Mongabay.co.id

UPT KPH Sikka Kembali Tanam Bakau dan Reboisasi Gunung Egon. Kenapa?

 

Pagi itu laut sedang pasang. Ketinggian permukaan air menggenangi areal hutan mangrove di Kelurahan Kota Uneng, tepatnya persis di bekas lokasi tambak ikan milik Pemerintah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sesekali beberapa lelaki turun ke laut mengecek. Rupanya target waktu penanaman bakau yang akan dilangsungkan jam 09.00 WITA, Jumat (4/12/2020) tak bisa terlaksana. Air laut pun belum surut hingga pukul 11.00 WITA.

Satu per satu anggota Kelompok Tani Poma Laut dan staf Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelola Hutan (UPT KPH) Kabupaten Sikka pun pamit pulang ke rumahnya.

Disepakati pukul 15.00 WITA, kemungkinan besar air laut sudah surut sehingga penanaman bakau akan dilangsungkan. Beberapa anggota kelompok pun mulai merapikan ajir dan mengumpulkan propagul (buah mangrove) di dalam karung dan ember berisi lumpur.

“Air laut sudah agak surut tetapi masih terdapat air sekitar 30 sentimeter di lokasi yang akan ditanami bakau,” kata Aleksius Sera, Ketua Kelompok Poma Laut kepada Mongabay Indonesia.

Aleksius mengaku senang kelompoknya beranggotakan 15 orang bisa dilibatkan kembali. Ia bertutur, anggotanya bersemangat ketika diminta menyiapkan propagul untuk menanam kembali.

baca : Masyarakat di Sikka Menanam Bakau Saat Pandemi Corona. Apa Alasannya?

 

Anggota Kelompok Tani Poma Laut, Kelurahan Kota Uneng, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT sedang menancapkan ajir untuk menopang propagul mangrove yang ditanam.Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Dana Masih Tersedia

Apa yang membuat kelompok ini bersama UPT KPH Kabupaten Sikka kembali menanam bakau? Sebelumnya kelompok ini selama seminggu awal November 2020 lalu menanam sebanyak 15 ribu propagul di lahan seluas 5 ha.

Kepala UPT KPH Sikka Benediktus Hery Siswadi menjelaskan kelompok ini kembali diminta menanam bakau lagi sebanyak 10 ribu pohon pada arealnya tetap 5 hektar tetapi jumlah bibit ditambah. Jarak tanam yang awalnya 3×1 meter dijadikan 1×1 meter sehingga jarak antar pohon bakau lebih dekat.

“Ini untuk menambah populasi bakau yang ada karena lokasinya masih dimungkinkan menambah bibit yang ada. Selain itu ada sisa anggaran  yang diminta untuk dipergunakan lagi,” ungkapnya saat ditemui di lokasi.

Penanaman propagul mangrove itu bagian dari program padat karya penanaman bakau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bagi masyarakat yang terdampak COVID-19.

Kabupaten Sikka mendapatkan jatah penanaman 30 ribu propagul dan bibit bakau pada lahan 20 Ha. Untuk Desa Reroroja Kecamatan Magepanda seluas 10 Ha dengan 10 ribu anakan oleh kelompok Pantai Lestari beranggotakan 10 orang.

Untuk Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda seluas 5 Ha dengan jumlah anakan 5 ribu yang dilakukan kelompok Cinta Alam beranggotakan 15 orang. Sedangkan di Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok dilaksanakan oleh kelompok Poma Laut sebanyak 15 orang dengan luas lahan 5 Ha

“Dananya masih ada sehingga dianggarkan lagi kepada kelompok masyarakat untuk menanam. Dengan begitu populasinya bertambah dan bisa menambah penghasilan anggota kelompok,” ucapnya.

Hery sebutkan dua kelompok lainnya tidak mendapatkan penambahan karena pertimbangan ketersedian propagul. Menurutnya, untuk dua desa  lainnya buah propagulnya belum matang.

“Harapan kami tanaman bakau bisa dilihat dan dirawat sehingga dapat menjaga lingkungan sekitar Kota Uneng dari bahaya abrasi dan mungkin saja tsunami seperti tahun 1992 silam,” ungkapnya.

baca juga : Bangun Industri Garam, PT IDK Digugat Merusak Hutan Mangrove di Malaka

 

Anggota Kelompok Tani Poma Laut, Kelurahan Kota Uneng, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT sedang menancapkan ajir untuk menopang propagul mangrove yang ditanam. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Hijaukan Lokasi Kebakaran

UPT KPH Sikka juga menanam seribu bibit pohon Ampupu (Eucalyptus urophylla) di kawasan hutan lindung di lereng Gunung Api Egon pada Sabtu (28/11/2020).

