Mongabay.co.id

Ribuan Struktur Karang ICRG Mulai Dipasang tetapi Terkendala Cuaca Buruk

 

Program padat karya rehabilitasi terumbu karang Indonesia Coral Reef Garden (ICRG) sebagai bagian dari program pemulihan ekonomi nasional (PEN) dari dampak pandemi COVID-19, telah dimulai pada awal November 2020 di lima lokasi perairan di Bali.

Bali dipilih sebagai lokasi pertama program ICRG untuk memulihkan perekonomian akibat jatuhnya sektor pariwisata dampak pandemi. Lima lokasi perairan di Bali program ICRG itu adalah Nusa Dua, Serangan, Sanur, Pantai Pandawa, dan Buleleng. Program ICRG dengan anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang bersumber dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp111,2 miliar itu dimulai dengan pembuatan struktur karang.

Puluhan ribu struktur karang yang telah dibuat sejak awal November itu untuk merekrut koral di bawah laut mulai diturunkan bertahap di lima lokasi program ICRG di Bali. Namun, sejumlah desa mengalami tantangan cuaca buruk, hujan badai dan gelombang tinggi yang terjadi mulai awal Desember 2020.

Sejumlah desa di Kabupaten Buleleng yang terlibat dalam ICRG ini ada kemungkinan rehat beberapa hari untuk menata ribuan struktur yang sudah diturunkan. Para penyelam yang bertugas menatanya jadi komposisi menarik di bawah laut harus bersabar dan mengutamakan keselamatan.

Misalnya di Desa Bondalem, Buleleng, hujan lebat dengan petir dan guntur saling sahut hadir tiba-tiba pada tengah hari. Puluhan warga sedang di laut untuk menaikkan struktur di rakit, untuk ditarik jukung ke titik-titik lokasi penurunan. Sebagian warga menghentikan kegiatannya, namun sebagian lagi terus bekerja di tengah hujan.

Sejumlah penyelam desa ini merupakan pemandu selam kabupaten tetangganya, Karangasem, karena perlu banyak tambahan orang setelah mengutamakan penyelam desa setempat. Mereka sedang bersiap turun untuk kali kedua hari itu pada Sabtu (06/12/2020). Penyelam berencana turun jam 3 sore menunggu proses penurunan struktur selesai. Namun, koordinator penyelam harus berhitung cuaca dan risikonya untuk keselamatan.

baca : Memulihkan Ekonomi Nasional dengan Rehabilitasi Terumbu Karang?

 

Desa Bondalem, Buleleng, Bali berkreasi membuat struktur terumbu karang untuk program ICRG berupa patung bermasker, menandai pandemi Covid-19 yang berdampak pada warga dan wisata laut Bali. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Demikian juga di Desa Les, Buleleng. Made Merta, Koordinator Desa dan ketua kelompok Mina Bakti Segara Lestari ini memimpin tim penyelamnya dengan briefing khusus setiap saat sebelum turun. Setelah tim penurunan struktur selesai bertugas, sebelum tengah hari, Made Mertha mengajak delapan penyelam sembahyang menghadap laut.

Hari kedua penurunan di minggu pertama Desember ini, mereka melanjutkan penataan struktur membentuk kata “COVID-19.” Menandai pageblug yang menjadi pendorong padat karya pemulihan ekonomi melalui program restorasi terumbu karang ini.

Pada hari pertama, tim ini sudah menyelesaikan rangkaian huruf C raksasa. Sebelum turun, mereka memanjatkan doa untuk keselamatan dan kelancaran penataan struktur di bawah laut, langkah penting untuk mewujudkan taman laut baru. “Saya komando tim di bawah air, mengingatkan tim untuk profesional dan diutamakan keselamatan,” ingatnya.

Ia menyebut risiko di bawah air tinggi, terlebih tugas penyelam mengangkat struktur, memindahkan, dan menata. Ia mencontohkan, perlu menggunakan bantuan pelampung saat mengangkat struktur yang berat agar penyelam tak menahan nafas, halnya di darat. Risikonya kerusakan organ tubuh, seperti pembuluh darah pecah lalu muntah darah.

