Mongabay.co.id

Hujan Es Bisa Kembali Terjadi di Puncak Gunung Slamet, Ini Penjelasannya

 

Sepekan lalu, tepatnya pada Minggu (22/11) sore, para pendaki yang naik ke puncak Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) terjebak dengan hujan es. Sejumlah pendaki kemudian mendokumentasikan melalui video maupun foto yang kemudian viral di media sosial.

Akun Instagram (IG) @mountnesia yang merupakan akun informasi, sharing dan edukasi mengenai seputar pendakian gunung, misalnya, membagikan sejumlah video dari para pendaki yang kebetulan berada di puncak Gunung Slamet saat peristiwa itu terjadi. Akun IG @thole_sunset merekam bagaimana hujan es terjadi. Dalam keterangannya, ia mengatakan,“alhamdulillah turun muncak hujan es, bukan hujan air mata. Hati-hati kepada para pendaki, apabila kondisi atau cuaca buruk untuk tidak melanjutkan pendakian, karena keselamatan lebih utama.”

baca : Mengapa Beberapa Kali Terjadi Hujan Es di Banyumas?

 

Butiran es terlihat pada jalur pendakian ke puncak Gunung Slamet. Foto : Ig @thole sunset

 

Sejumlah akun media sosial terutama IG lainnya juga banyak yan mengunggah fenomena hujan es yang ada di puncak Gunung Slamet tersebut. Apakah fenomena itu sudah pernah terjadi? Salah seorang pendaki asal Purwokerto, Arbi Anugrah mengatakan bahwa hujan es yang terjadi di puncak Gunung Slamet bukanlah fenomena yang baru saja terjadi. “Kalau beberapa hari lalu ramai, karena ada yang memotret dan merekam. Kemudian hasil rekaman video dan fotonya diunggah ke media sosial. Hingga akhirnya menjadi viral,”ungkap Arbi.

Menurutnya, dirinya pernah mengalami hal serupa beberapa tahun silam. Bahkan, katanya, butiran esnya lebih besar jika dibandingkan yang terjadi pekan lalu. “Saya pernah mengalami bersama teman-teman beberapa tahun silam, ketika belum ada media sosial. Kalau waktu itu sudah ada media sosial, tentu sudah ramai juga. Es yang turun dan mengenai badan memang terasa, karena butirannya cukup besar. Satu-satunya jalan adalah secepatnya turun dari puncak daripada terjebak hujan es,” jelasnya.

Sementara Kepala Pos Pendakian Gunung Slamet Pos Bambangan, Karangreja, Purbalingga Saiful Amri mengatakan bahwa pada Minggu lalu, memang banyak pendaki yang merasakan adanya hujan es di sekitar puncak Gunung Slamet. “Ada sejumlah pendaki yang membagikan foto hujan es sebagai bukti kalau mereka juga mengalaminya,”jelas Saiful.

Ia mengatakan sebetulnya hujan es yang terjadi di puncak Gunung Slamet merupakan hal yang biasa. Tetapi yang di luar dugaan atau berbeda adalah waktu turunnya hujan es. “Hujan es merupakan hal yang wajar, namun waktunya yang tidak biasa. Sebab, setahu saya belum pernah ada hujan es datangnya pada bulan November,”ungkapnya.

baca juga : Hujan Es Melanda Kota Bandung, Kenapa Bisa Terjadi?

 

Kondisi ketika terjadi hujan es di puncak Gunung Slamet. Foto :Ig @thole sunset

 

Saiful mengatakan berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, hujan es biasanya muncul pada Februari. Sehingga kalau bulan tersebut ada hujan es, hal itu merupakan fenomena wajar. Namun, karena hujan es pada bulan November, maka merupakan hal yang baru. “Peristiwa yang terjadi pada Minggu (22/11) lalu sebetulnya hanya berlangsung singkat. Berdasarkan penuturan para pendaki yang mengalami hujan es, kejadian hanya berlangsung sekitar 10 menit saja. Dan, setelah hari tersebut sampai sepekan belakangan tidak ada lagi peristiwa serupa,”jelasnya.

Ditambahkan oleh Saiful, biasanya mulai bulan Januari hingga Februari, Pos Bambangan tidak mengizinkan para pendaki untuk naik ke puncak Gunung Slamet. Pasalnya, pada bulan-bulan tersebut cuacanya tidak bagus dan berbahaya bagi para pendaki. “Pada bulan Januari hingga Februari, cuaca di puncak Gunung Slamet tidak menentu. Salah satunya adanya sering muncul badai, sehingga pendakian biasanya ditutup sementara. Hal itu dilakukan demi keselamatan para pendaki,”katanya.

Meski sekarang masih tetap dibuka untuk pendakian, tetapi pihak Pos Pendakian Bambangan telah meminta kepada pendaki yang masih tetap banyak yang naik untuk tetap waspada. “Ada yang mesti harus diwaspadai yakni perubahan cuaca yang tiba-tiba, seperti yang terjadi pada pekan lalu. Sehingga bagi para pendaki benar-benar harus disiapkan fisiknya serta tetap menjaga agar ‘safety’. Sekali lagi, keselamatan harus menjadi hal yang utama,”tandasnya.

perlu dibaca : Fenomena Embun Es Dieng Hadir di Bulan Juni, Akankah Masih Terjadi Lagi?

 

Butiran es yang turun di puncak Gunung Slamet. Foto : Dokumentasi Pos Pendakian Bambangan

 

Dihubungi secara terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Semarang Iis Widya Harmoko mengatakan bahwa fenomena hujan es merupakan sesuatu yang wajar. “Hujan es bisa terjadi akibat terbentuknya awan konvektif yang besar dengan visual yang terlihat menjulang tinggi. Awan konvektif terbentuk karena adanya pemanasan permukaan yang intens pada pagi dan siang sehingga menyebabkan penguapan yang besar. Hujan es terjadi apabila terbentuk awan konvektif dan melewati ‘freezing level’ sehingga sebagian besar partikel awan tersebut adalah es. Peluruhan awan yang menjadi hujan, pada kondisi tertentu tidak dapat mencair semuanya. Sehingga saat mencapai permukaan menjadi hujan es,” paparnya.

Dikatakan oleh Iis, potensi adanya hujan es masih bisa terjadi. Sebab, potensi terbentuknya awan konvektif terutama cumulonimbus (Cb) tetap ada, sehingga para pendaki yang naik ke gunung perlu mencermatinya. “Pendaki perlu mewaspadai kemungkinan hujan es terjadi, terutama jika melihat adanya awan Cb yang secara visual merupakan awan gelap yang menjulang tinggi, maka harus benar-benar waspada,”tegasnya.

Para pecinta alam yang ingin mendaki ke Gunung Slamet memang harus terus waspada, apalagi saat sekarang ada potensi perubahan cuaca yang begitu cepat dan ekstrem. Peristiwa hujan es kemungkinan tidak hanya terjadi pada sepekan lalu, karena potensinya masih ada. Karena itukah, pendaki benar-benar harus mewaspadai, terutama jika melihat ada awan konvektif yang muncul.

baca juga :  Cuaca Dingin sampai Embun Es di Musim Kemarau, Fenomena Apa?

 

Pendaki menggenggam butiran es yang turun di puncak Gunung Slamet. Foto : Ig @thole sunset

 

Exit mobile version