Mongabay.co.id

Kelor, Tanaman dengan Segudang Nutrisi

 

 

 

 

Kelor. Tanaman dengan nama ilmiah Moringa oleifera ini cukup populer sebagai tanaman obat. Kelor juga bisa jadi sayur mayur, bahan kosmetik, bahkan bumbu masakan.

Daun ukuran bersirip tak sempurna, kecil, berbentuk telur, sebesar ujung jari. Helaian anak daun dengan warna hijau sampai kecoklatan, bentuk bundar telur atau bundar telur daun terbalik.

Thomas, dalam buku ‘Tanaman Obat Tradisional’ menyebut, kelor salah satu jenis tanaman tropis yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Ia tanaman perdu dengan ketinggian 7-11 meter dan tumbuh subur mulai dari dataran rendah 0 sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.

Kelor dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah dan tahan musim kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai enam bulan.

Sabhana Azmy, sarjana Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mengatakan, kelor termasuk dalam suku Moringa sia. “Penelitian kelor sudah banyak karena kelor memiliki segudang manfaat. Mulai dari akar biji, kulit batang, bunga dan buah sudah terbukti bisa untuk kesehatan,” katanya kepada Mongabay, pekan lalu.

Kelor, katanya, tanaman asli dari timur laut India yang dapat tumbuh baik di daerah tropis, lembab, atau lahan kering panas. Ketinggian rata-rata berkisar lima sampai 10 meter.

Dia bilang, kelor memiliki batang lembut putih seperti gabus dan cabang-cabangnya. Daun tipe majemuk, bunga berwarna putih, dan biji memiliki tiga sayap yang disebarkan oleh angin.

“Yang bisa dikonsumsi dari tanaman kelor kelor ini adalah bagian bunga, daun muda dan buah,” katanya.

 

Petik daun kelor. Foto: Gafur Abdullah/Mongabay Indonesia

 

Kandungan kimia dan beragam manfaat

Dari laman farmasi UGM, Moringa oleifera L. mengandung kombinasi senyawa unik, yaitu isotiosianat dan glukosinolat. Isotiosianat (ITC) merupakan zat terdapat dalam berbagai tanaman, termasuk kelor, dan memiliki potensi jadi agen kemopreventif. Secara eksperimen dalam organisme hidup (in vivo), isotiosianat menunjukkan aktivitas sebagai agen antikanker.

Kelor dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi. World Health Organization (WHO) memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi). Di Afrika dan Asia, daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen kaya zat gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa pertumbuhan.

Krisnadi, A Dudi dalam buku Kelor Super Nutrisi terbitan Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia, menjelaskan, berbagai bagian dari tanaman kelor seperti daun, akar, biji, kulit kayu, buah dan bunga bertindak sebagai stimulan jantung dan peredaran darah,. Ia memiliki anti tumor, anti hipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, anti diabetik, anti bakteri dan anti jamur.

Komponen gizi daun kelor antara lain, protein, serat, kalsium, magnesium, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C , Vitamin E. Kandungan nutrisi itu lebih tinggi pada daun kering.

Dalam buku itu Krisnadi mengatakan, daun kelor mengandung vitamin A, 10 kali lebih banyak dibanding wortel, vitamin B 50 kali lebih banyak dibanding sardines dan kacang. Kemudian, vitamin E sebanyak empat kali lebih banyak dibanding minyak jagung, beta karoten empat kali lebih banyak dibanding wortel. Lalu, zat besi 25 kali lebih banyak dibanding bayam, zinc enam kali lebih banyak dibanding almond, kalium 15 kali lebih banyak dibanding pisang, dan kalsium 17 kali lebih banyak dari susu.

Kandungan nilai gizi tinggi, khasiat dan manfaat beragam, katanya, menyebabkan kelor mendapat julukan sebagai mother’s best friend dan miracle tree. Kelor diyakini memiliki potensi untuk mengakhiri kekurangan gizi, kelaparan, dan mencegah serta menyembuhkan berbagai penyakit di dunia.

 

Daun kelor, kaya manfaat. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia

 

Nissa Wargadipura, Pendiri Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, Garut, mengatakan, kelor termasuk super food. “Menanamnya juga super. Iya. Karena cuma dipotong kemudian ditanam saja. Kalau ingin lebih kuat akarnya, bisa menanam dari biji,” katanya   kepada Mongabay, Senin (23/11/20).

Pemanfaatan kelor ini, katanya, antara lain untuk pangan, maupun kosmetik karena kandungan Vitamin E tinggi. “Bagus digunakan basah. bisa sendiri tanpa campuran. Bisa juga memakai campuran, dipakai masker dan luluran.” Caranya, daun kelor diblender tanpa air, lalu oleskan ke tubuh, atau muka. “Nah, vitamin E itu dibutuhkan untuk mencerahkan kulit dan menguatkan kulit. Sampai mengencangkan kulit, gitu. ”

Kelor bisa juga untuk obat herbal dengan menyeduh daunnya. “Kami biasa 10 daun untuk satu cangkir atau satu cangkir besar juga cukup. Dibuat hijau kekuning-kuningan. Untuk herbal itu bisa yang segar, bisa juga dikeringkan terlebih dahulu.”

Nissa juga bikin daun kelor untuk penyedap rasa masakan. Daun dia keringkan dulu, bisa dihaluskan jadi bumbu tabur.

Proses pengeringan, katanya,  hanya diangin-anginkan. Tidak boleh langsung ke matahari. Di ujung pengeringan sebelum pengemasan, bisa panggang dalam oven dengan panas rendah sebentar untuk membunuh bakteri.


 

Keterangan foto utama: Daun kelor, dari sumber pangan, obat-obatan sampai kosmetik. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version