Mongabay.co.id

Upaya Penyelamatan Biodiversitas Laut Terbesar di Dunia

 

 

Menjadi negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah Indonesia sebagian besar adalah lautan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yaitu 90 ribu kilometer. Fakta tersebut dikuatkan dengan status pemegang keanekaragaman terumbu karang di dunia.

Status terakhir didapat Indonesia karena keanekaragaman terumbu karang yang ada di laut Indonesia mengungguli lima negara lain yang masuk kelompok segitiga karang dunia (coral triangle), yaitu Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste.

Semua kekayaan tersebut, menurut Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksono Tri Handoko harus dijaga dan dilestarikan dengan cara yang benar dan tepat. Di antara cara yang dimaksud, adalah melalui penelitian, pelestarian, dan pengelolaan ekosistem dan keanekaragaman hayati laut.

Menurut dia, agar bisa berjalan dengan baik semua cara di atas, LIPI terus berkomitmen untuk meningkatkan fasilitas dan infrastruktur riset kelautan yang dibutuhkan. Semua fasilitas tersebut, juga akan terus terbuka untuk bisa digunakan oleh publik.

Pentingnya memanfaatkan riset sebagai bagian dari pengembangan, karena sampai sekarang pemanfaatan untuk kekayaan biodiversitas laut dan pesisir Indonesia masih belum optimal. Selain riset, harus ada eksplorasi, pengelolaan, dan kolaborasi riset untuk mendukung pengembangan yang baik.

“Kolaborasi riset merupakan salah satu langkah yang sangat penting dan dibutuhkan,” jelas dia belum lama ini di Jakarta.

baca : Perlindungan Laut Indonesia di Tengah Wabah COVID-19

 

Panorama yang indah di pantai Maumere, Kabupaten Sikka, NTT. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Dengan dilaksanakan kolaborasi, maka para ahli kelautan dan juga bidang lain yang terkait, bisa saling mendukung dan mendorong untuk melaksanakan kajian ilmiah dan mencari jalan keluar untuk setiap persoalan yang ada pada lingkup kelautan.

Selain itu, Handoko menyebut, manfaat dari kolaborasi juga akan bisa meningkatkan kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan dalam pengelolaan biodiversitas laut dan pesisir. Semua manfaat itu akan terasa, jika ada harmoni yang kuat di antara para pakar yang berkolaborasi.

Dia mengatakan, pihak yang berkolaborasi untuk mengembangkan biodiversitas laut dan pesisir Indonesia, adalah LIPI melalui Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) bersama dengan mitra dari Marine Biodiversity, dan Exploitation and Conservation Perancis.

Pihak yang disebut di atas, berencana melakukan kerja sama untuk membangun Laboratorium Bersama Internasional bernama International Joint Laboratories-Sentinel Laboratory of the Indonesian Marine Biodiversity (IJL-SELAMAT).

 

Riset Bersama

Handoko mengatakan, proyek tersebut akan memperkuat kapasitas laboratorium bersama untuk menunjang riset biodiversitas kelautan di dunia. Terutama, untuk riset biota dan ekosistem sentinel perairan Indonesia.

“Biodiversitas laut dan pesisir Indonesia yang begitu kaya, saat ini belum diiringi dengan eksplorasi, pengelolaan, dan pemanfaatan yang maksimal. Dalam hal ini, kolaborasi riset merupakan salah satu langkah yang sangat penting dan dibutuhkan,” tegas dia.

baca juga : Tes Genetika, Cara Baru Penelitian Keragaman Hayati Laut Indonesia

 

Terumbu karang dan biota laut di perairan Nusa Penida, Bali. Foto : Marthen Welly/Hope Spot

 

Laurent Pouyaud, salah satu peneliti dari Institut de Recherche pour le Développement (IRD) atau The Research Institute for Development, Perancis, mengungkapkan bahwa kegiatan membangun laboratorium internasional bersama menjadi program untuk meningkatkan kapasitas laboratorium P2O LIPI dan sekaligus menjadi ajang pelatihan bagi para anggota jaringan.

Untuk membangun laboratorium dan melaksanakan kegiatan pelatihan, Indonesia mendapatkan dana dari IRD Perancis untuk periode waktu selama empat tahun dari 2021 hingga 2025.

Dari proyek bersama tersebut, Laurent Pouyaud berharap bisa didapat status terkini dan sekaligus untuk masa mendatang tentang biodiversitas laut dan pesisir di Indonesia. Kekayaan laut tersebut menjadi harta karun nasional untuk pelestarian alam dan sekaligus kesejahteraan masyarakat.

