Mongabay.co.id

Film Pohon 2020, Penghargaan untuk Sineas Muda Peduli Lingkungan

 

 

Malam Penganugerahan Film Pohon 2020 telah digelar, Senin, 30 November 2020. Sebanyak 7 film fiksi dan 17 film dokumenter ikut ambil bagian pada lomba bertema “Hutan Rusak, Bencana Merangsak.”

Acara yang digagas Forest Watch Indonesia [FWI] bekerja sama dengan Mongabay IndonesiaRekam Nusantara Foundation, Mount Tell Us, Rey Buat Trailer, dan Hutan Wakaf Bogor, menyasar sineas muda untuk peduli lingkungan. Dari film ini diharapkan muncul karya luar biasa yang tidak hanya menceritakan kerusakan hutan beserta bencana yang menyertai, tapi juga solusi untuk melakukan perubahan ke arah lebih baik.

Film pendek dipilih sebagai media yang selain populer, juga memberikan informasi cepat dan mudah dicerna. Lomba Film Pohon ini merupakan penyelenggaraan kedua, sejak yang pertama tahun 2017.

Baca: Kepedulian Kita pada Pelestarian Pohon Masih Rendah?

 

Pohon tidak hanya bermanfaat bagi manusia tetapi juga untuk kehidupan satwa, lingkungan kita, dan alam semesta. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia, Soelthon G Nanggara, mengatakan karya edukatif sineas muda terkait lingkungan dan alam sangat penting bagi kehidupan kita semua.

“Bila dulu hubungan manusia dengan alam dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui mantra atau doa, kini kita butuh media lebih luas. Sekarang, kepedulian itu bisa diwujudkan melalui syair, nada, maupun sinema.”

Menurut Soelthon, di masa pandemi COVID-19, diharapkan kepedulian kita semua, masyarakat luas, terhadap lingkungan lebih meningkat. Kita harus lebih ‘waras’ bahwa kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama.

“Semoga karya yang dibuat saat ini dapat memberi dampak positif sekaligus menginspirasi film dokumenter lain di masa mendatang,” ujarnya.

Baca: Pohon-pohon Langka Indonesia, Bagaimana Nasibnya?

 

 

Ridzki R. Sigit, Program Manajer Mongabay Indonesia, memberikan apresiasi kepada seluruh perserta yang telah mengirimkan karya terbaik kepada panitia Lomba Film Pohon 2020. “Seluruh film sangat luar biasa, sarat makna. Para sineas bisa menggali lebih dalam hakikat hadirnya pohon dengan menghubungkan pada kelestarian Bumi yang semakin hari semakin berat menanggung beban.”

Lomba film pohon semoga dapat memberi inspirasi kepada generasi muda Indonesia saat ini dan masa depan, agar bisa menghargai sekaligus menjaga lingkungan.

“Film Pohon juga diharapkan dapat menjawab tata kelola hutan yang lebih baik. Indonesia adalah negara megabiodiversity, akan tetapi kerentanan terhadap ancaman kepunahan satwa dan rusaknya hutan terus terjadi. Untuk itu, kita semua harus menjaga alam agar tetap lestari,” jelasnya, Senin [30/11/2020].

Baca juga: Bagi Burung, Pohon Adalah Segalanya

 

 

Berdasarkan keputusan dewan juri, inilah pemenang Lomba Film Pohon 2020 untuk Kategori Fiksi:

  1. Pohon [Saksi Bisu Sejarah], karya Agus Sutiana
  2. Buah Hati Pertiwi, karya I Komang Tri Prasetya
  3. Ancor/Hancur, karya Muhammad Fahrezi

Agus Sutiana, sang pemenang pertama, mengatakan sangat bangga bisa berpartisipasi. Dia berharap, karya tersebut dapat menginspirasi masyarakat luas, dalam artian tumbuh gerakan menanam dan menjaga pohon, serta meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan.

Film Pohon [Saksi Bisu Sejarah] berkisah tentang bertambahnya populasi manusia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan pohon dan ekosistemnya. Manusia menebang pohon, membuka lahan baru sebagai permukiman. Atau, pohon ditebang manusia untuk dijadikan bahan bangunan. Pada akhirnya, pohon menjadi saksi bisu kehidupan, saat hutan hijau masih ada hingga gundul dan terjadi bencana longsor.

“Saya bangga  juara,” tuturnya.

 

 

Pemenang untuk Kategori Dokumenter adalah:

  1. Cerita Misman, karya Dwi Rama Nugraha & Hilmawan Nurhatmadi
  2. Pemulihan Ekosistem, karya Gilang Syahbani
  3. Hutan & Manusia, karya Irfan Kamaluddin

Dwi Rama Nugraha menuturkan, pada Lomba Film Pohon 2017, dia tidak berpartisipasi. Selanjutnya dia menunggu acara ini kembali diselenggarakan pada 2018 dan 2019.

“Tahun ini saya ikut untuk pertama kalinya dan menang. Ini berkat dukungan semua teman.”

Film Cerita Misman, menunjukkan pada kita bahwa sungai tidak hanya mengalirkan air, tapi juga sebagai sumber kehidupan dan peradaban manusia. Namun, seiring waktu, wajah sungai berubah kotor, penuh sampah dan menghadirkan banjir.

Kondisi ini membuat Misman bergerak, menggagas kegiatan memungut sehelai sampah dan menginisiasi sekolah sungai untuk memperbaiki ekosistem Sungai Karang Mumus.

Misman juga menanam pepohonan di sepanjang Daerah Aliran Sungai Karang Mumus, sungai yang membelah Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

“Mari kita semua memelihara pohon dan menjaga lingkungan. Bumi yang sekarang rusak, itu semua akibat ulah manusia. Kita harus tingkatkan kepedulian lingkungan yang bisa dimulai dari diri kita sendiri,” paparnya.

 

 

Exit mobile version