Buleleng menjadi salah satu lokasi program atau restorasi terumbu karang di Bali pada 2020 ini. Satu-satunya kabupaten di luar Denpasar dan Badung yang mendapat program swakelola ini. Pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan organisasi masyarakat melaksanakan progra yang dikonsep padat karya untuk memberdayakan masyarakat pesisir yang terdampak pandemi Covid-19.

baca juga : Restorasi Karang Dampak Pandemi Dimulai di Lima Perairan di Bali

 

Para penyelam di Desa Les, Buleleng, Bali, bersembahyang memohon keselamatan sebelum turun menyelam, menata struktur terumbu karang program ICRG. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Target dan Manfaat Program ICRG

ICRG di Bali dibiayai dengan anggaran APBN KKP yang bersumber dari dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp111,2 miliar. Adapun targetnya ialah pembentukan kebun karang seluas 50 ha di lima lokasi yaitu Nusa Dua, Sanur, Serangan, Pantai Pandawa, dan Buleleng dengan melibatkan penyerapan tenaga kerja sekitar 11.000 orang.

Gayatri, Direktur Yayasan LINI, pelaksana program di Buleleng mengatakan hingga minggu ke-5, target pembuatan struktur di Buleleng sudah mencapai 90%. Kegiatan ini menurutnya memberikan manfaat langsung bagi sekitar 1.300an orang di enam desa kawasan pesisir Bali Utara.

Mulai minggu pertama Desember ini, penurunan struktur karang dimulai tapi belum bisa optimal, karena cuaca memburuk. “Kami mementingkan keselamatan lebih dari 200 orang penyelam yang terlibat dari enam desa, ditambah Pemuteran dan Kabupaten Karangasem. Kami berharap cuaca membaik sehingga proses penurunan sesuai target sampai 30 Desember,” paparnya.

Perbaikan terumbu karang di tengah pandemi ini juga memberi dampak pada warga yang tidak terlibat langsung. Banyak pedagang muncul di lokasi. Gayatri menyebut mengutamakan membeli bahan material struktur dari toko-toko di keenam desa termasuk milik Bumdes. Ada juga supir-supir pengangkut dari lokasi pembuatan ke pantai dan nelayan pemilik jukung yang menarik struktur di tengah laut.

Para pihak berharap coral reef atau kebun karang ini bukan saja akan menjadi atraksi wisata bawah laut, tetapi dapat sebagai sarana edukasi, penelitian ataupun kegiatan riset lainnya. KKP meluncurkan program ICRG secara online, 7 Oktober 2020.

perlu dibaca : Begini Tantangan Konservasi Terumbu Karang di Saat Pandemi

 

Penurunan struktur terumbu karang program ICRG di Desa Les, Buleleng, Bali, dilakukan dengan cara berbeda sesuai strategi desa, misalnya menarik rakit berisi struktur dengan tali tambang.
Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Tetapi program padat karya dalam waktu singkat kurang dari 2 bulan ini menemui sejumlah tantangan. Hal ini nampak dalam rapat koordinasi pihak KKP, tim monitoring, koordinator desa, LINI, dan lainnya di kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Buleleng pada Jumat (05/12/2020).

Sejumlah masalah misalnya di Desa Bakti Seraga, Buleleng, ada warga bisa menyelam tapi tanpa sertifikat yang ingin masuk tim penyelam. Sementara syaratnya adalah memiliki struktur sebagai tanda telah menjalani serangkaian teknik dan etika penyelaman. Ada juga desa yang mengeluhkan antrean saat penarikan upah oleh BPD Bali yang mendatangi tiap desa. Program ini mensyaratkan warga memiliki rekening bank daerah.

Kepala Dinas DKPP Gede Melandrat menyebut program sekompleks ini pasti banyak masalah karena ini program baru langsung dari pusat dan harus dikerjakan dalam waktu singkat. Ada banyak kegiatan yang perlu petunjuk teknis. Untuk syarat sertifikat bagi penyelam, ia berharap KKP mencarikan solusinya.

