Mongabay.co.id

Gunung, Permata Alami yang Harus Kita Hargai

Gunung Semeru yang puncaknya mencapai 3.676 meter dari permukaan laut. Foto: Rhett Butler/Mongabay.com

 

Perserikatan Bangsa-Bangsa [PBB] mendeklarasikan 11 Desember sebagai Hari Gunung Internasional. Akarnya berasal dari tahun 1992, ketika dokumen “Mengelola Ekosistem Rawan: Pembangunan Pegunungan Berkelanjutan” [disebut Bab 13], diadopsi sebagai bagian dari rencana aksi Agenda 21 Konferensi Lingkungan dan Pembangunan.

Hari Gunung Internasional kemudian ditetapkan oleh Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2002 dengan misi “Mendorong komunitas internasional untuk menyelenggarakan acara di semua tingkatan pada hari itu, untuk menyoroti pentingnya pembangunan gunung yang berkelanjutan.”

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB [FAO] mengkoordinasikan perayaan tahunan itu untuk menumbuhkan kesadaran lebih besar tentang masalah pegunungan.

International Year of Mountains 2002, mendorong semua entitas yang relevan dari sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam mandat masing-masing, untuk melanjutkan kolaborasi konstruktif mereka dalam konteks tindak lanjut Tahun Pegunungan Internasional.

Baca: Masyarakat Adat Tengger Hidup Berdamai dengan Alam

 

Gunung Semeru yang puncaknya mencapai 3.676 meter dari permukaan laut. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Kolaborasi konstruktif tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kelompok antar-lembaga di pegunungan, dan kebutuhan untuk keterlibatan lebih lanjut dari sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa, sesuai mandat yang ditentukan dalam Bishkek Mountain Platform.

Bishkek Mountain Platform adalah hasil dari Bishkek Global Mountain Summit, acara global puncak Tahun Pegunungan Internasional 2002. Tujuan platform ini adalah melanjutkan inisiatif yang ada dan untuk mengembangkan upaya substantif dengan memobilisasi sumber daya, memberi orientasi dan bimbingan, dan mempromosikan sinergi.

Secara khusus, ini akan memberikan kerangka kerja bagi para pemangku kepentingan dan lainnya untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di kawasan pegunungan dunia. Untuk bertindak bersama di semua tingkatan, dari lokal hingga global, guna meningkatkan mata pencaharian masyarakat pegunungan, melindungi ekosistem pegunungan dan menggunakan sumber daya gunung dengan lebih bijak.

Baca: Berburu Embun Beku di Lautan Pasir Gunung Bromo

 

Panorama Gunung Rinjani. Foto : rinjaninationalpark.com

 

Lindungi keanekaragaman hayati

Tahun 2020 ini, Tema Hari Gunung Internasional adalah melindungi keanekaragaman hayati pegunungan.

Keanekaragaman hayati meliputi keanekaragaman ekosistem, spesies dan sumberdaya genetik, dan pegunungan sendiri memiliki banyak varietas endemik. Topografi yang berbeda dalam hal ketinggian, kemiringan, dan keterpaparan di pegunungan menawarkan peluang untuk menumbuhkan berbagai tanaman bernilai tinggi, hortikultura, peternakan, dan spesies hutan.

Misalnya, penggembala gunung di Pakistan memiliki kumpulan sumber daya genetik ternak yang sangat berharga dengan sifat khusus yang dikembangbiakkan. Sebut saja ketahanan terhadap penyakit, yang dapat membantu adaptasi terhadap perubahan iklim. Hampir 70% lahan pegunungan digunakan untuk penggembalaan yang menyediakan pupuk kandang untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Pengelolaan keanekaragaman hayati pegunungan yang berkelanjutan semakin diakui sebagai prioritas global. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 15 SDGs, target empat, didedikasikan untuk konservasi keanekaragaman hayati pegunungan dengan mempertimbangkan relevansinya secara global.

Keanekaragaman hayati di semua ekosistem menjadi fokus, karena Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mendeklarasikan 2021 hingga 2030 sebagai Dekade PBB tentang Restorasi Ekosistem. Selain itu, sebagian besar Geopark Global UNESCO juga terletak di pegunungan atau sebagian ditutupi pegunungan.

Baca juga: Rindu Berat Para Pendaki, Tidak Bisa Naik Gunung Selama Pandemi

 

Padang savana yang masih berkabut di kawasan Bromo Tengger Semeru, wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Ancaman perubahan iklim

PBB menyebut gunung sebagai natural jewels we should treasure [permata alami yang harus kita hargai]. Pegunungan adalah rumah bagi 15 persen populasi dunia dan menampung sekitar setengah dari hotspot keanekaragaman hayati dunia.

Hampir satu miliar orang tinggal di daerah pegunungan, dan lebih dari setengah populasi manusia bergantung pada pegunungan mulai air, makanan, dan energi bersih.

Namun, pegunungan berada di bawah ancaman perubahan iklim, degradasi tanah, eksploitasi berlebihan dan bencana alam, dengan konsekuensi yang berpotensi menghancurkan, baik bagi komunitas pegunungan maupun seluruh dunia.

Meningkatnya suhu juga membuat gletser gunung mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, berdampak pada pasokan air tawar di hilir bagi jutaan orang.

Dikombinasikan dengan marjinalisasi politik, ekonomi dan sosial, kondisi tersebut akan meningkatkan kerentanan masyarakat pegunungan terhadap kekurangan pangan dan kemiskinan ekstrim. Saat ini, sekitar 39 persen dari populasi pegunungan di negara berkembang, atau 329 juta orang, diperkirakan rentan terhadap kerawanan pangan.

Perubahan iklim, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, penambangan komersial, penebangan, dan perburuan, semuanya menyebabkan kerusakan besar pada keanekaragaman hayati pegunungan.

Penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan, serta bencana alam, turut mempercepat hilangnya keanekaragaman hayati dan berkontribusi menciptakan lingkungan yang rapuh bagi masyarakat pegunungan.

Juga, degradasi ekosistem, hilangnya mata pencaharian dan migrasi di pegunungan dapat menyebabkan ditinggalkannya praktik budaya dan tradisi kuno masyarakat yang telah melestarikan keanekaragaman hayati selama beberapa generasi.

Masalah ini tentu berpengaruh pada kita semua. Kita harus mengurangi jejak karbon, dan tentunya menjaga kekayaan alam ini beserta keanekaragaman hayatinya dari segala kerusakan.

 

Tri Wahyuni, penulis adalah peneliti di Institute for Population and National Security, artikel ini merupakan opini pribadi penulis.

 

Referensi:

The Bishkek Mountain Platform, Bishkek Global Mountain Summit 28 October – 1 November 2002.

Natural Jewels We Should Treasure, diakses dari situs resmi PBB pada 11 Desember 2020.

Resolution adopted by the General Assembly [on the report of the Second Committee (A/57/531/Add.5)] 57/245. International Year of Mountains, 2002.

 

 

Exit mobile version