Tentang kegiatan riset secara bersama tersebut, Pouyaud menyebut akan ada empat platform yang dilaksanakan melalui proyek IJL SELAMAT. Pertama, adalah jejaring observasi nasional (DIVA Network) yang dilaksanakan untuk riset lapangan dan pemantauan spesies dan ekosistem sentinel di perairan Indonesia.

Kedua, Laboratorium Genetik Molekuler Kelautan (LGMK-P2O LIPI) yang dilaksanakan untuk proses penguatan sarana dan prasarana laboratorium, serta untuk peningkatan kapasitas riset laboratorium para peneliti kelautan di Indonesia.

Menurut Pouyaud, sampel yang dikumpulkan oleh peneliti, jaringan observasi, dan proyek penelitian terkait lainnya, akan dianalisis di laboratorium untuk tujuan penelitian genomik dan genetik populasi. Selain itu, platform tersebut juga digunakan untuk melatih para peneliti Indonesia yang terlibat.

Berikutnya, platform ketiga yang dilaksanakan adalah elektronik (cMOOC) untuk manajemen IJL-SELAMAT, pelatihan, dan peningkatan kapasitas. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, adalah untuk memperkuat kapasitas penelitian mitra Indonesia dan anggota jaringan observasi.

“Itu dilakukan melalui penerapan kursus online terbuka yang menghubungkan (cMOOC) dan pelatihan ilmiah khusus yang diperlukan untuk mendukung platform kedua,” tutur dia.

Terakhir, atau platform keempat adalah interaksi biokultural dengan pengetahuan lokal yang bertujuan untuk melaksanakan studi dan pemantauan spesies, atau ekosistem sentinel. Melalui platform ini, sinergi antara ilmu alam dan ilmu sosial, serta komunitas lokal akan terbangun dengan baik.

“Melalui pengamatan jangka panjang terhadap spesies dan ekosistem sentinel,” ucap dia.

Seluruh kegiatan tersebut, akan melibatkan 28 ilmuwan dari Indonesia dan 23 ilmuwan dari Perancis. Dari situ, diharapkan bisa menjadi cetak biru kerja sama internasional untuk kegiatan kerja sama riset biodiversitas kelautan.

perlu dibaca : Ancaman Eksploitasi Laut, 20 Jenis Ikan Terancam Punah di Indonesia Jadi Prioritas Konservasi

 

Perjalanan menuju Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Pusat Biodiversitas

Menteri Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/ Kepala BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan, sebagai negara yang berlokasi di kawasan segitiga terumbu karang, Indonesia memiliki jumlah dan keanekaragaman hayati laut dan pesisir yang sangat kaya.

Detailnya, Indonesia memiliki 16 spesies tanaman lamun atau seagrass (Angiospermae), 2.118 spesies ikan terumbu karang, 590 jenis karang keras atau stony coral (Scleractinia), 45 spesies tanaman bakau (mangrove), 782 spesies gulma/ganggang laut atau (macroalgae), 850 spesies bunga karang atau sponges (Porifera), 2.500 moluska (mollusca), 1500 spesies udang-udangan (crustacea), 745 spesies ekinodermata (echinoderms), dan masih banyak lagi.

Sebagai pusat biodiversitas laut, Bambang menyebut bahwa saat ini Indonesia menjadi wilayah yang paling terancam kelestarian biodiversitasnya, karena perubahan iklim secara global. Dengan perubahan iklim, akan terjadi peningkatan suhu dan keasaman laut, dan terjadi anomali salinitas.

“Juga penurunan kadar oksigen yang dapat berpengaruh secara signifikan pada penurunan jumlah dan kualitas hayati laut. Oleh karena itu, upaya perlindungan harus dimulai dari sekarang,” terang dia.

Terkait kegiatan riset yang menjadi salah satu fokus untuk pelestarian biodiversitas laut Indonesia, Bambang berharap itu bukan hanya untuk kepentingan ilmiah saja. Namun juga, kegiatan riset bisa berjalan untuk memberikan perlindungan dari ancaman kepunahan.

Bagi dia, kolaborasi adalah salah satu solusi yang sangat penting untuk memecahkan persoalan yang ada saat ini. Terutama, karena Indonesia saat ini masih kekurangan tenaga ahli taksonomi kelautan. Dan untungnya, Indonesia sangat terbuka untuk perbaikan tersebut melalui kerja sama riset.

Selain mendidik tenaga ahli yang baru, Bambang mengingatkan kalau Indonesia tidak boleh menyia-nyiakan fasilitas infrastruktur riset yang sudah ada seperti Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI yang berada di Ambon, Maluku.

“Pemanfaatan infrastruktur riset laut dalam yang dimiliki LIPI sangat berperan penting. Saya harap, LIPI dapat terus memperluas jaringan dan kolaborasi dalam riset pengelolaan kekayaan hayati laut Indonesia,” pungkas dia.

 

 

Exit mobile version