Hery menjelaskan lokasi itu dipilih karena sering terjadi kebakaran hampir setiap tahunnya, sehingga populasi pohon Ampupu berkurang drastis, dan banyak areal yang masih terbuka.

“Kegiatan penanaman pohon ini juga bagian dari Hari Menanam Pohon Indonesia yang diperingati setiap tanggal 28 November,” ucapnya.

Penanaman pohon ini melibatkan Karang Taruna Kelurahan Waioti, PKK Kelurahan Waioti, Mapala IKIP Muhammadiyah Maumere, SMK Kehutanan Maumere dan Komunitas Peduli Lingkungan dan Komunitas Jalan Kaki (KJK) Maumere.

UPT KPH Sikka juga melibatkan masyarakat sekitar Desa Persiapan Egon Buluk, Kecamatan Waigete. Harapannya, agar masyarakat merasa dilibatkan sehingga bisa ikut menjaga kawasan hutan ini dari musibah kebakaran yang terus berulang.

“Penanaman kami lakukan dekat lokasi wisata alam ekowisata Egon agar nantinya kawasan ini hijau kembali. Bila lokasi ekowisata ini akan jadi destinasi wisata maka masyarakat sekitar yang akan mengelolanya agar ada pendapatan buat mereka,” tuturnya.

Elisabet Maria Dato, anggota KJK Maumere yang terlibat dalam kegiatan ini mengaku tertarik ikut melakukan penanaman pohon bersama UPT KPH Sikka karena trenyuh melihat kawasan hutan lindung ini sering terbakar.

Elisabet berharap agar masyarakat sekitar kawasan hutan lindung terlibat aktif dalam menjaga kawasan hutan lindung untuk menjaga debit air yang mengariri areal persawahan di desa Egon dan desa lainnya di Kecamatan Waigete.

“Perlu ada kampanye besar-besaran untuk mencintai lingkungan. Apa yang dilakukan UPT KPH Sikka dengan melibatkan generasi muda dalam kegiatan penanaman pohon ini merupakan sebuah langkah positif menularkan gerakan mencintai lingkungan pada generasi muda,” ucapnya.

perlu dibaca : Banjir Rob Genangi Puluhan Rumah di Maumere. Apa Penyebabnya?

 

Penanaman anakan pohon Ampupu oleh UPT KPH Sikka melibatkan berbagai kelompok anak muda di kawasan hutan lindung Desa Egon Buluk, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Cegah Privatisasi Pesisir

Deputi WALHI NTT, Yuvensius Stefanus Nonga kepada Mongabay  Indonesia, Minggu (13/12/2020) mengapresiasi  aksi penanaman bakau di pesisir pantai di beberapa wilayah NTT.

Menurut Yuven sapaannya, apa yang dilakukan pemerintah melalui program padat karya dari KLHK dengan menggandeng kelompok masyarakat berdampak positif bagi wilayah pesisir seperti mencegah abrasi.

“Penanaman bakau efektif  mencegah abrasi dan mengurangi dampak perubahan iklim. Tetapi lokasi penanamannya jangan sampai di kawasan pesisir yang menutup akses nelayan,” sarannya.

Ia menghimbau sebaiknya lokasi penanaman dialihkan ke areal untuk konservasi sehingga tidak mengganggu aktifitas nelayan. Pelibatan masyarakat untuk merawat dan menjaganya penting usai penanaman.

Yuven menegaskan pemerintah jangan hanya sebatas melakukan kampanye penanaman bakau tetapi di sisi lain membiarkan terjadinya privatisasi kawasan pesisir pantai.

Dia mencontohkan banyak pesisir pantai yang dikapling pengusaha seperti hotel berbintang di Labuan Bajo yang dibangun bukan saja di pesisir pantai tetapi ada yang membangun hingga ke laut.

“Di satu sisi dilakukan penanaman bakau tetapi di sisi lain membuka izin besar-besaran privatisasi pesisir seperti di Labuan Bajo dan Sumba yang lagi marak terjadi saat ini,” ucapnya.

Mantan Direktur WALHI NTT Carolus Winfridus Keupung yang menetap di Maumere mengaku prihatin dengan adanya hutan mangrove di Kelurahan Kota Uneng, Maumere, yang telah banyak menyusut.

Winfridus mengatakan banyak perumahan dan tambak ikan yang dibangun di bekas areal hutan mangrove.

“Pemerintah harus gencar melakukan pengawasan dan menindak tegas warga yang merusak hutan bakau untuk kepentingan pribadi. Banyak rumah yang dibangun di wilayah yang dulunya dipenuhi bakau sehingga pastinya terjadi penebangan bakau,” tuturnya.

 

Exit mobile version