecamatan. Sedangkan dua kecamatan lain terjadi longsor dan satu lainnya terjadi angin kencang. Dalam peristiwa banjir di Cilacap, ada korbam meninggal dunia atas nama Darwan (35) warga Desa Kertajaya, Kecamatan Gandrungmangu. Satu warga lainnya Rohisca (15) masih hilang dan tengah dicari oleh tim SAR gabungan.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Tri Komara Sidhy mengatakan hujan deras yang terjadi mengakibatkan banjir di 36 desa. “Warga yang terdampak banjir di Cilacap mencapai 34.643 jiwa atauy 15.667 keluarga. Sedangkan pengungsi tercatat sebanyak 1.518 jiwa atau 683 keluarga. Dari 11 kecamatan yang dilanda banjir, ada tiga kecamatan yang parah yakni Kroya, Sidareja dan Bantarsari,”kata Tri Komara.

baca juga : La Nina, Gegar Hidrologi dan Pentingnya Upaya Mitigasi

 

Longsor yang terjadi di Desa Banjapanepen, Sumpiuh, Banyumas. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Siap Siaga

Mungkinkah bencana banjir dan longsor akan kembali terulang?

Sangat bisa terjadi, sebab tahun sekarang diperkirakan hujan akan lebih ekstrem jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebab, tahun sekarang ada fenomena La Nina yang mengakibatkan curah hujan lebih tinggi. Berdasarkan prakiraan dari BMKG, musim penghujan yang disertai La Nina bakal meningkatkan curah hujan hingga 40% dari normalnya.

Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan bahwa peristiwa banjir dan longsor yang terjadi di Banyumas dan Cilacap salah satunya disebabkan oleh hujan ekstrem. “Dari sejumlah pos pengamatan curah hujan baik di Banyumas maupun Cilacap pada Selasa (17/11), ternyata curah hujan tinggi atau masuk kategori sangat lebat,”jelas Teguh.

Ia menerangkan, di Cilacap ada sejumlah daerah yang curah hujannya tinggi. Dalam 24 jam saja, di Kedungreja tercatat 149 milimeter (mm), Cipari 167 mm, Sidareja 108 mm, Nusawungu 103 mm, Adipala 121 mm, Binangun 84 mm, Jeruklegi 83 mm dan Maos 75 mm. “Konsentrasi curah hujan sangat lebat berada di wilayah Cilacap bagian Tengah dan Timur. Berarti curah hujannya cukup merata,”katanya.

Sedangkan di Banyumas, lanjut Teguh, curah hujan tinggi tercatat di Kecamatan Gumelar 273 mm, Sudagaran (Banyumas) 116 mm, Sumpiuh 165 mm dan Kemranjen 107 mm. “Pemicu dari curah hujan tinggi yang terjadi di Cilacap dan Banyumas adalah fenomena global La Nina dengan tingkat moderat. Dengan adanya fenomena La Nina di mana suhu muka laut wilayah Indonesia yang masih hangat dan sebagian wilayah Cilacap sedang memasuki puncak musim penghujan. Selain itu, pada Selasa juga ada badai tropis Alicia di Samudra Hindia Barat Australia,”ujar dia.

Teguh meminta kepada pemerintah daerah dan masyarakat khususnya di wilayah rawan bencana untuk selalu waspada, bahkan hingga tahun depan. “Peningkatan curah hujan masih berpotensi terjadi, bahkan akan semakin tinggi pada bulan Desember 2020 hingga Januari 2021 yang merupakan  puncak musim penghujan,”katanya.

perlu dibaca : Jadilah Nelayan yang Menyesuaikan Kondisi Alam

 

Banjir yang sempat menggenangi jalan raya.Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Sementara Kepala Pelaksana Harian BPBD Banyumas Titik Puji Astuti meminta kepada masyarakat untuk selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana baik banjir, longsor maupun angin kencang. “Kesiapsiagaan menjadi hal yang paling utama untuk menghindarkan korban jiwa. Kami mohon kepada masyarakat untuk mengenali potensi bencana alam di sekitar mereka,”ujar Titik.

Sejak Oktober lalu, lanjutnya, pihaknya telah siap siaga dan mengajak kecamatan dan desa untuk meningkatkan kewaspadaan. “Sekretaris Daerah (Sekda) telah mengeluarkan surat edaran (SE) ke kecamatan-kecamatan supaya berkoordinasi dengan desa untuk mengenali wilayah masing-masing. Setiap warga harus peka dan mengenali lingkungan sekitar,”katanya.

Ia mengatakan berdasarkan prakiraan dari BMKG, intensitas hujan masih akan tinggi, bahkan hingga Februari 2021 mendatang. Karena itulah, tidak ada jalan lain kecuali melakukan mitigasi bencana.

Terpisah, Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Tri Komara Sidhy juga mengatakan bahwa pihaknya terus mensosialisasikan kesiapsiagaan kepada warga di wilayah rawan bencana. “Apalagi pada awal-awal musim penghujan sudah terjadi bencana banjir dan longsor. Bahkan sampai belasan  kecamatan, akibat curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu, kesiapsiagaan sangat penting untuk menghadapi bencana. Setidaknya bisa menghindarkan korban jiwa,”kata dia.

 

Exit mobile version