Sedangkan Adi, salah satu tim dari Desa Kaliasem menyampaikan pengalamannya membantu warga dengan mempermudah pencairan upah ke bank. Ia membantu mengumpulkan slip pekerja lalu dibawa ke bank, agar lebih cepat saat pengambilan uang saat didatangi BPD Bali.

menarik dibaca : Wisata Bahari Menghadapi New Normal Pandemi

 

Para pekerja perempuan ikut dalam proses penurunan struktur terumbu karang program ICRG di Buleleng, Bali. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

ICRG di Sanur, Serangan, Nusa Dua, dan Pantai Pandawa

Kawasan wisata di Bali selatan yakni Sanur, Serangan, Nusa Dua, dan Pantai Pandawa memiliki target pembuatan struktur lebih banyak dari Buleleng.

Ketua Yayasan Kelautan Kebun Koral yang menjadi pelaksana Sanur dan Serangan I Nyoman Sepadyana Putra mengatakan tema taman laut di Sanur adalah Good Morning dengan patung Sanur Menari.

Ia meyakini struktur ini bisa ditumbuhi koral walau kawasan Sanur ramai dengan jalur penyeberangan ke Nusa Penida, speedboat, wisata memancing, dan lainnya. “Semua lokasi tidak akan diganggu jangkar,” yakinnya.

Taman laut ini menurutnya akan menambah obyek wisata bawah laut, penurunan dilakukan sekitar 800 meter dari garis pantai, kedalaman 5-15 meter. Pasang surut Sanur cukup tinggi.

Sementara di Pantai Pandawa dan Nusa Dua, pelaksananya Asosiasi Koral dan Karang Ikan Hias melibatkan desa setempat. Salah satu tim pelaksana, Melisa yang ditemui di Pantai Pandawa mengatakan penurunan kemungkinan bisa tanpa penyelam karena perairan Pantai Pandawa dangkal. “Saat surut hanya sedada orang dewasa. Kedalaman 70 cm dan satu meter. Diukur dari titik paling surut,” sebutnya.

Bentuk-bentuk struktur yang dikembangkan di antaranya fishdome, roti buaya, pasak bumi, hexagonal, dan patung. Namun terlihat ada perbedaan bentuk struktur roti buaya antara Buleleng, Sanur, dan Pantai Pandawa.

Tiap struktur memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Disesuaikan dengan karakter laut, arus, berpasir atau tidak, dan jenis koral yang tumbuh di pesisirnya.

baca juga : Pentingnya Memilih Substrat dan Terumbu yang Tepat untuk Taman Laut Indonesia

 

Ilustrasi. Seorang penyelam sedang mengamati terumbu karang buatan yang ditanam di perairan Nusa Dua, Bali, pada September 2015. Terumbu karang buatan ditanam sebagai usaha restorasi kawasan perairan Nusa Dua yang rusak karena penambangan terumbu karang. Foto : Nusa Dua Reef Foundation (NDRF)

 

Dr. Ofri Johan, Peneliti di Balai Riset Budidaya Ikan Hias KKP dalam artikel di Mongabay Indonesia menyebut artificial substrate (substrat buatan) disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Apabila kondisi perairan berombak dan berarus kuat, maka substrat buatan yang direkomendasikan adalah model yang kuat dan kokoh menancap ke substrat dasar. Desain bagian kakinya agak runcing sehingga bisa masuk sekitar 50 cm ke dasar perairan.

Meskipun ada ombak dan arus, model substrat buatan ini tahan apalagi ada beban koloni karang dan substrat karang yang ditempatkan pada desain rak besi dan spider. Keunggulan lain, model ini dapat ditempatkan pada dasar perairan yang memiliki kemiringan tertentu.

Apabila perairannya keruh, berpasir (silt/sand), peneliti menyarankan menghindari penggunaan jenis karang Acropora berupa karang bercabang ataupun karang berbentuk pertumbuhan lainnya seperti CF (Coral Folious). Sebaiknya karang yang digunakan pada perairan seperti ini karang dari kelompok non Acropora. Pemilihan jenis karang pun harus dicocokkan dengan keberadaan ikan pemakan polip karang yang ada di lokasi.

 

Exit mobile version