Mongabay.co.id

Puluhan Paruh Bengkok Pulang Kampung ke Maluku

Kakatua putih lepas liar. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Balai Konservasi Sumber Daya Alama (BKSDA) Jawa Timur memulangkan puluhan burung endemik ke kampung halaman mereka di Maluku, pekan lalu.

Burung-burung translokasi ini terdiri dari 12 kakatua koki (Cacatua galerita), dua kakatua putih (Cacatua alba), satu kakatua raja (Probosciger aterrimus), dan satu kakatua Tanimbar (Cacatua goffiniana). Lalu, 14 nuri Maluku (Eos bornea), 14 nuri bayan (Eclectus roratus) dan satu perkici pelangi (Trichoglossus haematodus).

Penyerahan satwa liar oleh perwakilan BKSDA Jatim diterima langsung Kepala BKSDA Maluku, Danny H. Pattipeilohy. Burung-burung ini hasil sitaan petugas Balai BKSDA Jatim, di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, dan penyerahan sukarela warga.

Danny mengatakan, burung-burung itu istirahat sementara di Kandang Transit Passo, Kecamatan Baguala, Kota Ambon untuk proses pemulihan kondisi fisik dan kesehatan.

Satwa-satwa ini, katanya, akan menjalani ulang kesehatan oleh dokter hewan BKSDA Maluku dan Balai Karantina Hewan, sebelum ke kandang habituasi di Pulau Seram dan Kepulauan Aru.

Sebelum tiba di Maluku, paruh bengkok ini telah menjalani pemeriksaan kesehatan, karantina dan rehabilitasi di Kandang Transit Sidoarjo, Jatim, sekitar satu sampai dua tahun.

 

 

Hasil karantina dan rehabilitasi, kondisi burung-burung itu sudah liar dan siap lepas liar ke habitat aslinya.

Rencananya, burung-burung ini akan lepas liar di Cagar Alam Gunung Sahuwai, Seram Bagian Barat dan Suaka Margasatwa Pulau Kobroor, di Kepulauan Aru.

Gunung Sahuwai dan Pulau Kobroor, katanya, sebagai lokasi tepat lantaran habitat asli dari burung-burung ini. Kondisi kawasan konservasi, katanya, sangat bagus dan terjaga dengan potensi sumber pakan alami.

Faktor pendukung lain, kata Danny, lokasi pelepasliaran merupakan tempat pendampingan petugas BKSDA Maluku dan masyarakat sebagai mitra konservasi.

Di sana, masyarakat mulai sadar dan merasakan manfaat kelestarian ekositem, terutama satwa liar.

 

Satwa dilindungi

Danny mengatakan, 45 burung itu bukan saja hasil operasi petugas, juga penyerahan sukarela warga di Jatim.“Ada penyerahan sukarela kepada petugas,” katanya kepada wartawan di Ambon, Senin (30/11/20).

Dalam enam bulan ini, terhitung sejak Agustus-Desember 2020, ada 189 satwa translokasi. Pada Agustus ada 144 burung, dan 45 November ini. Dia bilang, satwa-satwa ini masih beredar bebas di masyarakat baik di dalam maupun luas Maluku. Padahal, satwa-satwa itu semua dilindungi

Seperti tercantum dalam PP Nomor 7/1999 mengenai pengawetan tumbuhan dan satwa liar, Juncto Peraturan Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2018.

BKSDA Maluku berharap, perlu sinergi dan koordinasi lintas pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah, pusat dan masyarakat, hingga satwa-satwa endemik Maluku ini bisa aman hidup di alam. Maluku, katanya, surga bagi paruh bengkok.

Dalam berita Mongabay, sebelumnya, Mohtar Amin Ahmadi, saat jadi Kepala BKSDA Maluku  mengatakan, sebagai provinsi kepulauan, Maluku dan Maluku Utara, memiliki banyak pintu masuk dan keluar, terutama pelabuhan laut dan pelabuhan udara. Dia merinci di Maluku dan Maluku Utara, ada 45 pelabuhan resmi , 21 pelabuhan di Maluku dan 24 Maluku Utara.

 

Puluhan paruh bengkok translokasi untuk lepas liar di habitat mereka. Foto: BKSDA Maluku

 

Ada 15 bandara di Maluku dan sembilan di Maluku Utara. Dari banyak pintu masuk dan keluar itu, kata Amin, perlu sinergitas semua pihak dalam menyelamatkan pencurian dan pengambilan serta penjualan tumbuhan dan satwa liar ini.

BKSDA, katanya, mengajak semua pihak berkomitmen membantu mencegah dan memberantas kejahatan tumbuhan dan satwa ini.

Maluku Utara, katanya, terbilang sangat rawan penjualan satwa liar ke luar negeri. Ada kasus ditangani BKSDA penyeludupan ke Filipana melalui Pelabuhan Bitung, selanjutnya ke Davao.

Penyelundupan ini, ada beberapa modus, seperti warga tempatan di wilayah banyak paruh bengkok menangkap satwa dan menjual kepada orang-orang yang sudah diberi modal jaringan mereka. Setelah itu, pemilik modal mengumpulkan burung-burung di suatu tempat penampungan. Selanjutnya mereka dijemput pakai kapal.

Burung-burung yang akan diselundupkan itu ditempatkan di berbagai wadah, seperti kandang besar, botol air mineral besar, bahkan di dalam pipa paralon. “Laut jadi salah satu jalur para penyelundup satwa. Jalur udara sudah tertutup karena penjagaan ketat.”

Selain itu, lewat laut para penyelundup satwa memiliki jalur-jalur tikus atau pelabuhan tak resmi. Untuk itu, BKSDA bekerjasama dengan berbagai pihak baik polisi terutama Polairud dan TNI Angkatan Laut.

 

Keterangan foto utama: Ilustrasi. Kakatua putih sitaan. Foto: Mahmud Ichi/ Mongabay Indonesia

Burung-burung paruh bengkok baru datang dari Jawa TImur. Foto: BKSDA Maluku

 

Exit mobile version